Senin, 16 Maret 2015

DUNIA YANG MELALAIKAN

DUNIA YANG MELALAIKAN
Ahad Ke-empat, 22 April 2012
Oleh : Ustadz Suherman Rosyidi

       Inti firman Allah dalam surat An-Najm ayat 29-30 adalah tentang orang-orang yang tidak mau mengingat Allah. Orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia saja. Itulah batas pencapaian ilmu mereka, dunia ini saja. Hanya sebatas sebelum alam kubur saja. Kesenangan dan kesengsaraan mereka anggap hanya sampai sebelum alam kubur saja. Padahal Allah telah menegaskan dalam surat Al-Haddid ayat 20 bahwa, “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. Sehingga banyak orang yang tertipu dalam kehidupan dunia ini, sehingga kebanyakan mereka telah ridlo dengan kehidupan dunia ini.

         Suatu ketika Umar bin Khottob berkunjung ke rumah Nabi. Dilihatnya Rosulullah Muhammad SAW yang sedang berbaring di tempat tidur yang dibuat dari anyaman daun kurma. Beliau langsung bangun dan tampak bentuk daun kurma yang membekas dalam tubuh beliau. Timbul rasa haru dan rasa ingin menangis. Ujarnya, “Ya rosulullah, derajatmu tidak kalah jauh dari kaisar Romawi dan Persia, bahkan mereka berada dalam genggamanmu. Tetapi mengapa engkau hidup seperti ini?” Rosulullah tersenyum dan menjawab, “Ya Umar, apakah engkau tidak ridlo, dunia untuk mereka dan akhirat untuk kita?” Umar menjawab cepat, “Aku ridlo, yarosulullah”. 

        Perbedaan utama antara manusia dan binatang adalah bahwa manusia adalah makhluk spiritual/ruhaniah yang diberi jasmani agar dapat beramal. Maka, tujuannya adalah akhirat. Binatang adalah makhluk jasmaniyang diberi ruh agar dapat melayani manusia. Mereka sebenarnya makhluk jasmani. Alat-alat di dalam tubuhnya tidak cukup untuk berkembang. Sedang manusia, apa saja bisa. Dengan bekal yang dimiliki itu, manusia diberi kewajiban untuk beramal guna kepentingan akhirat. Namun kehidupan dunia sungguh memperdayakan, sehingga manusia banyak yang lupa tujuan penciptaannyadi dunia ini. 

Ada 4 perkataaan kunci yang saya catat, yang jika diucapkan maksud perkataan itu pasti arahnya adalah dunia :

1. Profesional
    Ketika kata itu terucap, yang kita maksud pasti arahnya dunia. Belum pernah kita mengatakan, bagaimana kita menjadi muslim yang professional. Yang terucap adalah : “Bagaimana menjadi guru yang profesional, atau tukang yang professional. Bagaimana menjadi manajer yang profesional. Sifatnya hanya untuk dunia, belum pernah kata professional menembus alam kubur. Mengapa tidak kita sampaikan semacam : “Bagaimana kita memajukan perusahaan ini agar dapat menopang agama Allah?” 
   Saya pernah berceramah di hadapan 42 top manajer, dengan judul manajemen langit. Yaitu tentang persolalan maut yang akan menimpa kita. Jika kita lari dari padanya, maka dia yang akan mengejar kita. Maut pasti datang, main-main atau sungguh-sungguh, percaya atau tidak, senang atau tidak; pasti maut akan datang. Padahal, makna dari kata profesional adalah : tidak menganggap nomor 2, selalu nomor 1: kontinyu, terus menerus; selalu membutuhkan pengorbanan. Mengapa kata profesional kita batasi hanya untuk masalah dunia? 

2. Masa Depan.
   Setiap kali menyebutkan kata masa depan, pasti yang dimaksud dunia. Silahkan baca spanduk/baliho, “Sekolah kami akan memberikan masa depan yang cerah”. Maksudnya adalah, hanya masa depan di dunia. Tidak pernah yang dimaksud terkait masa depan di akhirat. 

3. Karier.
  Tujuan pembicaraan tentang karier, pasti hanya tentang pekerjaan di dunia ini. Siapapun yang mengatakannya, pasti terbatas urusan dunia. Jika kita bertemu teman, pasti yang kita tanyakan tentang karir dan itu terbatas di sini-sini saja, hanya urusan dunia ini saja. Pernahkah kita tanyakan karier, terkait membaca Al-Qur’an atau sholat? Memang, karier selalu dikaitkan dengan perolehan penghasilan. Menjadi ibu rumah tangga yang penuh, tidak dianggap sebagai karier, karena sama sekali tidak memperoleh materi/penghasilan. Berbeda artinya dengan menjadi PRT (Pembantu Rumah Tangga) yang menghasilkan perolehan materi. 

4. Sukses.
   Berbicara sukses, pasti maksudnya adalah dunia. Bagaimana Anda bisa sukses? Pasti maksudnya sukses dunia. Memiliki menantu pegawai bank konvensional, menjadi bangga dan merasa sukses. Padahal, bagaimana kondisi riel bank konvensional? Banyak bersinggungan dengan persoalan riba’. Ketika ujian, menyontek dan lulus, merasa bangga. Benarkah? Padahal Islam tidak pernah mengajarkan kecurangan. Rosulullah hanya mengajarkan yang lurus, baik dan beres. 

Tanda-tanda kita terjebak pada kehidupan dunia:

1. Lebih mementingkan out put daripada proses.
   Menjadi pedagang yang curang agar keuntungannnya banyak. Membolehkan menyuap agar memperoleh proyek/pekerjaan. Islam mengajarkan kepada kita agar banyak beramal : “Jika kamu berniat jahat kamu tidak akan dicatat. Jika kejahatan itu kamu lakukan, barulah dicatat. Sedangkan jika kamu berniat baik, kamu akan dicatat sebagai 1 kebaikan. Jika kebaikan itu kamu lakukan, maka akan mendapat 10 kebaikan”. Dalam sebuah ayat menyebutkan, “Maka Allah akan melihat amalmu”. Islam mengajarkan pentingnya proses, bukan out put.
   Seorang teman saya orang Jepang mengatakan, bahwa Indonesia akan menjadi baik sekitar 100 tahun lagi. Mengapa demikian? Karena masyarakat Indonesia lebih berpikir out put dan bukan proses. Kesimpulan itu diambil dari mana? Ketika dia berjalan-jalan dia melihat anak kecil yang terjatuh dan menangis. Apa yang dilakukan ibu si anak kecil? Menenangkan si anak dan mengatakan si katak memang nakal jadi akan ibu pukul. Begitulah yang dilakukan ibu tadi, mengejar out put, yaitu agar si anak segera tenang, tanpa mempedulikan prosesnya. Proses dalam kasus ini adalah membohongi sianak dan mengkambinghitamkan si katak. Seharusnya bagaimana? Menjelaskan penyebab yang sebenarnya sehingga si anak terjatuh. Bukankah anak tidak akan paham?! Tidak apa-apa dan anak akan paham pada akhirnya, daripada membohongi anak dan menyalahkan hal yang lain. 
   Agama kita adalah agama proses. Dalam salah satu ayat disebutkan, bahwa Al-Qur’an adalah obat. Ya seperti obat: percaya atau tidak percaya, jika dia mau minum makaakansembuh. Walaupun percaya tetapi tidak mau minum obat, pasti tidak akan sembuh. Ada orang tidak percaya Al-Qur’an, tetapi dia melakukan, tentu akan mendapat nilai positif dari yang dilakukan. Jika kita percaya Al-Qur’an dan kita tidak melakukan, apakah mungkin kita akan mendapat nilai positifnya?

2. Lebih mementingkan dunia daripada ibadah.
   Banyak orang berniat melakukan ibadah haji setelah menyelesaikan kuliah Strata 2 atau Strata 3. Bahkan ada yang berniat nanti jika sudah menyelesaikan pembangunan rumahnya. Padahal, bagaimanapun ibadah haji adalah wajib, sedang Strata 2, 3 ataupun membangun rumah adalah tidak wajib.

3. Menyesuaikan lamanya sholat dengan kebutuhan dunia.
   Lamanya sholat ditentukan oleh kebutuhan saat ini, seringkali itu adalah kebutuhan yang sebenarnya tidak perlu. Untuk mengantisipasinya, maka biasakanlah sholat berjamaah dan di masjid. 

4. Merasa tidak berdaya terhadap Bahasa Arab.
   Mengapa demikian, padahal Bahasa Arab adalah bahasa dari Al-Qur’an dan hadits? Apakah karena kita orang Jawa? Mengapa kita bisa Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Jerman atau lainnya, tetapi kita tidak bisa Bahasa Arab? Faktor tersembunyinya sering kali adalah karena tidak ada keuntungan duniawi dari mempelajari Bahasa Arab.

5. Malas membayar zakat.
   Jika telah sampai nisabnya, kita wajib membayar zakat. Jangan ditunda-tunda dan jangan mengakali dengan mengatakan bahwa ini adalah harta milik istri atau anak kita. Zakat wajib dibayarkan karena itu adalah hak hak orang lain, hak fakir miskin dsb. 

6. Menomor 2 kan pendidikan agama untuk anak.
  Anak kita beri tambahan les/kursus agar dia lebih pandai/trampil. Namun kadang kala terkait dengan pendidikan agama kita lalai: anak tidak lancar membaca Al-Qur’an, pengetahuan agamanya lemah. 

K e s i m p u l a n

Dalam surat An-Najm ayat 29-30 ditekankan kepada Rosulullah agar meninggalkan orang-orang yang melalaikan agama Allah dan yang lebih mementingkan urusan dunia. Sedang dalam surat Al-Haddid ayat 20 ditekankan bahwa kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu. Ada 4 kata yang saat ini sangat dihargai dalam masyarakat, namun ketika kata-kata itu diucapkan konotasinya adalah dunia semata. Oleh karena itu ketika kita bersua dengan kata-kata tersebut, marilah kita beri tambahan nilai ibadah/ukhrowi. Keempat kata-kata tersebut adalah : 

1. Profesional.
Makna kata profesional adalah : selalu yang nomor 1, kontinyu/ terus menerus, selalu membutuhkan pengorbanan. Mari kita menjadi pekerja/pengusaha yang profesional, sekaligus marilah kita menjadi muslim yang profesional. Berarti, kita harus mulai belajar Bahasa Arab dan rajin belajar sholat jamaah di masjid. Mengedepankan yang wajib dan menomorduakan yang sunnah apalagi yang mubah.
2. Masa Depan.
Masa depan memang sering dikaitkan hanya dengan pekerjaan, pendidikan dan urusan kitadi dunia. Mulai sekarang mari kita perluas yaitu sekaligus memikirkan masa depan kita ketika kita sudah mulai masuk alam kubur.
3. Karier.
Berbicara masalah karier pasti arahnya terkait penghasilan. Terkait penghasilan, pikiran kita merambah juga tentang investasi. Karena masa depan kita yang paling dekat adalah alam kubur, maka pertanyaannya : penghasilan dan investasi seperti apakah yang seharusnya kita tanam? Investasi terbaik adalah berbuat baik dan banyak beramal. Karier kita di dunia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT.
4. Sukses.
Mulai sekarang mari kita pilih sukses yang memiliki dimensi spiritual. Mari kita pilih kesuksesan yang dilandasi mencari ridlo Ilahi, bukan sekedar gemerlap dan tepuk tangan banyak orang. Mari kita prioritaskan pematangan proses sesuai contoh rosulullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar