Kamis, 02 April 2015

PUASA dan KEHIDUPAN SOSIAL

Penyaji : Ustadz Hisyam Hidayat, SEI
Ahad Ke-empat, 24 Juni 2012

         Syukur Alhamdulillah pagi hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk melakukan amal sholeh yang oleh rosulullah disebut sebagai taman-taman surga. Sabda beliau, “Jika kalian melewati taman-taman surga, maka tambatkanlah unta-unta kalian”. Setiap roda langkah kaki panjenengan akan sangat dihargai oleh Allah Ta’ala.

       Dalam kesempatan kali ini saya akan menyampaikan topik yang berjudul Puasa dan Kehidupan Sosial. Bagian pertama tentang hakekat puasa dalam pandangan menurut Islam dan kedua bagaimana puasa membentuk kesadaran/kepedulian sosial seorang muslim di tengah-tengah kehidupan masyarakat sehingga berpengaruh dalamkehidupan masyakat.

A. Hakekat Puasa Berdasarkan Istilah.
Para ulama sering membahas puasa berdasarkan fikih puasa adalah menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan puasa sejak dari fajar shiddiq sampai terbenamnya matahari. Dalam kesempatan ini saya akan membahas kata puasa berdasar pendekatan Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.

1. Istilah Bahasa Jawa (Poso

Poso romadlon yaitu ngeposno roso. Maksudnya apa? Yaitu perkara-perkara, pikiran, perkataan dan perilaku yang jelek diposno atau dibuang pada saat Bulan Romadlon. Dengan cara apa? Romadlon secara bahasa adalah membakar. Di dalam kamus Bahasa Arab kamus Munawwir yaitu panas yang terik, yang membakar batu.

Dalam konsep Imam Gazali yang dipopulerkan dalam Ihya Ulumuddien membakar yang jelek dengan cara membiasakan yang baik lawannya.

Untuk Sing medit dan sing rakus, rumus Jawanya adalah Kun Lomaanan wa latakun meditan: jawabnya infak. Jika belum sembuh? Ya infak. Tetap belum sembuh? Ya infak. Infak, infak, infak terus, terus dan lagi. Sampai medit (sifat kikirnya) menjadi tertekan dan hilang. Obat untuk orang yang suka berbohong, yaitu dengan jujur. “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu dapat menghapus keburukan”. Para ulama mengartikan pahala dari kebaikan dapat menghapus dosa-dosa kecil dari kejahatan. Dalam konsep Imam Gazali menghapus keburukan dengan jalan melakukan kebaikan lawannya. Jika membiasakan jujur setiap hari selama sebulan penuh, masak tidak menjadi orang yang jujur? Jika membiasakan infak setiap hari selama sebulan penuh, masak tidak menjadi orang yang Kun lomaanan wa laa takun meditan, jadilah orang yang loman (murah hati) dan jangan menjadi orang yang medit (kikir)?

2. Istilah Bahasa Indonesia (Puasa)
Istilah puasa yaitu Pu A dan Sa yaitu Pu putus, A dosa, Sa selama-lamanya. Walaupun di Indonesia kadang diartikan Pu putus, A dosa, Sa sementara saja. Harapan pelaksanaan puasa adalah seperti dalam hadits berikut ini, “Barang siapa yang berpuasa romadlon karena dorongan iman dan sungguh-sungguh ingin mendapatkan keridloaan Allah, maka akan hapuslah dosa-dosanya yang lalu” (HR Bukhori Muslim).

3. Istilah Bahasa Arab/Al-Qur’an (Ashshiyam)
Karena Bahasa Arab, landasannya adalah surat Al-Baqoroh 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Yang dipanggil di sini adalah orang yang beriman. Padahal ada 3 tipe keimanan seperti sinyal handphone yaitu sinyal keimanan lagi putus, berarti ketika bulan puasa dia tidak puasa. Ada pula yang putus nyambung putus nyambung, kadang ingat kadang tidak: kadang puasa kadang tidak, kadang sholat kadang tidak. Tipe ketiga, sinyal keimanan nyambung terus: puasa tuntas setiap tahun sampai meninggal dan biasanya rajin mengaji. Tipe ketiga inilah yang disebut iman yang sempurna dan semoga kita diberi Allah kesempurnaan iman, amien.

Ashshiyam makna Bahasa Arab adalah menahan diri dari dari sesuatu, menahan diri dari sesuatu yang mubah. Yang mubah saja kita harus menahan diri apalagi terhadap yang haram. Di sini jangan sampai kita terjebak dan mempertentangkan dengan pendekatan barat yaitu Freedom of Human Right, Hak Azazi Manusia (HAM). Karena merasa hasil kerjanya, miliknya sendiri, maka boleh makan minum semaunyasendiri. Yang ada dalam Islam adalah HSM (Hak Syar’i Manusia), ada aturan Allah dan manusia wajib mengikuti. Karena, “Tidak Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku” (Adz-Dzariyat : 56). Dengan demikian diharapkan kebiasaan berbuat baik yang sudah dilatihkan setiap hari selama bulan Romadlon berlanjut terus dalam bulan-bulan berikutnya, sehingga tercapailah tujuan akhir puasa, menjadi orang-orang yang bertaqwa.



B. Puasa dan Kehidupan Sosial
Perintah Allah untuk berpuasa ditujukan kepada semua manusia yang beriman, tanpa mengenal strata: baik kaya ataupun miskin, pejabat ataupun rakyat jelata. Dengan berpuasa, menahan diri dari makan dan minum sejak fajar sampai tenggelam matahari, diharapkan orang kaya dan pejabat menjadi tahu apa yang dirasakan orang miskin dan tetangganya yang lapar dan kelaparan. Dengan demikian, maka akan tumbuh rasa empati dan kepedulian. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga dia menjadi saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.

Bagaimana cara mengasah kepedulian sosial secara praktis? Caranya seperti yang disabdakan Rosulullah Muhammad SAW, “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala puasa orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala puasa orang berpuasa itu sedikitpun”. Metode ini menuntut tindakan langsung dengan memberi makan untuk berbuka puasa. Termasuk pula dengan memberi infak/ shodaqoh.

Ada sahabat yang bertanya, “Ya Rosulullah, Shodaqoh apakah yang paling utama?” Jawab rosulullah, “Shodaqoh di bulan romadlon”. Perintah itu ditujukan baik untuk orang kaya ataupun miskin, karena yang khusus utuk orang kaya/yang mampu adalah membayar zakat. Pengibaratan orang memberi shodaqoh adalah seperti orang mengeluarkan nafas. Dengan kita menghembuskan nafas, maka kita akan bisa menarik nafas. Senada dengan ketika kita mengeluarkan sesuatu dari tubuh kita, baru kita dapat makan. Ketika kita mau memberi, maka Allah akan memberi lebih banyak lagi.

Sebagai pendorong perhatikan hadits dan ayat berikut ini. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa ketika subuh ada 2 malaikat yang senantiasa turun dan berdoa. “Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak itu gantinya”. Sedang malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kepada orang-orang yang kikir balasan kehancuran”. Kita bisa melihat contoh kisah dalam Al-Qur’an Surat Al-Qoshosh ayat 76 -82 yaitu kisah tentang Qorun yang sombong dan durhaka. Di sisi lain jika kita banyak melanggar aturan-aturan Allah, ancaman Allah sudah sangat jelas seperti dalam Surat Thaahaaa ayat 124 berikut ini : “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

K e s i m p u l a n
Perintah melakukan puasa terdapat dalam surat Al-Baqoroh 183. Perintah itu ditujukan bagi orang-orang yang beriman dengan tujuan agar mereka menjadi bertaqwa. Efek dan pengaruh dari sikap sungguh-sungguh dalam berpuasa akan berpengaruh kuat terhadap kepedulian terhadap orang lain. Sikap berpuasa yang sungguh-sungguh akan menimbulkan pengalaman dan pemahaman yang kuat terhadap orang yang lapar dan kelaparan, sehingga akan menumbuhkan sikap mau berbagi dan memberi.



A. Hakekat Puasa Menurut Istilah bahasa.
1. Istilah Bahasa Jawa  
Poso romadlon yaitu ngeposno roso sini yaitu perkara-perkara, pikiran, perkataan dan perilaku yang jelek diposno atau dibuang/dibakar pada saat Bulan Romadlon. Dalam konsep Imam Gazali cara membakar yang jelek dengan cara membiasakan yang baik lawannya. Menghilangkan sifat kikir dengan cara banyak memberi infak, menghilangkan kebiasaan berbohong dengan berlatih membiasakan jujur setiap hari dan setiap saat.
2. Istilah Bahasa Indonesia (Puasa)
Istilah puasa yaitu Pu A dan Sa yaitu Pu putus, A dosa, Sa selama-lamanya. Dengan pembiasaan berpuasa romadlon sebulan penuh dan dengan melakukan banyak amalan-amalan wajib dan sunnah secara sungguh-sungguh, maka diharapkan puasa Romadlon akan mampu menjadi pemutus dosa yang efektif, efisien dan tidak akan terulang lagi.
3. Istilah Bahasa Arab/Al-Qur’an (Ashshiyam)
Ashshiyam makna Bahasa Arab adalah menahan diri dari dari sesuatu, menahan diri dari sesuatu yang mubah. Yang mubah saja kita harus menahan diri apalagi terhadap yang haram. Sejak dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Dengan demikian diharapkan kebiasaan berbuat baik yang sudah dilatihkan setiap hari selama bulan Romadlon berlanjut terus dalam bulan-bulan berikutnya, sehingga tujuan akhir puasa yaitu agar bertaqwadapat tercapai.

B. Puasa dan Kehidupan Sosial.
1. Puasa Menumbuhkan Kepedulian.  
Puasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar sampai terbenam matahari, memberi kesempatan kepada orang-orang yang kecukupan dan kaya untuk turut serta merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang lapar dan kelaparan. Dengan demikian, rasa empati dan kepedulian diharapkan akan dapat tumbuh. Efek lanjutan yang diharapkan adalah kemauan untuk turut mengulurkan tangan membantu saudara seiman yang membutuhkan.
2. Bulan Romadlon Memberi Banyak Peluang untuk Menunjukkan Kepedulian.
Kepedulian terhadap saudara seiman sangat dianjurkan dalam bulan Romadlon. Hal itu sangat tampak dari berlipatgandanya balasan pahala yang dijanjikan Allah dibanding amal yang sama dilakukan dalam bulan selain Romadlon. Contoh perbuatan yang dianjurkan untuk dilakukan adalah memberi makan orang yang berpuasa, memberi infak dan shodaqoh. Semua itu tujuan akhirnya adalah bertaqwa, menjadi diri yang berguna bagi orang lain dan hidup benar-benar menjadi wahana pengabdiankepada Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar