Senin, 16 Maret 2015

MENGAPA KITA HARUS MEMPERHATIKAN KEHIDUPAN AKHIRAT?

MENGAPA KITA HARUS MEMPERHATIKAN KEHIDUPAN AKHIRAT?
Ahad Ke-dua, 8 Januari 2012
oleh : Ustadz Tauhid Hasani

Saat ini kita berada pada hari-hari awal tahun Hijriyah dan juga awal ztahun Masehi. Ada orang yang mengatakan umurku bertambah dan ada yang mengatakan umurku telah berkurang. Manakah yang benar? Mari kita perhatikan firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Apa saja yang sudah diberikan Allah kepada kita, gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Apa saja itu? Ya apa saja. Jika kita diberi harta, gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Diberi Allah usia, kesempatan, kesehatan, jabatan; gunakan untuk mencari akhirat. Apapun yang diberikan Allah gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Mengapa seperti itu? Karena kita jika sudah diberi rejeki, kesempatan, jabatan kita cenderung lupa dengan urusan akhirat. Meskipun demikian, Allah mengingatkan agar ingat urusan akhirat, jangan sampai melupakan urusan dunia. Islam mementingkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Tidak seperti Kaum Yahudi yang lebih mementingkan dunia dan kaum Nasrani lebih mementingkan urusan akhirat saja. Dalam Islam keduanya sama-sama penting. Tetapi, mengapa Allah memerintahkan kita untuk menggunakan semua yang dianugerahkan kepada kita untuk kepentigan akhirat? Mengapa akhirat didahulukan?

1. Akhirat lebih baik dari dunia.
Firman Allah dalam Surat Al-A’laa ayat 16-17 yang artinya : “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. Sebenarnya, mengapa akhirat lebih baik? Dalam sebuah Hadits Qudsyi Rosulullah Muhammad SAW menyampaikan bahwa Allah berfirman, “Wahai hambaku, seandainya kamu semua jin dan manusia dari awal sampai akhir berdiri pada tempat yang sama dan memohon kepadaku dan kuberikan semua yang kalian masing-masing minta, hal itu tidak mengurangi apa yang ada padaku (Allah), bagaikan air yang menempel pada ujung jarum yang dicelupkan ke air laut”. Tetesan air pada ujung jarum itu adalah bagaikan semua permintaan seluruh jin dan manusia sejak Nabi Adam sampai manusia terakhir yang sudah dikabulkan Allah, sedang lautannya adalah kehidupan akhirat. Mengapa manusia demi “setetes air” itu sering kali rela memperjuangkan secara mati-matian dan kadang melupakan aqidah? Apakah sebanding perjuangan kerasnya dibanding dengan hasil yang akan diperoleh? Apakah nyucuk, apakah sesuai yang ingin direbut dengan pengorbanan yang diberikan? Mengapa manusia hanya mengejar yang setetes dan melupakan lautannya?
Dalam Surat Ar-Rohman ayat 70-75 Allah berfirman yang artinya : “Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit didalam rumah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam ayat tersebut Allah menjanjikan sebagian balasan bagi orang-orang yang mencari akhirat, baik bagi laki-laki dan juga perempuan. Tetapi mengapa manusia masih lebih mementingkan kursi di dunia daripada kursi di akhirat? Padahal untuk memperebutkan kursi kepala desa atau kursi bupati, yang berhasil pasti hanya satu orang. Sedang untuk memperjuangkan kursi akhirat, peluang kita semua lebih besar dan lebih banyak, karena nikmat Allah yang tidak terbatas. Oleh karena itu

2. Karena Kita akan Ditanya
Firman Allah dalam Surat At-Takaatsur ayat 8 yang artinya: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. Dalam ayat ini ditegaskan semua nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban. Harta, kesempatan, umur, kesehatan. Pertanyaan Allah akan semua segi kehidupan kita :
a. Umur. Pertanyaannya adalah untuk apa umur kita habiskan? Waktu dan kesempatan kita habiskan untuk apa? Mengapa kita banyak meniru umat agama yang lain? Mengapa kita memakai busana tidak seperti tuntunan agama kita sendiri? Mengapa ketika menikah kita banyak mencontoh yang bukan tuntunan rosulullah? Banyak lagi sisi kehidupan kita yang seperti terbuang sia-sia. Padahal rosulullah memberi contoh mulai dari adab makan sampai ke masalah memimpin negara. Semua kesempatan harus kita gunakan untuk kepentingan akhirat.
b. Harta. Pertanyaan utamanya ada 2 : dari mana harta diperoleh dan untuk apa harta itu dibelanjakan? Bagaimana cara kita memperoleh harta itu? Apakah kita menghambur-hamburkan harta yang diberikan Allah kepada kita? Dengan berpesta menyambut tahun baru? Ataukah untuk membantu yang membutuhkan?
c. Ilmu. Banyak ilmu sudah kita miliki, baik ilmu agama ataupun ilmu yang lain. Pertanyaannya adalah untuk apa ilmu kita manfaatkan? Ilmu harus diamalkan, harus dikembangkan. Ilmu harus diajarkan dan dilaksanakan. Jika memiliki ilmu tetapi tidak diamalkan, maka dosanya lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki ilmu.
d. Jasad/tubuh. Untuk apa tubuh dimanfaatkan? Rusaknya tubuh karena apa, karena untuk membela kebenaran atau karena tawuran?

Semua apa yang sudah dianugerahkan Allah kepada kita, --yaitu 4 hal di atas--, harus kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk bekal kehidupan akhirat. Ketika mayat diantar menuju pemakaman ada 3 hal yang mengikutinya. Dua hal kembali yaitu harta dan keluarganya, sedang yang tetap menemaninya adalah amal perbuatannya, baik amal sholeh ataupun amal jelek. Dengan demikian, jangan sampai harta dan keluarga menjauhkan kita dari Allah. Allah memperingatkan dalam Surat Munafiquun ayat 9 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.

Sesal kemudian tidak akan berguna. Jadi jangan sampai terjadi seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Al-Mu’minun ayat 99 – 100 yang artinya :”(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka,dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (dunia), agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. Bagi kita janji Allah sudahsangat jelas. Salah satunya yang terdapat dalam Surat Al-mu’minun ayat 102 – 103 yang artinya :”Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, makamereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri, mereka kekal di dalam nerakajahannam”.


K e s i m p u l a n
Sekarang adalah bulan Januari, saat ini adalah bagian dari awal tahun baru, karena itu marilah kita tingkatkan diri kita sepenuhnya untuk memperbanyak bekal kita untuk kepentingan akhirat karena :
1. Akhirat lebih baik dari dunia. Kesenangan dan kenikmatan di dunia hanya bagaikan setetes air dari air yang berada di lautan. Jadi, kesenangan dunia hanya sesuatu yang sangat kecil, tetapi sangat mudah membuat kita terlena. Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu ingat bahwa semua anugerah yang diberikan Allah kepada kita harus kita manfaatkan untuk menambah bekal dan mencari penghidupan di akhirat.
2. Kita semua akan ditanya, dimintai pertanggungjawaban. Anugerah Allah yang diberikan Allah kepada kita harus kita pertanggungjawabkan yaitu :
a. Umur. Umur dan kesempatan yang kita miliki kita manfaatkan untuk apa? Untuk sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, ataukah sebaliknya?
b. Harta. Harta dan kekayaan yang diberikan Allah akan melahirkan 2 pertanyaan pokok: harta kita peroleh dari mana dan untuk apa harta tersebut kita belanjakan? Jika harta diperoleh melalui jalan yang haram, maka rusaklah sudah harta tersebut menjadi harta yang sia-sia. Harta yang diperoleh dengan cara haram, tidak ada nilainya meski digunakan untuk infak/shodaqoh ataupun zakat. Sedang harta yang diperoleh secara halal, baru akan mempunyai nilai jika dimanfaatkan pada jalan yang diridoi Allah.
c. Ilmu. Ilmu akan bermanfaat jika kitaamalkan:dengan diajarkan kepada orang lain dan dengan diamalkan. Jika tidak demikian, maka ilmu itu akan menyebabkan dosabagi pemiliknya.

Jasad/tubuh. Cara kita memanfaatkan jasad/tubuh kita ini juga akan dimintai pertanggungjawaban. Kita manfaatkan untuk banyak mengerjakan amal kebajikan atau lebih banyak untuk berbuat maksiat.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar