Rabu, 15 April 2015

BAGIMU AGAMAMU, BAGIKU AGAMAKU

Oleh : Ustadz Tauhid Hasani  
Ahad Ke-empat, 23 Desember 2012


       Sekitar satu minggu lagi kita memasuki tahun baru Masehi, sedang tahun baru Hijriyah sudah beberapa waktu kita lalui. Menjelang akhir tahun dan menjelang tahun baru ini ada hari natal. Untuk itu umat Islam harus mempunyai kendali diri. Umat Islam sudah memiliki pegangan sendiri. Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya : “Katakanlah, “Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menyembah Tuhan yang aku sembah. Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku” (QS Al-Kaafiruun : 1 – 6).

       Surat Al-Kaafiruun diturunkan Allah kepada Rosulullah Muhammad SAW sekitar 1.435 tahun yang lalu. Bukan berarti kita kolot, jika tidak mau mengikuti natalan bersama. Mengapa? Karena natalan adalah kegiatan ibadah. Tidak mungkin bagi kita mengajak umat lain untuk ikut sholat jumat, karena sholat jumat adalah kegiatan ibadah. Tetapi, mengapa masih ada umat Islam yang turut natalan bersama? Mengapa banyak pula yang ikut mengucapkan Selamat Natal? Bahkan mengatakan, jika umat Islam sekedar mengucapkan selamat natal saja tidak mau, berarti umat Islam tidak punya rasa toleransi beragama. Salah! Toleransi beragama dan kerukunan umat beragama sudah diajarkan Islam sejak awal. Namun dalam urusan yang berkaitan dengan ibadah Islam tegas, “bagimu agamamu, bagiku agamaku”.

       Pengucapan selamat adalah seperti doa. Jika kita pernah membaca dan memperhatikan asal hadits, akan kita temukan: ..berasal dari Umar bin Khoottob rodliyulllahu anhu bin ini, bin ini … Yang didoakan oleh Imam hadits hanya Umar anak Khottoob, doanya adalah ucapan “Semoga diridloi oleh Allah”. Mengapa demikian? Karena ayah, kakek, buyut dari Umar dan seterusnya tidak memeluk agama Islam. Berarti mengucapkan Selamat Natal memang tidak boleh. Tetapi, bukankan Rosulullah pernah mendoakan penduduk Thoif yang masih kafir yang melempari beliau dengan batu? Itu adalah berbeda. Doa beliau adalah “Allahummaghfirli ummati. Ya Allah, ampunilah umatku”. Doa beliau itu adalah untuk umat beliau, meski di Thoif ada juga umat yang beragama lain. Sama juga ketika kita mengucapkan salam kepada sesama muslim dan saat itu bercampur dengan ada umat agama lain. Niat kita adalah mendoakan saudara seagama kita dan bukan yang lain. Tetapi ustadz, bagaimana jika dari umat agama lain yang mendokan kita?

       Dalam Musnad Ahmad bin Hambal disebutkan, “Jika kalian didoakan oleh mereka jawablah dengan “Wa alaikum (Dan semoga atas kalian seperti yang kalian maksudkan) atau wa alaikumussaam (Dan semoga kebinasaan atas kalian). Loh, mengapa seperti itu? Karena salam mereka tidak diniatkan untuk kebaikan umat Islam, tetapi untuk kehancuran umat Islam. 

       Mari kita simak Surat Ali Imron 118 yang artinya, “Wahai orang- orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman-teman kepercayaanmu orang- orang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhorotan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan ayat- ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”

       Dalam sebuah riwayat, Rosulullah pernah membezuk orang Yahudi yang sakit, padahal orang itu setiap bertemu rosulullah dia meludahi beliau. Setiap rosulullah lewat di suatu tempat, pasti di situ ada yang meludahi beliau. Sudah beberapa hari beliau lewat di tempat itu, namun tidak ada yang meludahi. Hal itu menyebabkan rosullah bertanya kemana orang yang biasa meludahi beliau. Jawabannya adalah karena dia sakit, dan kemudian rosulullah membezuknya. Mengapa demikian? Hal itu Rosulullah menunjukkan kepedulian dan perhatian beliau kepada orang lain. Orang lain sekedar sebagai tetangga atau teman biasa dan tidak lebih. Mengapa harus seperti itu? Perhatikan kelanjutan ayat di atas.

       “Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu. Dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata: “Kami beriman”. Dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati” (QS Ali Imron : 119). 

       Peringatan Allah tegas seperti itu, karena kita hanya mampu melihat apa yang tampak oleh mata kita saja, sedang hati mereka kita tidak mampu melihatnya. Oleh karena itu dalam ayat ini Allah mengingatkan kita dengan tegas. Kita diwajibkan iman kepada semua kitab yang pernah diturunkan Allah. Namun, mereka tidak ada satupun yang mempercayai Al-Qur’an yang diturunkan kepada kita. Sikap mereka mendua, yang tampak di depan kita dan yang ada di belakang kita. Perhatikan ayat berikut ini.

       “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudhorotan kepadamu. Sesungguhnya allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan (QS Ali Imron : 120).

       Seperti itulah peringatan tegas Allah kepada kita. Apakah dalam Islam tidak ada toleransi? Mari kita perhatikan Surat An-Nisa : 36 yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. Dalam ayat tersebut disebutkan tetangga dekat dan tetangga jauh, penafsiran kata itu bermakna tempat/jarak dan ada yang memaknai aqidah yaitu tetangga sebagai muslim dan bukan muslim. 

       Hal kedua, mari kita perhatikan tentang peralihan tahun. Dengan bergantinya tahun, maka bertambahlah usia kita, berkuranglah waktu yang masih kita miliki. Ada sebagian manusia yang beranggapan waktu kematian mereka sudah pasti. Ada pula yang beranggapan waktunya tergantung dari usaha mereka dalam menjaga kesehatan. Yang pasti adalah setiap diri akan mati dan begitu pula dunia ini akan pula mengalami kematian atau kiamat. Ada yang menyatakan hari kiamat akan terjadi tahun 2012, tetapi yang tahu pasti kapan terjadinya kiamat hanya Allah yng tahu. Allah berfirman dalam Surat Thaha ayat 15 yang artinya: “Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku (Allah) merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang dia usahakan”. 

       Tidak perlu diperdebatkan kapan terjadinya kiamat, --karena itu memang rahasia Allah--, namun salah satu tandanya adalah jika sudah tidak ada lagi ulama/orang yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari berbuat kemungkaran. Dalam Surat Al-Ambiya ayat 1 Allah menegaskan, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)”. Dalam Surat An-Nahl ayat 77 Allah berfirman yang artinya: “Dan kepunyaan Allah saja segala apa yang tersembunyi di langit dan di bumi. Tidak adalah kejadian kiamat itu melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. 

       Dengan memasuki tahun baru, berarti usia kita bertambah, keadaan dunia semakin tua dan semakin dekat pula dengan hari kiamat. Apa yang harus kita perbuat? Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Atturmidzi dan Imam Ahmad ibnu hambal. Seorang sahabat bertanya kepada rosulullah SAW, “Ya rosulullah, mengapa anda tidak pernah tertawa?” Jawab rosulullah, “Bagaimana saya bisa tertawa, karena sesungguhnya terompet tanda kiamat sudah menempel di bibir malaikat peniup tanda kiamat”. Hal itu disabdakan rosulullah 1.435 tahun yang lalu, bagaimana dekatnya dengan sekarang?

       Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam At-Turmudzi rosulullah SAW bersabda, bahwa salah satu syarat terjadinya kiamat adalah ketika ilmu diangkat dan timbullah kebodohan. Hidup manusia tidak berdasarkan ilmu, hanya berdasarkan pada hawa nafsu. Nabi Sulaiman adalah raja yang sangat kaya dan memiliki pasukan baik berupa jin dan manusia. Fir’aun juga merupakan raja dan kaya, seperti juga Qorun. Namun yang membedakan adalah ilmu, sehingga Nabi Sulaiman selalu berbuat kebaikan, sedang Fir’aun dan Qorun hanya meninggalkan kerusakan di dunia. Akibat tanpa adanya ilmu kerusakan akan semakin menjadi-jadi. Minuman keras menjadi kebiasaan sehari-hari, maka selanjutnya perzinahan terjadi dimana-mana. Kemudian terjadi banyak huru-hara yaitu pembunuhan. Semakin dekat dengan kiamat, hal seperti itu akan semakin menjadi-jadi. 

       Dengan bertambahnya usia kita dan semakin dekatnya hari kiamat, mari kita perbaiki diri kita. Mari kita tingkatkan amal-amal perbuatan kita, karena Allah akan membalas setiap apa yang kita lakukan. Mari kita perbaiki sikap dan perilaku kita terhadap suami, istri, orang tua, tetangga dan semua sesama manusia. Terlebih lagi terkait ibadah dan aqidah kita, mari kita jaga teguh. Sholat malam mari kita tingkatkan, sholat wajib berjamaah mari kita laksanakan. Mari kita perbanyak bekal kita menghadapi kematian, karena Allah akan menghisab kita. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberi pertolongan lahir dan batin, sehingga kita dapat mengamalkan yang baik dan meninggalkan yang tidak baik. Amien ya robbal “alamien. 


K e s i m p u l a n

Dari uraian di atas, ada dua kesimpulan pokok yang harus kita lakukan yaitu: 

1. Urusan agama dibutuhkan ketegasan, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Toleransi beragama tidak berarti kita mengucapkan selamat pada hari Raya umat beragama lain, karena itu adalah bagian dari ibadah mereka. Jika kita lakukan, maka akan merusak aqidah kita. Cukup kita berperilaku baik dalam masalah sosial saja yang tidak menyinggung soal ibadah/aqidah kita. 

2. Tahun Baru berarti usia kita bertambah, umur dunia pun juga bertambah. Berarti hari kiamat semakin dekat. Dengan semakin dekatnya kematian kita dan hari kiamat, maka mari kita tingkatkan amal ibadah kita dan kita jaga teguh aqidah kita. Mari kita perbanyak amal ibadah kita guna mempersiapkan diri menghadapi yaumul hisab, hari perhitungan dari Allah.

TAQWA SEBAGAI PONDASI KEHIDUPAN

Penyaji : Ustadz Syahmin Hidayat
Ahad Ke-empat, 25 Nopember 2012

         Sudah semestinya kita bersyukur kepada Allah karena kita diberi umur panjang dan masih dianugerahi sehat. Semoga sehatnya bukan hanya lahirnya saja, tetapi sekaligus batinnya. Sekarang ini banyak orang yang sibuk untuk mempersehat fisiknya, mempersehat tubuhnya, tetapi lupa untuk membuat sehat rohaninya. Padahal jasmani ini akan bermasalah disebabkan oleh masalah yang ada dalam rohani kita. Sebagai contoh ketika kita melihat tetangga kita sukses dan kita langsung mengatakan, “Mengapa dia yang sukses, kok bukan saya ?” Berarti rohani kita sudah bermasalah.

       Sholawat dan salam semoga senantiasa tertuju kepada rosulullah Muhammad SAW. Beliau adalah contoh yang terbaik yang perlu kita contoh. Mencontoh itu bukan hanya penampilannya. Sekarang banyak orang yang sibuk mencontoh penampilan Nabi, tetapi lupa bahwasanya yang harus dicontoh adalah akhlak beliau. Penampilan meniru Nabi, tetapi akhlaknya jauh dari sifat Nabi. Nabi itu pemaaf, sedikit marah, sedang kita sedikit-sedikit marah. Nabi itu sedikit-sedikit sedekah, sedang kita sedikit sedekah..

            Setelah rosulullah meninggal Abu Bakar Ash-Shiddiq bertanya kepada Aisyiyah, amalan apa yang belum dilakukannya untuk meniru beliau. Jawab Aisyiyah, menyuapi pengemis buta setiap pagi dan sore di pinggir jalan. Keesokan paginya Abu Bakar pergi menuju jalan yang ditunjukkan Siti Aisyah. Disana ditemui pengemis buta itu dan tanpa mengatakan apa-apa Abu Bakar langsung menyuapi kurma kepada pengemis itu. Setelah menerima suapan itu, pengemis itu berkata, “Berhati-hatilah engkau terhadap Muhammad, dia itu orang yang sangat berbahaya”. Abu Bakar sangat terkejut. Dia berusaha menahan diri dan terus menyuapi pengemis itu. Namun pengemis buta itu terus mengulang-ulang kalimatnya.  

         Abu Bakar tidak mampu menahan diri lagi, suapan kepada pengemis itu yang semula lembut, berubah menjadi kasar. Pengemis itu terkejut dan langsung bertanya, “Pasti engkau bukan yang biasa menyuapi aku. Karena engkau kasar, sedang dia lemah lembut. Siapakah engkau? Dimanakah yang biasa menyuapi aku?” Kemudian Abu Bakar menjelaskan bahwa rosulullah Muhammad SAW sudah meninggal. Mendengar berita itu si pengemis tertegun, “Kalau begitu perkataanku tadi salah. Tolong ikrarkan saya untuk mengikuti agama Muhammad”. Akhlak beliau seperti itulah yang harus selalu kita tiru, bukan hanya penampilan luarnya saja. 

         Dalam setiap kutbah baik kutbah jumat, hari raya, sholat gerhana, sholat istisqo, termasuk ceramah nikah selalu ada intinya. Apakah intinya? Mengajak manusia untuk bertaqwa. Apa itu taqwa? Taqwa adalah menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Mengapa taqwa? Karena taqwa mampu memberikan solusi untuk bermacam masalah. Taqwa ini adalah gelar tertinggi yang bisa dimiliki manusia. Tanpa taqwa, gelar apapun tidak ada artinya. Termasuk dalam pembukaan tadi, sudah saya sampaikan, “aku berwasiat agar bertaqwa kepada Allah, dengan sebenar-benar taqwa. Hal itu ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 yang artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saing kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

         Inti dari semua kutbah adalah ajakan untuk beriman dan bertaqwa. Mengapa demikian? Karena jika sudah beriman dan bertaqwa, garansi dari Allah adalah “Kalau seandainya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa, pastilah akan Kami buka pintu keberkahan dari langit maupun bumi, akan tetapi kebanyakan mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami beri balasan mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-A’raaf : 97). Jadi, saat ini yang dibutuhkan negeri kita adalah orang beriman dan bertaqwa, bukan orang yang pinter.     

         Pertanyaannya sekarang, jika saat ini kita menyeberang di jalan yang padat –bahkan melalui zebra cross-- apakah kita merasa susah atau gampang? Pernah kejadian di dekat Giant Waru orang yang berkendaraan motor memberi jalan pada orang yang menyeberang dengan berhenti, bahkan dia ditabrak colt diesel dari arah belakang yang melaju kencang. Pengendara motor itu terpental dan meninggal. Kasus itu menunjukkan minimnya ketaqwaan di kalangan umat Islam dan tidak mau memberi. Bukan hanya memberi dalam wujud harta, termasuk memberi jalan dan memberi maaf. Firman Allah yang artinya, “Adapun orang yang suka memberi dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar” (QS Al-Lail : 5 – 10)

         Ketika kita melihat kasus perceraian di banyak Pengadilan Negeri jumlahnya lebih dari 15 kasus setiap hari. Mengapa demikian? Jawabannya ada dalam Surat Al-Lail di atas dan Surat At-Taghaabun, karena pihak yang bermasalah tidak mau saling memaafkan. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuhmu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS At-Taghaabun : 14).

Sekarang ini banyak istri yang keluar rumah tanpa ijin dari suaminya dan jika ditegur mentheng kelek.  Mengapa demikian?  Karena banyak dari suami dan istri tidak mengetahui hal itu.  Padahal ketika dinikahkan, penyerahan dari wali kepada pengantin laki-laki, berarti penyerahan tanggung jawab yang sangat berat.  Keluar rumah tanpa ijin suami bukan masalah sederhana, itu menyangkut dosa. Tanggung jawab suami untuk memimpin rumah tangga dan mendidik istri.  Jika istri salah maka suami berkewajiban untuk mengingatkan dan sekaligus memberi maaf, begitu pula sebaliknya.  Negeri skala terkecil adalah rumah tangga, kemudian RT, RW, desa, kecamatan dst.  Jika suami dan yang istri menggunakan taqwa sebagai landasan, maka keberkahan akan menaungi rumah tangga itu seperti yang dijanjikan Allah dalam Surat al-A’raaf ayat 97 di atas.  

         Ketika menghadapi tanggapan yang jelek atas hal baik yang dilakukan, maka orang-orang yang bertaqwa akan tetap berbuat baik. Firman Allah dalam Surat Fushshilat ayat 34 yang artinya, “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”. Sebagai salah satu bukti adalah contoh kasus pengemis buta yang sering disuapi rosulullah diatas.

         Sifat taqwa berwujud pula dalam sikap kehati-hatian. Bukan sekedar berusaha meninggalkan yang haram, namun berusaha menjauhi yang subhat, yang remang-remang. Parameter ketaqwaan tidak terletak pada pengakuan orang lain, tetapi pada sikap kita: bagaimana kepedulian kita kepada orang lain. Untuk tahap yang paling dekat, bagaimana sikap kita kepada istri; bagaimana sikap kita kepada suami. Untuk memberi memang sebuah perbuatan yang berat, memberikan hartanya ataupun memberi maaf. Ketika dilaksanakan, kemudahan dan kemudahan akan diberikan Allah kepada kita. Saatnya memberi, maka memberilah, tidak usah berpikir panjang. Baik hal itu diberikan kepada sesama muslim ataupun kepada orang kafir. Pernah rosulullah Muhammad SAW ditegur Allah karena memutuskan akan tidak memberi sedekah kepada seorang tetangga yang miskin, karena dia seorang Yahudi. Teguran Allah tercantum dalam surat Al-Baqoroh ayat 272.

         Sedang janji Allah yang tercantum dalam Surat Al-Lail di atas sudah pasti, orang yang mudah memberi maka Allah akan memudahkan segala urusannya. Di sisi lain, ketika ada orang yang dermawan pasti ada orang yang bakil. Orang-orang yang merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Allah akan memberikan baginya jalan yang sukar.


K e s i m p u l a n

       Dalam kehidupan ini banyak ujian datang kepada kita. Semakin dekat kita kepada Allah, semakin banyak ujian akan menghampiri kita. Dalam menjalani kehidupan, landasan yang kuat sangat kita butuhkan. Dan landasan yang paling kuat adalah landasan taqwa. Dengan tekad kuat untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan Allah, maka keberkahan akan dilimpahkan Allah kepada kita. 

       Siapapun kita, mau jadi apapun kita, asal kita bertaqwa maka kita akan menjadi orang yang baik. Mari kita tanamkan dalam diri kita agar menjadi lebih baik. Suami bersikap lebih baik kepada istri, istri bersikap lebih baik kepada suami; orang tua berperilaku lebih baik kepada anak, anak berperilaku lebih baik kepada orang tua. Pemimpin bertindak lebih baik kepada yang dipimpin dan yang dipimpin bertindak lebih baik kepada pemimpinnya. Intinya adalah marilah senantiasa kita bertaqwa kepada Allah dengan taqwa yang sebenar-benarnya.

IBADAH HAJI dan ASET AQIDAH UMAT

Oleh : Ustadz Musyafak
Ahad Ke-dua, 14 Oktober 2012

         Al-Qur’an sampai yaumul akhir posisi dan fungsinya adalah sebagai petunjuk. Kali ini terkait dengna urusan haji pemeran dan pelaku awal mulanya adalah Nabiullaah Ibrahim AS. Hal itu terekam dalam SuratAl-Hajj ayat 26-29 yang artinya : “Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan) : Janganlah kamu memperserikatkan sesuatu pun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua itu (baitullah)”.

         Syarat multlak dan harga mati, peran yang dimainkan Ibrahim di tempat baitullah adalah tidak menyekutukan Allah sedikitpun; menjaga kesucian tempat ini bagi orang yang thawaf,dan orang-orang yang sedang beribadah dan menjalankan sholat. Di sana ada Baitullah, Baitullah maknanya rumah yang special hanya untuk mengabdi kepada Allah. Artinya arah terkait dengan urusan sholat. Sebab ada yang menuduh umat Islam sama saja dengan menyembah batu. Statemen seperti itu harus segera diselesaikan dengan memahami bahwa ada 2 syarat sesembahan. Pertama, saling mengenal. Apa benar bahwa segi empat batu yang namanya ka’bah disembah oleh orang-orang yang thawaf di sana? Ketika kita menyembah Allah, kita saling kenal dengan Allah. Sedang dengan batu yang ada di ka’bah, kapan kita pernah kenalan? Kedua, dzat/sesuatu yang kita sembah: Allah pernah memerintahkan untuk menyembah dan melarang untuk tidak menyembah. Sedang ka’bah, tidak pernah memerintahkan atau melarang kepada umat manusia. Karena ka’bah tidak pernah ngomong apa-apa. Kita kenal Allah, dzat pengatur dan pemelihara alam, dzat yang maha tunggal, dzat yang maha sendirian yang nanti mengadili umat manusia di alam mahsyar.

         Setelah Nabi Ibrahim selesai membangun ka’bah dibantu oleh Ismail, Nabi Ibrahim diminta untuk mengajak manusia untuk menjalankan ibadah haji. Jika dihitung, panggilan haji sudah lebih dari 5.000 tahun. Jika dihitung dari panggilan rosulullah Muhammad SAW maka sudah berumur 1.500 tahun. Meski demikian, ada sebagian orang kaya yang belum berangkat haji karena merasa belum mendapat panggilan. Atau sebenarnya, mereka mempunyai alasan tersembunyi sehingga tidak segera berangkat berhaji. Paling tidak, awali dengan niat yang sungguh-sungguh untuk menunaikan ibadah haji. Jika sudah memiliki syarat minimal, maka bersegeralah mendaftarkan diri ke Kantor Kementrian Agama. Yang harus diingat adalah kewajiban melaksanakan ibadah haji adalah sekali. Jika bersikeras berangkat haji lagi, maka akan mengganggu hak orang lain. Nilainya pun sunnah.
  
         Dalam Surat Al-Hajj ayat 26 ditegaskan agar Nabi Ibrahim AS diwajibkan menjaga dari kesyirikan dan menjaga kesucian. Itu adalah salah satu sebab, mengapa kain kiswah –penutup ka’bah—dinaikkan sehingga tidak terjangkau tangan.
1. Ngalap Berkah.
Ketika dahulu ada tali yang  bisa dijangkau, sering kali ada jamaah yang bergelantungan dengan alasan agar dapat merengkuh berkah. 
2. Kain Kiswah untuk Jimat.
Dahulu sekitar tahun 60an kain kiswah menutupi ka’bah sampai agak bawah.  Saat itu setiap selesai pelaksanaan  ibadah haji kain kiswah bagian bawah banyak yang sobek-sobek karena dipotong. Setelah ditelusuri, ternyata ada kesengajaan dari jamaah haji –terutama dari Indonesia—yang sengaja memotong sebagian kain kiswah untuk dijadikan jimat. 
3. Di Makam Rosulullah.
Tahun 40an masjid Nabawi terbuka 24 jam, namun sekarang seusai sholat Isya’ sudah ditutup dan menjelang Subuh akan dibuka lagi.  Mengapa demikian?  Karena dahulu banyak jamaah dari Indonesia yang sengaja mengambil debu dari pilar di dekat makam rosulullah dan digunakan untuk dicampur dengan air untuk memandikan keluarganya yang meninggal agar terbebas dari siksa api neraka.  Bahkanpadasaat itu kadang kalaada uang 

Perlu diingat bahwa tidak ada barang keramat, baik yangadadi tanah suci ataupun di tanah air. Seperti beberapa informasi yang saya terima ini yang sebenarnya malahan akan menjerumuskan kita pada kesyirikan :
1. Kuburan keramat.
Pernah terjadi di Mojoagung ada makam yang dikeramatkan, karena dianggap makam pepunden.  Ketika ada warga desa yang sudah tua yang balik ke desa itu setelah lama meninggalkan desa tersebut, dia terkejut dengan adanya makam keramat tersebut.  “Makam pepunden? Itu kuburan kuda!”, katanya.  Karena menyebabkan keributan antar warga, maka polisi mengambil sikap tegas: membongkar kuburan.  Ternyata benar, isinya memang kuda.
2. Sayembara Membaca Dokumen Kuno.
Lokasinyadi di Riau dengan umur dokumen sekitar 1.800an tahun. Hanya 1 peserta yang bisa membaca tulisan kuno. Sebelum mulai membaca syarat pendukungnya adalah : puasa mutih 3 hari, ketika berbuka hari ketiga memotong kambing. Usai sholat Isya dokumen baru boleh dibuka. Dokumen tersebut sangat dikeramatkan, karena pada hari-hari tertentu diberi bunga dan senantiasa dibungkus dengan kain putih. Setelah dibuka dan dibaca, ternyata isi dokumen itu adalah catatan hutang raja!
3. Malam 1 Suro
Di pesisir Laut selatan sejak dari Banyuwangi, Jember, Malang Selatan, tulung Agung, Pacitan, Yogyakarta, Pangandaran, tokoh adat setempat setiap tahun melarung sesaji karena Nyai Roro Kidul Mantu. terbentuk.
4. Nyadran/sedekah Bumi.
Di Trenggalek kegiatan ini merupakan rasa syukur masyarakat kepada Allah, tetapi sekaligus diyakini merupakan syarat untuk mendapatkan keselamatan dan ketentraman bagi warga. Jika tidak dilakukan dikawatirkan akan menyebabkan terjadinya bencana/pageblug. Kegiatan ini sekaligus untuk mendapatkan restu dari para leluhur. Sayangnya, acara ini didukung oleh bupati yang sebenarnya beragama Islam.

         Kita harus selalu ingat ancaman Allah SWT dalam Surat Az-Zumar ayat 65 yang artinya : “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) sebelum kamu : jika kamu mempersekutukan (Tuhanmu), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi”

         Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rosulnya danbertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS Al-Hujurat : 1). Berdasar ayat tersebut, maka segala hal yang berkaitan dengan ibadah kita harus mengikuti al-Qur’an dan Sunnah. Petunjuk teknisnya adalah hadits dari Ali bin Abi Tholib. “Rosul telah menyuruh aku mengurus hewan penyembelihan yaitu sedekahkan dagingnya, kulitnya dan pakaiannya. Aku dilarang oleh nabi untuk memberi ongkos tukang jagal dari komponen hewan kurban”. (Pada masa itu kambing kurban diberangkatkan dari pemilik dengan kain putih yang melingkari badannya dan kain ini harus dibagikan juga).

Adab mengelola Hewan Kurban 
a. Jangan Potong Rambut/Kuku  
Bagi mudhoqi (yang berkurban) disunnahkan agar tidak memotong rambut dan kuku sejak tanggal 1 - 10 Dzulhijjah.
b. Jangan Menjual Kulit Hewan Kurban.
Kulit hewan kurban harus dibagikan kepada mustahik (yang menerima hewan kurban). Tidak boleh dijual oleh panitia. Jika yang menjual mustahik, maka diperbolehkan karena mereka memang berhak untuk menerima. Termasuk, kulit atau kepala hewan kurban tidak boleh untuk membayar ongkos tenaga professional penyembelih.
c. Dibagi sesuai kebutuhan/proporsional.
Mari kita bagikan daging kurban dengan lebih adil. Kita sering menganggap adil jika setiap keluarga mendapat bagian yang sama, tetapi perhatikan jumlah anggota keluarganya. Jika lebih besar, beri lebih banyak. Jadi, membagi daging hewan kurban harus tahu jumlah anggota keluarga dari mustahik.
   
U n t u k   R e n u n g a n  :
Sebenarnya ini adalah masalah yang peka, namun perlu saya disampaikan dalam forum pengajian ini: 
1. Adanya Konggres Asia dan Penganut agama Hindu di Lumajang tahun 2006.
Salah satu poin merupakan ungkapan rasa syukur yang mendalam karena bermanfaatnya salah satu ajaran mereka yaitu tentang peringatan kematian sejak hari pertama – ke 7, ke 40, ke 100, ke 1000 dan peringatan setiap tahun, yang juga dilaksanakan oleh sebagian umat Islam. Padahal contoh rosulullah tidak seperti itu. Contoh rosulullah sama seperti ketika menangani kematian kucing. Ucapan yang disampaikan adalah : “Shobrun, shobrun, sabarlah, bersabarlah”. Suguhan aqua pun tidak ada.
2. Buku “Tahlilan : Tradisi ataukah Syariat?” Membahas Tahlilan yang digagas awal Sunan Kalijaga.  Pada masa awal sudah ditentang oleh Sunan Ampel yang kawatir akan menjadi kebiasaan yang salah.  Begitu pula Sunan Bonang –putra sulung Sunan Ampel--, juga menolak.  
3. Wasiat KH Hasyim Asyhari kakek Gus Dur, yang diketemukan oleh Prof. Dr. Munir Mulkhan guru besar IAIN Sunan Kalijaga di Perpustakaan Leiden Belanda.  Isinya adalah, “Jika aku meninggal dunia jangan ada tahlilan untuk diriku”. 
4. Keputusan Muktamar NU pertama di Penelih Surabaya. Salah satunya menyebutkan :  menyediakan makanan setelah mayat dikubur adalah makruh, karena bagian dari meratap. Bahkan ini disebut sebagai bid’ah yang tercela.  

 Secara keseluruhan, Tahlilan adalah tradisi. Tradisi Indonesia, khususnya Jawa Timur dan lebih khusus lagi adalah tradisi Jombang.

Kamis, 02 April 2015

BAGAIMANA MENCIPTAKAN DUNIA MENJADI TAMAN YANG INDAH?

Oleh : Ustadz Qowaid
Ahad Ke-dua, 9 September 2012

Alhamdulillah mudah-mudahan kita mendapat kita manfaat dari pengajian yang kita laksanakan pagi ini. Alhamdulillah pula kita sekalian baru lepas dari pelatihan bulan romadlon yang berupa ibadah mahdoh puasa romadlon dan ibadah sunnah mahdoh qiyamullail. Termasuk ibadah sosial dengan memberikan buka puasa, berinfak dan ibadah wajib membayar zakat. Rosulullah Muhammad SAW bersabda yang artinya, “Barang siapa yang berpuasa Romadlon karena iman dan mengharap pahala Allah SWT, maka akan diampunkan semua dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari – Muslim). Dalam hadits yang lain disebutkan, “Barang siapa yang bangun sholat malam pada bulan Romadlon karena iman dan mengharap pahala Allah SWT, maka akan diampunkan semua dosanya yang telah lalu” (HR Bukhari – Muslim).

Landasan karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT disebutkan dengan jelas, karena ada sebagian orang yang berpuasa bukan karena Allah. Mereka berpuasa karena “sungkan” kepada manusia. Mereka berpuasa karena punya tujuan jangka pendek yang lain. Padahal tujuan utama puasa adalah untuk meningkatkan kualitas diri manusia dalam hubungan kepada Allah dan dalam hubungan sesama manusia. Dengan demikian manusia akan kembali kepada ekstensinya sebagai hamba Allah dengan tugas pentingnya untuk membudayakan bumi ini. Modal utamanya adalah iptek dan imtaq. Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan menjamin dunia selamat jika tanpa syariat yaitu iman dan taqwa. Jadi bumi akan maju dengan ilmu pengetahuan dan selamat dengan syariat.

Bumi ini diciptakan Allah cukup untuk menghidupi semua makhluk hidup yang ada di atasnya. Dr. Imam Abu Hanifah dalam disertasinya menyatakan bahwa bumi mencukupi meski dihuni lipat dua dari manusia yang ada sekarang ini. Namun tidak mencukup untuk menjawab kebutuhan manusia yang rakus, meski hanya beberapa manusia saja. Mengapa demikian? Karena nafsu yang dimiliki manusia. Ada 3 tingkatan nafsu :
1. Nafsu Bahimiyah (Nafsu binatang ternak)
Kebutuhannya sangat sederhana yaitu hanya makan, minum, kawin saja. Dengan nafsu seperti itu memang tidak akan menimbulkan kemajuan, kerusakan yang ditimbulkannya pun relatif kecil. Jika persaingannya sangat ketat maka akan muncul jenis nafsu yang kedua.
2. Nafsu Sabuiyah (Nafsu binatang buas)
Nafsu binatang buas mencakup makan, minum, kawin dan ditambah hasrat untuk menghancurkan lawannya. Menghancurkan lawan membutuhkan tenaga yang keras dan konflik yang akan tampak nyata. Dengan nafsu semacam ini kemajuan akan semakin terhambat sedang kerusakan yang ditimbulkan akan semakin besar. Oleh karena itu maka muncullah nafsu tingkat ke-tiga.
3. Nafsu Syaitoniyah
Nafsu syaitoniyah adalah nafsu yang untuk memenuhi kebutuhannya bukan hanya diselesaikan secara fisik, tetapi dengan membuat aturan-aturan yang menguntungkan diri dan kelompoknya. Pemenuhan nafsu dengan mengatur dan mengalahkan lawan-lawannya dari belakang meja saja, bukan melalui benturan secara fisik. Dengan dominannya nafsu syaithoniyah akan berdampak kemajuan sulit dicapai, kehancuran pasti akan didapatkan. Dengan hanya menekan sebuah tombol, maka peluru kendali akan menghancurkan banyak wilayah sekaligus. Jika hal itu terjadi, maka kebingungan akan melanda umat manusia. Hal itu terjadi karena orang-orang yang menguasai bumi tidak memiliki bimbingan dari syariat.

Rosulullah Muhammad SAW bersabda, “Dunia akan menjadi taman yang indah yang dihiasi dengan 5 perkara: ilmunya ulama, keadilan umara/pemimpin, pengusaha yang jujur, orang-orang yang tekun beribadah dan pegawai/karyawan yang ikhlas. Maka datanglah iblis dengan 5 bendera/penyakit yaitu para ulama digelitik dengan rasa hasud, umara akan diracuni dengan sifat dholim, pengusaha dengan khianat, para ahli ibadah dengan riya’ dan karyawan dengan rasa tidak ikhlas”.
1. Ilmunya Para Ulama.
Yang dimaksud ulama adalah para cerdik pandai, dan orang yang mengerti ilmu pengetahuan dan ilmu syariat. Jangan ulama diartikan sebagai figur/kyai. Karena orang yang mengerti ilmu pengetahuan dan ilmu syariat inilah yang memiliki peluang sangat besar untuk selalu tunduk kepada Allah.
2. Para Pemimpin/Pejabat yang Adil.
Ada sebuah ungkapan yang menyatakan, ada 2 lembaga yang jika kedua lembaga itu baik, maka baiklah masyarakat itu. Jika kedua lembaga itu jelek, maka jeleklah masyarakat itu. Dalam istilah dakwah yang harus dibenahi adalah dakwah hakim: dakwah kepada pemimpin dan kepada umat. Keduanya harus seimbang, tidak bisa tidak. Ulama dan umara harus seimbang terbimbing. Tanpa keseimbangan itu sangat sulit tercipta masyarakat yang baik. Jika keserasian ulama dan umara sudah tercipta, maka ketiga hal berikut akan mudah terbentuk.
3. Para Pengusaha yang jujur.
Dengan adanya keserasian, contoh dan bimbingan ulama umara maka akan mampu menumbuhkan adanya pengusaha yang jujur. Dengan demikian pengusaha akan tunduk dan jujur dalam pengelolaanekonomi, sehingga perekonomianmenjadi kuat. Seperti pada masa kholifah Umar Bin Abdul Aziz dimana kondisi itu pernah terwujud.
4. Orang-orang yang Ibadahnya Tekun.
Dengan keserasian ulama umara maka akan mampu menciptakan anggota masyarakat yang tekun dalam beribadah. Dengan banyaknya orang-orang yang tekun beribadah, maka suasana damai dannyaman mudah tercipta.
5. Keikhlasan para pegawai/karyawan
Keserasian ulama, umara dan pengusaha yang jujur memberi dampak positif bagi keikhlasan pegawai dan karyawan. Karyawan dan pegawai ikhlas, karena penguasaha memberikan gaji sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Kondisi ideal semacam itu tentu sangat tidak diinginkan oleh iblis. Oleh karena itu iblis akan datang dengan 5 bendera/penyakit yang akan disebarluaskan yaitu :
            a. Penyakit Hasud ulama.
Iblis menghembuskan rasa hasud/dengki di dalam hati ulama, sehingga yang semula ilmunya digunakan untuk mendidik umat, sekarang digunakan untuk memperkaya diri sendiri. Umat akan terpecah, karena ulama hanyaberpikir untuk kepentingan pribadi.

b. Penyakit Dholim umara.
Iblis menanamkan rasa dholim di hati para pejabat/pemimpin, sehingga mulai berani menyalahgunakan kekuasaannya. Sikap dholim mulai menyebar, karena hasrat untuk mengeruk keuntungan bagi diri pribadi mulai tumbuh.

c. Penyakit Khianat Pengusaha.
Iblis membawa penyakit khianat kepada pengusaha, sehingga mereka mencari legitimasi kekuasaan kepada penguasa/pemimpin dan bersifat memeras kepada buruh.  Akibatnya suasana memupuk kepentingan pribadi semakin terasa.  
d. Penyakit Riya’ Ahli Ibadah.
Iblis menghembuskan penyakit riya’, sehingga sifat riya’ mulai tumbuh dan tersebar luas di hati ahli ibadah.

e. Penyakit tidak Ikhlas Para Karyawan
Iblis menghembuskan penyakit tidak ikhlas kepada pegawai dan karyawan, sehingga suasana ketidakpuasan mudah menyebar. Akibatnya, mereka mulai berpikir hanya untuk kepentingan pribadi saja dan apa yang menguntungkan diri sendiri.


K e s i m p u l a n
             Bulan Romadlon baru beberapa waktu berlalu. Dalam bulan Romadlon, kita semua mendapat pelatihan agar menjadi manusia yang bertaqwa: menjadi manusia yang kualitas taqwanya meningkat sehingga kualitas hubungan kepada Allah SWT dan kepada sesama manusia juga menjadi lebih baik. Tantangan utama manusia adalah dirinya sendiri, hawa nafsu yang dimilikinya sendiri. Rosulullah Muhammad SAW menyatakan bahwa Dunia dapat menjadi taman yang indah jika tersedia : 
1. Ilmunya Para Ulama.
Ulama adalah para cerdik pandai: orang yang mengerti ilmu pengetahuan dan ilmu syariat. Karena orang yang mengerti ilmu pengetahuan dan ilmu syariat inilah yang memiliki peluang sangat besar untuk selalu tunduk kepada Allah.
2. Para Pemimpin/Pejabat yang Adil.
Sikap adil dari pemimpin/pejabat mutlak diperlukan. Ulama dan umara harus seimbang terbimbing. Tanpa keseimbangan itu sangat sulit tercipta masyarakat yang baik. Jika keserasian ulama dan umara sudah tercipta, maka ketiga hal berikut akan mudah terbentuk.
3. Para Pengusaha yang jujur.
Dengan adanya keserasian, contoh dan bimbingan ulama umara maka akan mampu menumbuhkan adanya pengusaha yang jujur. Dengan demikian pengusaha akan tunduk dan jujur dalam pengelolaan ekonomi, sehingga perekonomian menjadi kuat. .
4. Orang-orang yang Ibadahnya Tekun.
Dengan keserasian ulama umara maka akan mampu menciptakan anggota masyarakat yang tekun dalam beribadah. Dengan banyaknya orang-orang yang tekun beribadah, maka suasana damai dan nyaman mudah tercipta.
5. Keikhlasan Para Pegawai/Karyawan
Keserasian ulama, umara dan pengusaha yang jujur memberi dampak positif bagi keikhlasan pegawai dan karyawan. Karyawan dan pegawai ikhlas, karena penguasaha memberikan gaji sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Memperhatikan ke-5 hal tersebut tentu iblis dengan bala tentaranya tidak akan tinggal diam. Iblis akan terus menggelitik hati kita dengan hembusan indahnya melakukan hal yang sebaliknya. Iblis memang tidak akan tiggal diam, namun kita bisa berhati-hati dengan benar-benar menyimak sifat-sifat jelek yang menjadi kesenangan Ibils dan balatentaranya.

APAKAH ISLAM SAYA SUDAH MENUJU KAFFAH?

Penyaji : Ustadz Julaibib
Ahad Ke-empat, 22Juli 2012

       Pertama kali saya mohon maaf karena lidah saya yang masih kaku dalam mengucapkan salam. Memang saya sudah kelihatan tua, tetapi umur saya dalam memeluk Agama Islam masih sangat balita. Saya mendapat hidayah untuk memeluk Agama Islam baru mulai 28 Agustus 2010. Julaibib adalah nama muslim saya, yang saya ketemukan 2 minggu dari Islam saya dari buku yang saya baca La Tahzan, Jangan bersedih hati. Nama seorang sahabat rosulullah yang sempat ikut perang bersama rosulullah dan meninggal. Rosulullah turut mengkafani dan mensholatkannya.

       Saat tour ke Bali pasti ada waktu luang. Biasanya pergi ke Kuta banyak tempat maksiaat dan pergi ke pura. Saat masuk ke pura harus memakai selendang dan menyelipkan bunga jepun atau yang disini disebut bunga kamboja. Bunga itu diselipkan di atas telinga. Penyelipan bunga ini ada maknanya. Jika di atas telinga kanan berarti sudah nikah dan jika di sebelah kiri berarti belum nikah. Banyak anak-anak perempuan kita yang ke sana ikut menyelipkan di telinga kanan dan bahkan ada nenek-nenek yang sudah bercucu menyelipkan di telinga kiri. Oleh karena itu cari tahu dulu, baru kita lakukan. Jangan asal-asalan, karena kelihatan bagus. Biasanya bunga-bunga itu adalah bekas untuk sesaji. Tidak heran jika sepulang dari Bali banyak anak-anak kita kerasukan. Beberapa waktu yang lalu saya diminta solusi sebuah sekolah di Pasuruan karena 6 anak didiknya kerasukan sepulang tour ke Bali. Ketika saya tanya, mereka memang masih membawa bunga dari pura.

       Kita di dalam Islam banyak sekali kemudahan, untuk itu sekali lagi saya mengingatkan marilah kita bersama-sama instropeksi diri. Sejauh mana kita beragama Islam ini? Sudah kaffah-kah kita dalam beragama Islam ini? Karena dalam surat Al-Baqoroh ayat 208 Allah menegaskan agar kita beragama Islam secara kaffah, secara keseluruhan. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. Saya yakin bapak ibu lebih banyak hafal Al-Qur’an dibanding saya, namun di sini saya berusaha mengingatkan.

       Kaffah yang dimaksukan di situ bukan hanya dalam ibadah saja, tetapi juga pola pikirnya, tingkah laku dan lisannya juga. Jika sudah keseluruhan, itu baru kaffah. Mentang-mentang dalam Agama Islam banyak kemudahan, terus nggampangke. Sekarang Romadlon baru hari ketiga. Kemarin saya lihat ada yang siang-siang clingak-clinguk masuk warung. Puasa kita ada buka ada sahur, kemudahan. Kalau kita lihat orang Hindu, mereka puasa 3 hari terus menerus 3x24 jam, 7x24 jam atau 40x24 jam. Kok yang clingak-clinguk itu, seperti takut bertemu keluarga atau kenalan. Sepertinya dia tidak ingat, bahwa Allah jelas Maha Tahu. Itu kan seperti membuat Islam sulit. Itulah salah satu kealpaan kita sebagai orang Islam.

       Mungkin sebagian jamaah sudah tahu riwayat dan proses saya masuk Islam. Sebelum masuk Islam, saya adalah umat agama Hindu. Bahkan, dalam umat agama Hindu Dharma Bali saya dianggap orang suci yang disebut bedanda. Salah satu tugas bedanda adalah memimpin upacara Ngaben --upacara kematian-- biayanya sangat luar biasa, bisa mencapai 8 milyar. Alokasi terbesar untuk upatarung, yaitu sesaji. Biaya kedua terbesar untuk para bedanda yang minimal per orang 4 juta rupiah. Bagi keluarga yang tidak mampu, diperbolehkan mayat dikubur dahulu. Upacara Ngaben massal akan diadakan oleh pemerintah propinsi setiap 10 tahun sekali. Begitulah upacara kematian yang dimulai 3 hari, 7 , 40, 100, 1.000, 2.000, 3.000 hari yang kesemuanya ada tuntunannya dalam kitab Weda, kitab suci Agama Hindu. Ternyata, orang Jawa yang beragama Islam banyak yang melakukan selamatan sesuai tanggal itu. Padahal kalau saya cari-cari di kitab Bukhori Muslim, sama sekali tidak saya temukan …

       Dalam kesempatan ini saya akan sampaikan tentang upacara-upacara dalam Agama Hindu sebagai informasi dan perbandingan. Sekaligus sebagai koreksi diri apakah Islam kita sudah menuju kaffah.
Upacara didalam agama Hindu disebut Yajna. Yajna adalah upacara, bukan selamatan: beda. Maksud dan tujuan diadakannya Yajna adalah untuk menghaturkan bhakti suci dengan perwujudan yang disebut dengan Panca Yajna, yaitu 5 Upacara.


1. Dewa Yajna.
Upacara suci yang dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasiNya. Manifestasinya bisa berwujud binatang atau barang, bisnis juga mungkin. Dalam foto yang saya bawa, manifestasinya adalah kerbau yang dibawa ke puracakti. Ternyata menjelang 1 Suro hal itu dilakukan juga di Solo yaitu dengan memandikan Kyai Slamet, seekor kerbau yang di keramatkan disana. Kyai yang tidak pernah Sholat dan Shodaqah, tapi mempunyai Sejuta Umat. Air bekas mandi Kyai Slamet banyak diminati oleh sebagian masyarakat, yang dipercaya membawa berkah untuk pengobatan dll. Untuk setiap 1 botol aqua harganya 5ribu rupiah. Setelah dihanduki, kerbau itu akan diarak keliling Benteng Kraton Solo. Ketika kerbau itu membuang kotoran, banyak masyarakat yang memunguti “kotoran” Kyai Slamet, karena dianggap membawa berkah. Tampak dalam foto ini, bahkan ibu-ibu yang berjilbab turut memunguti kotoran itu. Katanya bisa untuk obat awet muda.

2. Pitra Yajna.
Upacara suci dengan tulus ikhlas yg ditujukan kepada Roh Leluhur. Bentuk utamanya adalah upacara Ngaben seperti yang tadi sudah saya singgung.

3. Rsi Yajna
Upacara suci yang ditujukan untuk orang-orang suci umat Hindu. Biasanya dilaksanakan pada hari kematian atau kelahirannya. Dalam kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti, Cetakan I dan II th 1983 berbunyi :
“ Termashurlah upacara untuk orang mati yang dinamai upacara suci kepada leluhur dan dilakukan pada bulan penanggal pertama ( hari ke 3, 7, 40, 100 dan 1000). Jika seseorang rajin melakukan upacara tersebut, pahala dari upacara untuk orang mati itu yang dilakukan sesuai dengan hukum Smarta akan mencapai dirinya selalu”.

4. Bhuta Yajna
Upacara suci yang ditujukan kepada para bhuta dan segala makhluk yang lebih rendah derajatnya dari manusia. Bentuknya upacara Ogog-Ogoh. Biasanya dilakukan sebelum hari Nyepi.

5. Manusia Yajna
Upacara suci yang ditujukan untuk pemeliharaan umat manusia. Banyak upacara untuk manusia dengan urutan sebagai berikut :
a. Magedong-gedongan, di Jawa istilahnya Tingkepan. Upacara ini dilakukan saat usia kandungan 7 bulan ( kalender Bali 1 bln = 35 hari ). Tujuan upacara ini adalah : Memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widi agar bayi yang ada dalam kandungan itu diberkahi kebersihannya, baik secara lahir maupun bathin. Demikian pula si Ibu beserta bayinya ada dalam keadaan selamat, kemudian setelah lahir dan dewasa dapat berguna dimasyarakat serta dapat memenuhi harapan orang tuanya 
b. Jatasamskara, upacara kelahiran.
c. Menanam ari-ari.
d. Kepus pungsed, putusnya tali pusar si bayi.
e. Ngerorasin, pada saat usia bayi 12 hari.
f. Tutug Kambuhan / A Bulan pitung Dina (macolongan), pada saat usia si bayi 42 hari.
g. Tutug sambutan / Nelu Bulanin dan Mapetik, saat si bayi berumur 105 hari (3 bulan).h. Satu Oton/Otonan, saat bayi berusia 210 hari.
i. Menek Bajang, saat si anak mulai menginjak remaja yang ditandai menstruasi pertamabagi perempuan.
j. Metatah/Mesangi, upacara potong gigi.
k. Pawiwahan, upacara perkawinan dengan segala urutan upacaranya persis seperti yang dilaksanakan di Yogyakarta saat pernikahan putri Sultan Hamengkubuwono IX.

       Hal yang sangat penting untuk diingat adalah pemakaian istilah sembahyang. Sembahyang terdiri atas dua kata, yaitu; Sembah yang berarti menakupkan kedua belah telapak tangan , yang dilakukan dengan cara-cara tertentu (sungkem) dengan tujuan untuk menyampaikan penghormatan, perasaan hati atau pikiran, baik dengan ucapan kata-kata maupun tanpa ucapan, misalnya hanya sikap pikiran. Hyang yaitu yang dihormati atau dimuliakan sebagai obyek dalam pemujaan, yaitu Ida Sang Hyang Widhi, yang berhak menerima penghormatan.
Masih relefan-kah istilah Sembahyang kita maksud-kan dengan SHOLAT ???

Sebagai orang yang baru masuk Islam, ada 3 hal yang harus saya lakukan :
1. Melafalkan dua kalimat syahadat,
2. Berlepas diri dari semua agama selain Islam,
3. Mengikatkan hatinya semata kepada ALLAH SWT. 

       Pertanyaannya : bagaimana dengan orang yang sudah lama memeluk Agama Islam? Dari yang saya lihat selama ini, sudah saatnya kita melakukan koreksi kembali : apa sajakah hal yang tidak sesuai dengan Islam yang harus saya tinggalkan? Bagaimanakah caranya agar Islam saya benar-benar kaffah?


K e s i m p u l a n
       Allah menegaskan bahwa kita harus memeluk Agama Islam secara keseluruhan, secara kaffah. Kaffah bukan hanya dalam ibadah mahdhoh saja, tetapi juga dalam tingkah laku dan lisannya. Dalam perbuatan kita sehari-hari kita tidak boleh meniru saja, karena melihat sesuatu tampak baik dan menyenangkan. Banyak perbuatan kita yang meniru leluhur kita ternyata merupakan tuntutan dari agama lain yaitu Agama Hindu. Banyak simbol-simbol dalam agama Hindu yang memiliki makna dan mencerminkan pengakuan akan adanya dewa-dewa.

       Marilah kita evaluasi lagi setiap perilaku kita, kebiasaan dalam keluarga kita yang mungkin harus segera kita tinggalkan. Islam menuntut kita bersih, bersih ibadah, tingkah laku dan lisan kita dari hal-hal yang mengandung kemusyrikan.

DINAMIKA KEIMANAN KITA dan RIZKI ALLAH

Penyaji : Ustadz Dawwul Qomar S.
Ahad Ke-dua, 8 Juli 2012


         Syukur Alhamdulillah ke hadirat pada Allah SWT yang telah menciptakan mati dan hidup semata sebagai ujian bagi kita di muka bumi ini. Sebentar lagi kita memasuki bulan Romadlon. Dalam sebuah riwayat Usamah bin Zaid berujar kepada Rosulullah, “Ya Rosulullah, saya lihat Anda berpuasa jauh lebih banyak dalam bulan Sya’ban dibanding bulan-bulan yang lain”. Jawab rosulullah SAW, “Bulan itu adalah bulan yang sering dilupakan manusia, karena letaknya di antara Rajab dan Romadlon. Pada bulan itu semua amal manusia diangkat ke hadirat Tuhan seluruh alam. Ketika amal perbuatan saya diangkat ke hadirat Allah, saya sedang dalam keadaan sedang berpuasa” (HR Abu Dawud).

         Hikmah yang bisa kita angkat, alangkah indahnya ketika amal ibadah kita diangkat kepada Allah, dosa-dosa kita sudah terhapus bersih. Oleh karena itu banyak-banyaklah istighfar kepada Allah, banyak-banyaklah memohon maaf kepada manusia, sehingga ketika amal kita diangkat kepada Allah, dosa-dosa kita terhapus bersih.

       Dalam kesempatan ini saya tidak akan membahas tentang kaifiyah puasa romadlon, karena sudah banyak yang membahas hal itu. Sebagai pembuka saya ingatkan, berhati-hatilah dengan banyaknya hadits palsu dan salah satunya terkait nisfu sya’ban yang maudhu’. Mengapa? Karena dalam sanadnya ada nama Muhammad bin Muhyi. Salah satu nama yang tidak dikenal dalam rijalul hadits, dan itu artinya hadits tersebut adalah palsu. Salah satunya adalah hadits berikut ini: “Wahai Ali, barang siapa sholat 100 rokaat pada malam nisfu sya’ban dan tiap-tiap rokaat membaca surat Al-Fatihah 10 kali dan surat Al-Ikhlas 10 kali, maka Allah pasti akan memenuhi semua hajat hidup orang tersebut”. Sayang, hadits ini adalah hadits palsu. Jadi, tidak perlu kita lakukan. Sedang hadits tentang puasa sya’ban adalah shohih dan sebaiknya kita lakukan.
    
     Dalam bulan romadlon peredaran uang sangat besar. Karena itu saya memilih untuk mengkaji surat Al-Baqoroh ayat 254 yang saya bacakan tadi. Yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi pertolongan. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim (QS Al-Baqoroh : 254). Ayat ini diawali dengan nidaur-rohman, “Yaa ayyuhalladziina ‘aamanu”, panggilan yang penuh dengan kasih sayang. Begitu pula panggilan Allah ketika mengingatkan agar jangan sholat jika masih dalam keadaan mabuk.

Berbicara tentang iman ada 4 kategori iman :  
1. Iman Para Malaikat (Iman yang tidak bertambah dan tidak berkurang)
Sayangnya banyak manusia yang imannya menyerupai malaikat, tidak sama tetapi mirip, seperti terjebak pada rutinitas. Mulai kenal sholat sampai tua sholatnya tetap 17 rokaat. Tidak berusaha menambah dengan sholat sunnah yang lain. Sepanjang hidup sholatnya terlambat terus. Sejak awal mengikuti Pengajian Ahad Pagi infaknya tetap receh terkecil dari dalam dompetnya. Sejak muda sampai tua hafalan al-Qur’annya tetap surat itu-itu saja.. Mudah-mudahan iman kita tidak seperti itu.
2. Iman Orang Munafik (Iman yang tidak bertambah, tetapi berkurang terus)
Kategori iman ini peningkatannya selalu di bawah penurunannya, naik 10 turunnya 20. Jumlah akhirnya selalu menunjukkan penurunan.
3.   Iman Manusia pada Umumnya (Iman yang kadang naik kadang turun)
Ini adalah iman manusia yang benar-benar naik turun, keimanan manusia pada umumnya. Kadang naik kadang turun. Masih baik jika naiknya lebih banyak dari turunnya, --naik 50 turun 10--, sehingga frekuensi keseluruhan masih tetap naik.   
4.   Iman yang Ideal (Iman yang selalu bertambah dan tidak pernah turun)
Keimanan seperti ini yang disebut rosulullah sebagai hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini. Tingkat keimanan yang senantiasa bertambah.



       Keimanan model ke-empat ini yang mendapat panggilan Allah untuk menginfakkan hartanya di jalan Allah. Ini yang mirip-mirip Utsman bin Affan, Umar bin Khottob, Abu Bakar dan Abdurrahman bin Auf. Ada warisan rosulullah yang jarang-jarang diambil oleh umat Islam, yaitu penguasaan finansial, penguasaan harta. Sebagai contoh apa mas kawin rosulullah? 100 ekor unta. Jika 1 ekor unta 20 juta, maka berarti 2 milyar. Mahar fungsinya adalah penggembira istri. Sedang wanita Indonesia sepertinya menyukai rukuh, sehingga sebagian besar maharnya adalah seperangkat alat sholat. Mengapaseperti itu?

       Contoh lain penguasaan finansial adalah Utsman bin affan saat perang Tabuk. Perang Tabuk adalah perang terakir yangdilakukan rosulullah. Jarak Madinah ke Tabuk adalah 1.000 km dan rosulullah membawa 30.000 pasukan, sedang pasukan Romawi sekitar 40.000. Kendaraan yang dimiliki pasukan rosulullah hanya sekitar 900 unta dan 100 kuda dan semua itu sebagian besar sumbangan dari Utsman bin Affan.

        Kembali ke ayat 254 Surat Al-Baqoroh. “Infakkan sebagian harta yang diberikan Allah”, berarti harta kita adalah hakekatnya adalah pemberian Allah dan milik Allah. Inna lillaahi wa inna ilaihi roojiuun, sesungguhnya semuanya dari Allah dan kepada Allah semua akan kembali. Banyak di antara kita yang memahami bacaan tersebut hanya terkait dengan kematian. Padahal sesungguhnya tidak. Sesungguhnya bacaan itu terkait dengan semua yang kita terima dari Allah, termasuk harta kita. Oleh karena itu Allah memerintahkan untuk menginfakkan sebagian rizki kita. Infak adalah untuk kepentingan kita sendiri, bukan untuk Allah. Kita semua tidak ada yang berinfak, Allah tidak menjadi miskin. Kita semua berinfak, Allah tidak menjadi lebih kaya, karena Allah sudah Maha Kaya. Segerakanlah dalam berinfak, sebelum waktu kita habis. Sebelum kita tidak punya lagi kesempatan karena sudah terlanjur mati.

Berbicara tentang rizki yang diberikan Allah kepada kita ada 4 kategori rizki yaitu :
1. Rizqun Mathmuunun (Rizki yang dijamin Allah)
Ini adalah jenis rizki yang diberikan Allah kepada kita secara otomatis, gratis, setiap hari dan setiap saat. Apa itu? Sinar matahari dan oksigen. Apakah kita pernah menghitungnya? Sekali bernafas kita menghirup 0,5 liter. Rata-rata tiap menit manusia menghirup 19 kali, berarti tiap menit butuh 9,5 liter. Artinya dalam 1 hari 13.680 liter. Jika dirupiahkan 1 liter 250ribu, maka 1 menit 2 juta lebih, dan dalam sehari bisa mencapai 3 milyar lebih. Itu baru satu hari. Ketika kita sakit, baru kita menyadarinya.

2. Rizqun Maqluuqun (Rizki yang mutlak milik Allah)
Jika sudah diberi, tidak ada yang bisa menolak. Kalau sudah diambil Allah, tidak ada yang bisa menahannya. Contohnya kasus seorang miskin yang rumah reyotnya di daerah Sedayu Lamongan. Ketika Malaysia membangun pengalengan ikan terbesar di Indonesia di daerah yang gersang itu, mereka butuh air yang banyak untuk keperluan produksi. Setelah dicari-cari sumber air yang bisa ditemukan berada di tanah orang miskin itu. Akhirnya, ½ juta sehari bisa diterima petani miskin itu.
Bagaimana hilangnya? Bisa karena berjudi, kalah dan hartanya hilang; atau terkena bencana dan musnah. Atau kita yang masih hidup sudah meninggalkan harta. Bagaimana bisa? Karena kita sakit sehingga makan saja sangat dibatasi, padahal kita mampu untuk membeli apa saja diinginkan. Dan terutama ketika kita menerima panggilan Allah, mati.

3.   Rizqun Maksyuumun (Rizki yang diberikan Allah sesuai porsi)
Porsi rizki kita seberapa jumlahnya hanya Allah yang tahu. Kewajiban kita adalah bekerja sungguh-sungguh dalam mencari rizki serta ikhlas dalam bekerja dan ketika menerima hasilnya.

4.   Rizqun Maw’uudhun (Rizki yang dijanjikan oleh Allah)
Allah berfirman yang artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh baik laki-laki atau perempuan dan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami beri kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan (QS An-Nahl : 97).

K e s i m p u l a n
         Dalam bulan Romadlon ini marilah kita awali untuk lebih banyak membelanjakan rizki kita di jalan Allah, sebelum waktu yang kita miliki habis. Harta kita tidak bisa kita bawa mati, karena harta itu akan menjadi hak ahli waris. Harta kita yangsesungguhnya adalah harta yang kita infakkan di jalan Allah. Dengan landasan iman kepada Allah, kita akan dapat berinfak dan beramal tanpa ragu. Ada 4 kategori iman yaitu :
1. Iman Para Malaikat (Iman yang tidak bertambah dan tidak berkurang)
2. Iman Orang Munafik (Iman yang tidak bertambah, tetapi berkurang terus)
3.  Iman Manusia pada Umumnya (Iman yang kadang naik kadang turun)
4.  Iman yang Ideal (Iman yang selalu bertambah dan tidak pernah turun)
       Dengan kitaselalu berusaha meningkatkan infak dan amal ibadah kita yang lain, insya Allah keimanan kita termasuk pada kategori ke-empat. Kategori yang menjadi harapan rosulullah: hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini.

Jika dipilah ada 4 kategori rizki yaitu :
1. Rizqun Mathmuunun (Rizki yang dijamin Allah)
2. Rizqun Maqluuqun (Rizki yang mutlak milik Allah)
3.   Rizqun Maksyuumun (Rizki yang diberikan Allah sesuai porsi)
4.   Rizqun Maw’uudhun (Rizki yang dijanjikan oleh Allah) 

         Adanya pengkategorian itu semakin menegaskan bahwa memang ada banyak jenis rizki dan semuanya berasal dari Allah, milik Allah. Kita wajib bersyukur. Kita berhak dan berkewajiban semaksimal mungkin agar bisa menjadi kaya secara finansial agar kita dapat berinfak dan beramal dengan lebih banyak dan lebih baik lagi. Lebih dari itu, marilah selalu kita tingkatkan infak kita, sholat kita, bacaan dan hafalan Al-Qur’an kita, silaturahim kita dan semua amal ibadah kita serta keikhlasan kita. Karena, hanya balasan pahala Allah saja yang bisa kita harapkan ketika sudah tidak ada lagi penolong ketika hari pembalasan tiba. Yaa Allah, berilah kami petunjuk, bimbingan dan kekuatan untuk melaksanakan semua itu, amien.

PUASA dan KEHIDUPAN SOSIAL

Penyaji : Ustadz Hisyam Hidayat, SEI
Ahad Ke-empat, 24 Juni 2012

         Syukur Alhamdulillah pagi hari ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk melakukan amal sholeh yang oleh rosulullah disebut sebagai taman-taman surga. Sabda beliau, “Jika kalian melewati taman-taman surga, maka tambatkanlah unta-unta kalian”. Setiap roda langkah kaki panjenengan akan sangat dihargai oleh Allah Ta’ala.

       Dalam kesempatan kali ini saya akan menyampaikan topik yang berjudul Puasa dan Kehidupan Sosial. Bagian pertama tentang hakekat puasa dalam pandangan menurut Islam dan kedua bagaimana puasa membentuk kesadaran/kepedulian sosial seorang muslim di tengah-tengah kehidupan masyarakat sehingga berpengaruh dalamkehidupan masyakat.

A. Hakekat Puasa Berdasarkan Istilah.
Para ulama sering membahas puasa berdasarkan fikih puasa adalah menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan puasa sejak dari fajar shiddiq sampai terbenamnya matahari. Dalam kesempatan ini saya akan membahas kata puasa berdasar pendekatan Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab.

1. Istilah Bahasa Jawa (Poso

Poso romadlon yaitu ngeposno roso. Maksudnya apa? Yaitu perkara-perkara, pikiran, perkataan dan perilaku yang jelek diposno atau dibuang pada saat Bulan Romadlon. Dengan cara apa? Romadlon secara bahasa adalah membakar. Di dalam kamus Bahasa Arab kamus Munawwir yaitu panas yang terik, yang membakar batu.

Dalam konsep Imam Gazali yang dipopulerkan dalam Ihya Ulumuddien membakar yang jelek dengan cara membiasakan yang baik lawannya.

Untuk Sing medit dan sing rakus, rumus Jawanya adalah Kun Lomaanan wa latakun meditan: jawabnya infak. Jika belum sembuh? Ya infak. Tetap belum sembuh? Ya infak. Infak, infak, infak terus, terus dan lagi. Sampai medit (sifat kikirnya) menjadi tertekan dan hilang. Obat untuk orang yang suka berbohong, yaitu dengan jujur. “Sesungguhnya kebaikan-kebaikan itu dapat menghapus keburukan”. Para ulama mengartikan pahala dari kebaikan dapat menghapus dosa-dosa kecil dari kejahatan. Dalam konsep Imam Gazali menghapus keburukan dengan jalan melakukan kebaikan lawannya. Jika membiasakan jujur setiap hari selama sebulan penuh, masak tidak menjadi orang yang jujur? Jika membiasakan infak setiap hari selama sebulan penuh, masak tidak menjadi orang yang Kun lomaanan wa laa takun meditan, jadilah orang yang loman (murah hati) dan jangan menjadi orang yang medit (kikir)?

2. Istilah Bahasa Indonesia (Puasa)
Istilah puasa yaitu Pu A dan Sa yaitu Pu putus, A dosa, Sa selama-lamanya. Walaupun di Indonesia kadang diartikan Pu putus, A dosa, Sa sementara saja. Harapan pelaksanaan puasa adalah seperti dalam hadits berikut ini, “Barang siapa yang berpuasa romadlon karena dorongan iman dan sungguh-sungguh ingin mendapatkan keridloaan Allah, maka akan hapuslah dosa-dosanya yang lalu” (HR Bukhori Muslim).

3. Istilah Bahasa Arab/Al-Qur’an (Ashshiyam)
Karena Bahasa Arab, landasannya adalah surat Al-Baqoroh 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Yang dipanggil di sini adalah orang yang beriman. Padahal ada 3 tipe keimanan seperti sinyal handphone yaitu sinyal keimanan lagi putus, berarti ketika bulan puasa dia tidak puasa. Ada pula yang putus nyambung putus nyambung, kadang ingat kadang tidak: kadang puasa kadang tidak, kadang sholat kadang tidak. Tipe ketiga, sinyal keimanan nyambung terus: puasa tuntas setiap tahun sampai meninggal dan biasanya rajin mengaji. Tipe ketiga inilah yang disebut iman yang sempurna dan semoga kita diberi Allah kesempurnaan iman, amien.

Ashshiyam makna Bahasa Arab adalah menahan diri dari dari sesuatu, menahan diri dari sesuatu yang mubah. Yang mubah saja kita harus menahan diri apalagi terhadap yang haram. Di sini jangan sampai kita terjebak dan mempertentangkan dengan pendekatan barat yaitu Freedom of Human Right, Hak Azazi Manusia (HAM). Karena merasa hasil kerjanya, miliknya sendiri, maka boleh makan minum semaunyasendiri. Yang ada dalam Islam adalah HSM (Hak Syar’i Manusia), ada aturan Allah dan manusia wajib mengikuti. Karena, “Tidak Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku” (Adz-Dzariyat : 56). Dengan demikian diharapkan kebiasaan berbuat baik yang sudah dilatihkan setiap hari selama bulan Romadlon berlanjut terus dalam bulan-bulan berikutnya, sehingga tercapailah tujuan akhir puasa, menjadi orang-orang yang bertaqwa.



B. Puasa dan Kehidupan Sosial
Perintah Allah untuk berpuasa ditujukan kepada semua manusia yang beriman, tanpa mengenal strata: baik kaya ataupun miskin, pejabat ataupun rakyat jelata. Dengan berpuasa, menahan diri dari makan dan minum sejak fajar sampai tenggelam matahari, diharapkan orang kaya dan pejabat menjadi tahu apa yang dirasakan orang miskin dan tetangganya yang lapar dan kelaparan. Dengan demikian, maka akan tumbuh rasa empati dan kepedulian. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga dia menjadi saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.

Bagaimana cara mengasah kepedulian sosial secara praktis? Caranya seperti yang disabdakan Rosulullah Muhammad SAW, “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala puasa orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala puasa orang berpuasa itu sedikitpun”. Metode ini menuntut tindakan langsung dengan memberi makan untuk berbuka puasa. Termasuk pula dengan memberi infak/ shodaqoh.

Ada sahabat yang bertanya, “Ya Rosulullah, Shodaqoh apakah yang paling utama?” Jawab rosulullah, “Shodaqoh di bulan romadlon”. Perintah itu ditujukan baik untuk orang kaya ataupun miskin, karena yang khusus utuk orang kaya/yang mampu adalah membayar zakat. Pengibaratan orang memberi shodaqoh adalah seperti orang mengeluarkan nafas. Dengan kita menghembuskan nafas, maka kita akan bisa menarik nafas. Senada dengan ketika kita mengeluarkan sesuatu dari tubuh kita, baru kita dapat makan. Ketika kita mau memberi, maka Allah akan memberi lebih banyak lagi.

Sebagai pendorong perhatikan hadits dan ayat berikut ini. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa ketika subuh ada 2 malaikat yang senantiasa turun dan berdoa. “Ya Allah, berikanlah kepada orang yang berinfak itu gantinya”. Sedang malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kepada orang-orang yang kikir balasan kehancuran”. Kita bisa melihat contoh kisah dalam Al-Qur’an Surat Al-Qoshosh ayat 76 -82 yaitu kisah tentang Qorun yang sombong dan durhaka. Di sisi lain jika kita banyak melanggar aturan-aturan Allah, ancaman Allah sudah sangat jelas seperti dalam Surat Thaahaaa ayat 124 berikut ini : “Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

K e s i m p u l a n
Perintah melakukan puasa terdapat dalam surat Al-Baqoroh 183. Perintah itu ditujukan bagi orang-orang yang beriman dengan tujuan agar mereka menjadi bertaqwa. Efek dan pengaruh dari sikap sungguh-sungguh dalam berpuasa akan berpengaruh kuat terhadap kepedulian terhadap orang lain. Sikap berpuasa yang sungguh-sungguh akan menimbulkan pengalaman dan pemahaman yang kuat terhadap orang yang lapar dan kelaparan, sehingga akan menumbuhkan sikap mau berbagi dan memberi.



A. Hakekat Puasa Menurut Istilah bahasa.
1. Istilah Bahasa Jawa  
Poso romadlon yaitu ngeposno roso sini yaitu perkara-perkara, pikiran, perkataan dan perilaku yang jelek diposno atau dibuang/dibakar pada saat Bulan Romadlon. Dalam konsep Imam Gazali cara membakar yang jelek dengan cara membiasakan yang baik lawannya. Menghilangkan sifat kikir dengan cara banyak memberi infak, menghilangkan kebiasaan berbohong dengan berlatih membiasakan jujur setiap hari dan setiap saat.
2. Istilah Bahasa Indonesia (Puasa)
Istilah puasa yaitu Pu A dan Sa yaitu Pu putus, A dosa, Sa selama-lamanya. Dengan pembiasaan berpuasa romadlon sebulan penuh dan dengan melakukan banyak amalan-amalan wajib dan sunnah secara sungguh-sungguh, maka diharapkan puasa Romadlon akan mampu menjadi pemutus dosa yang efektif, efisien dan tidak akan terulang lagi.
3. Istilah Bahasa Arab/Al-Qur’an (Ashshiyam)
Ashshiyam makna Bahasa Arab adalah menahan diri dari dari sesuatu, menahan diri dari sesuatu yang mubah. Yang mubah saja kita harus menahan diri apalagi terhadap yang haram. Sejak dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Dengan demikian diharapkan kebiasaan berbuat baik yang sudah dilatihkan setiap hari selama bulan Romadlon berlanjut terus dalam bulan-bulan berikutnya, sehingga tujuan akhir puasa yaitu agar bertaqwadapat tercapai.

B. Puasa dan Kehidupan Sosial.
1. Puasa Menumbuhkan Kepedulian.  
Puasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar sampai terbenam matahari, memberi kesempatan kepada orang-orang yang kecukupan dan kaya untuk turut serta merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang lapar dan kelaparan. Dengan demikian, rasa empati dan kepedulian diharapkan akan dapat tumbuh. Efek lanjutan yang diharapkan adalah kemauan untuk turut mengulurkan tangan membantu saudara seiman yang membutuhkan.
2. Bulan Romadlon Memberi Banyak Peluang untuk Menunjukkan Kepedulian.
Kepedulian terhadap saudara seiman sangat dianjurkan dalam bulan Romadlon. Hal itu sangat tampak dari berlipatgandanya balasan pahala yang dijanjikan Allah dibanding amal yang sama dilakukan dalam bulan selain Romadlon. Contoh perbuatan yang dianjurkan untuk dilakukan adalah memberi makan orang yang berpuasa, memberi infak dan shodaqoh. Semua itu tujuan akhirnya adalah bertaqwa, menjadi diri yang berguna bagi orang lain dan hidup benar-benar menjadi wahana pengabdiankepada Allah SWT.