Senin, 16 Maret 2015

LANGKAH-LANGKAH SYAITAN dalam MEMPERDAYAI MANUSIA

LANGKAH-LANGKAH SYAITAN dalam
MEMPERDAYAI MANUSIA 
Ahad Ke-dua, 13 Mei 2012
Oleh : Ustadz Syahmin Hidayat


     Sudah sepantasnya bila kita bersyukur kepada Allah karena sampai pagi hari ini kita masih diberi kepercayaan oleh Allah, masih diberi amanah berupa kehidupan dimuka bumi ini. Jadi jika berbicara masalah kehidupan sebetulnyahidupkitasetiap hari adalah amanahyang diberikan oleh Allah SWT. Pada saatnya amanah itu akan dicabut dan nanti akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Jadi kalau saya mengajak bersyukur yang kita syukuri bukan nikmat yang berupa materi tapi nikmat hidup ini juga kitasyukuri Karena kalau kita masih hidup kita masihdapat menambah kebaikan mengevaluasi kekurangan-kekurangan di masa lalu untuk selanjutnya kita perbaiki guna bekal kita nanti ketika menghadap Allah SWT. 

     Kapan kita akan menghadap Allah? Kapan saja. Seorang menteri Kesehatan pun masih sakit dan dapat mati, berarti seorang menteri kesehatan tidak kebal penyakit. Termasuk kasus Sukhoi, padahal para penumpangnya dalam kondisi yang sehat dan tidak kurang suatu apa pun. Sungguh suatu merupakan kematian berjamaah dan tidak terduga. Kuatire mari niki awake dewe yang dicabut. Firman Allah dalam Surat Luqman ayat 34 yang artinya: “Tidak satu diri pun yang tahu apa yang akan dilakukan besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. 

     Pada kesempatan pagi ini saya akan membahas Firman Allah dalamSurat Al-Baqoroh ayat 208 yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam agama Islam secara kaffah (keseluruhannya). Dan janganlah kamu mengikuti jalannya syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. Yang perlu menjadi bahasan, mengapa Allah memperingatkan kita agar tidak mengikuti bujukan setan. 

     Ada sebuah hadits yang meriwayatkan tentang dialog Nabi Muhammad SAW dengan iblis. Suatu ketika Nabi Muhammad SAW sedang berkumpul dengan para sahabat. Tiba-tiba terdengar salam dari arah luar, Nabi tidak menjawab, tetapi bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian, siapakah yang mengucapkan salam itu?” Jawab sahabat, “Allah dan rosul-Nya yang lebih tahu”. Rosul melanjutkan, “Ketahuilah yang datang itu adalah iblis yang mendapat laknat Allah”. Mendengar hal itu Umar bin Khottob langsung berdiri dan menghunus pedang. Rosul bertanya kepada Umar, “Mau kemana Umar?” Jawab Umar, “Saya akan penggal leher iblis” Rosulullah menjelaskan, “Umar, iblis datang ke sini bukan atas kemauannya sendiri tetapi atas perintah Allah, guna menjelaskan kiat-kiatnya dalam rangka memperdayai umat manusia. Lebih baik sarungkan pedangmu dan bukakanlah pintunya”. 

     Ketika Rosulullah bertanya kepada iblis bagaimana cara menyesatkan manusia, iblis menjawab bahwa dia tidak bisa menyesatkan manusia. Samaseperti rosulullah yang tidak bias membuat semua orang beriman. Yang dilakukan iblis hanyalah membuat langkah-langkah agar manusia tergelincir sehingga dapat tersesat. Dalam usaha menyesatkan manusia Allah dibantu oleh syaitan, baik yang berwujud jin ataupun manusia. 

Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan syaitan?

1. Mengajak manusia untuk menyekutukan Allah
Sesungguhnya syirik (menyekutukan Allah) adalah dosa yang paling besar. Oleh karena itu manusia digiring untuk melakukan dosa ini. Dan yang paling gampang adalah melalui syirik kecil. 

a. Syirik kecil
Rosululllah pernah bersabda, “Sesungguhnya yang paling kutakutkan dari umatku adalah syirik kecil”. Apakah yang dimaksud dengan syirik kecil? Syirik kecil adalah riya’, melakukan sesuatu tidak karena Allah. Bisa jadi kita menjadi imam sholat, tetapi itu adalah syirik kecil. Mengapa? Karena ingin dipuji orang lain, karena bacaannya dipuji bagus atau dipuji karena kerajinannya dalam sholat berjamaah. Dan dia merasa bangga atas bacaan atau kerajinannya tersebut.

b. Berdoa/memohon sesuatu ke makam/kuburan
Kita bisa melihat adanya orang tua yang anaknya akan mengikuti ujian akhir kemudian datang ke makam dan minta restu agar anaknya lulus. Begitu pula adanya calon kades, walikota, bupati dst yang minta doa ke makam seperti itu. 

c. Meminta sesuatu dengan perantaraan makhluk
Salah satunya adanya ritual (nyadran) untuk minta berkah pada pepunden : dewi laut, Dewi Sekardadu, Nyai Roro Kidul dsb. Termasuk jika kita minta petunjuk dukun atau yang lebih berbahaya kepada ulama/kyai namun saran-sarannya jauh dari contoh rosulullah.

2. Melakukan dosa-dosa besar (berdusta, membunuh, berzina, minum khomer) 
Jika ajakan/bujukan berbuat syirik tidak terlaksana, maka yang dilakukan adalah mengajak manusia untuk melakukan dosa-dosa besar. Yang lebih berat dosa-dosa besar ini pada masa sekarang ini dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. 

a. Berdusta/berbohong.
Berdusta adalah dosa yang tampak ringan/remeh. Namun dusta adalah awal kerusakan. Ada sebuah riwayat yang menyebutkan, “Pimpinan/kepala dosa adalah dusta”. Jika dusta sudah marak dalam masyrakat, maka tunggulah kehancuran masyarakat tersebut. Suap menyuap dan korupsi termasuk pula di sini.

b. Membunuh
Sekarang membunuh seperti hal yang ringan. Dalam surat Al-Maidah disebutkan, bahwa barang siapa membunuh satu orang, maka dia seperti membunuh seisi bumi. Barang siapa yang menghidupkan satu orang, sepeti menghidupkan manusia seisi bumi. 

c. Berzina
Perzinahan pada masa sekarang seperti bukan suatu dosa besar. Salah satunya karena banyaknya penghalusan istilah yang digunakan. Pelacur disebut sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial). Purel yang artinya sesungguhnya public relation, (humas) sekarang sering yang dimaksud sebagai wanita yang memakai rok mini, baju seksi dan mengundang syahwat.

d. Minum Khomer/narkoba

Minum minuman keras. Orang yang tidak minum minuman keras, tetapi dia menjual atau bekerja dalam usaha yang berkaitan dengan minuman keras, maka dia terhitung sama saja.

3. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat bid’ah.
Syaitan menggiring manusia mengerjakan bid’ah dalam hal ibadah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya setiap yang bid’ah adalah menyesatkan”. Bukankah ada bid’ah yang khasanah? Tidak ada nash/dasar yang menyebutkan hal itu. Tidak perlu kita menambah-nambahi. Dalam surat Al-Ahzab ayat 21 disebutkan : Sesungguhnya telah ada pada (diri) rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Terkait ibadah sudah sangat tegas, “Semua peribadatan haram kecuali yang ada syariatnya”. Tentang puasa, sholat dan semua ibadah yang lain yang kita lakukan harus ada contoh dari rosulullah. Jika tidak ada contoh dari rosulullah, maka tidak usah kita lakukan. Tidak perlu kita berusaha menafsir-nafsirkan, sehingga kita mengada-ada. Misalkan puasa karena anak kita ujian, ulang tahun kematian, sholat sakarotul maut. Koruptor atau rentenir melakukan ibadah haji, sah atau tidak? Sah, jika sudah memenuhi syarat dan rukun. Tentang pahala tergantung Allah. “Tidak ada takbir, bagi orang yang masih membalut tubuhnya dengan rizki yang haram”. 

4. Mengerjakan hal yang sia-sia
Jika melalui langkah-langkah di atas gagal, maka iblis dan syaitan mengajak manusia untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna, hanya membuang-buang waktu. Di antaranya kebiasaan cangkrukan. Termasuk kebiasaan setelah sholat jum’at duduk ngobrol ngalur ngidul, tidak sesuai dengan anjuran surat Al-Jumu’ah ayat 10 : “Apabila telah ditunaikan sholat (jum’at), maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. 
Sebagai penutup mari kita simak firman Allah dalam surat Al-A’raaf ayat 17 yang artinya : “Kemudian saya (iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan merekabersyukur (taat)”. Itu adalah janji iblis kepada Allah untuk menyesatkan manusia dan akan terbukti bahwa iblis tidak akan menyerah dalam usahanya itu. 

K e s i m p u l a n

Iblis dengan bala tentaranya tidak pernah diam dalam usaha menyesatkan umat manusia. Langkah utama yang ditawarkan adalah bagaimana agar manusia mau menyekutukan Allah. Dalam langkah menyekutukan Allah yang termasuk sangat mudah membuat tergelincir adalah, bagaimana agar manusia yang rajin ibadah dalam hatinya muncul rasa riya’ . Secara lengkap langkah-langkah untuk memperdayai manusia adalah sebagai berikut : 

1. Menyekutukan Allah
a. Syirik yang nyata 
Menyembah selain Allah, memohon sesuatu (kekayaan, perlindungan, kekuatan)kepada selain Allah. Termasuk di sini perilaku nyadran, ruwatan, ngalap berkah dan yang sejenisnya. 

b. Syirik kecil (syirik tersembunyi)
Munculnya perasaan riya’ (takabur) karena merasa amal ibadahnya sudah bagus terbukti dipuji oleh orang lain. Termasuk juga melakukan perbuatan karenamengharapkan pujian.

2. Melakukan dosa-dosa besar
a. Berdusta/berbohong.
Dosa dari berdusta tampak ringan/remeh. Kolusi, korupsi dan nepotisme adalah kebohongan yang sudah banyak berkembang. Sekarang tinggal bagaimana sikapdantindakan kita. 

b. Membunuh
Sekarang membunuh seperti menjadi hal yang biasa. Ini berarti syaitan berhasil dengan gemilang dalam melaksanakan misinya : misi untuk menjerumuskan manusia. 

c. Berzina
Perzinahan/perselingkuhan sekarang bahkan seperti menjadi sesuatu yang membanggakan apalagi jika terjadi di lingkaran artis. Naudzubillah.

d. Minum Khomer/narkoba
Jika manusia sudah minum minuman keras/ memakai narkoba, maka dia akan dapat melakukan hal-hal yang tercela dengan tanpa rasa malu lagi, karena akalnya sudah hilang. 

3. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat bid’ah.
Syaitan menggiring manusia mengerjakan bid’ah dalam hal ibadah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya setiap yang bid’ah adalah menyesatkan”. Tidak ada bid’ah dalam ibadah yang khasanah. Karena itu tidak perlu kita menambah-nambahi. Dalam surat Al-Ahzab ayat 21 disebutkan : Sesungguhnya telah ada pada (diri) rosulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Terkait ibadah aturannya sudah sangat tegas, “Semua peribadatan haram kecuali yang ada syariatnya”. 

4. Mengerjakan hal yang sia-sia
Kita harus menjauhkan diri dari semua terbuatan yang sia-sia, cangkrukan dan ngobrol yang tidak ada manfaatnya.

DUNIA YANG MELALAIKAN

DUNIA YANG MELALAIKAN
Ahad Ke-empat, 22 April 2012
Oleh : Ustadz Suherman Rosyidi

       Inti firman Allah dalam surat An-Najm ayat 29-30 adalah tentang orang-orang yang tidak mau mengingat Allah. Orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia saja. Itulah batas pencapaian ilmu mereka, dunia ini saja. Hanya sebatas sebelum alam kubur saja. Kesenangan dan kesengsaraan mereka anggap hanya sampai sebelum alam kubur saja. Padahal Allah telah menegaskan dalam surat Al-Haddid ayat 20 bahwa, “Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. Sehingga banyak orang yang tertipu dalam kehidupan dunia ini, sehingga kebanyakan mereka telah ridlo dengan kehidupan dunia ini.

         Suatu ketika Umar bin Khottob berkunjung ke rumah Nabi. Dilihatnya Rosulullah Muhammad SAW yang sedang berbaring di tempat tidur yang dibuat dari anyaman daun kurma. Beliau langsung bangun dan tampak bentuk daun kurma yang membekas dalam tubuh beliau. Timbul rasa haru dan rasa ingin menangis. Ujarnya, “Ya rosulullah, derajatmu tidak kalah jauh dari kaisar Romawi dan Persia, bahkan mereka berada dalam genggamanmu. Tetapi mengapa engkau hidup seperti ini?” Rosulullah tersenyum dan menjawab, “Ya Umar, apakah engkau tidak ridlo, dunia untuk mereka dan akhirat untuk kita?” Umar menjawab cepat, “Aku ridlo, yarosulullah”. 

        Perbedaan utama antara manusia dan binatang adalah bahwa manusia adalah makhluk spiritual/ruhaniah yang diberi jasmani agar dapat beramal. Maka, tujuannya adalah akhirat. Binatang adalah makhluk jasmaniyang diberi ruh agar dapat melayani manusia. Mereka sebenarnya makhluk jasmani. Alat-alat di dalam tubuhnya tidak cukup untuk berkembang. Sedang manusia, apa saja bisa. Dengan bekal yang dimiliki itu, manusia diberi kewajiban untuk beramal guna kepentingan akhirat. Namun kehidupan dunia sungguh memperdayakan, sehingga manusia banyak yang lupa tujuan penciptaannyadi dunia ini. 

Ada 4 perkataaan kunci yang saya catat, yang jika diucapkan maksud perkataan itu pasti arahnya adalah dunia :

1. Profesional
    Ketika kata itu terucap, yang kita maksud pasti arahnya dunia. Belum pernah kita mengatakan, bagaimana kita menjadi muslim yang professional. Yang terucap adalah : “Bagaimana menjadi guru yang profesional, atau tukang yang professional. Bagaimana menjadi manajer yang profesional. Sifatnya hanya untuk dunia, belum pernah kata professional menembus alam kubur. Mengapa tidak kita sampaikan semacam : “Bagaimana kita memajukan perusahaan ini agar dapat menopang agama Allah?” 
   Saya pernah berceramah di hadapan 42 top manajer, dengan judul manajemen langit. Yaitu tentang persolalan maut yang akan menimpa kita. Jika kita lari dari padanya, maka dia yang akan mengejar kita. Maut pasti datang, main-main atau sungguh-sungguh, percaya atau tidak, senang atau tidak; pasti maut akan datang. Padahal, makna dari kata profesional adalah : tidak menganggap nomor 2, selalu nomor 1: kontinyu, terus menerus; selalu membutuhkan pengorbanan. Mengapa kata profesional kita batasi hanya untuk masalah dunia? 

2. Masa Depan.
   Setiap kali menyebutkan kata masa depan, pasti yang dimaksud dunia. Silahkan baca spanduk/baliho, “Sekolah kami akan memberikan masa depan yang cerah”. Maksudnya adalah, hanya masa depan di dunia. Tidak pernah yang dimaksud terkait masa depan di akhirat. 

3. Karier.
  Tujuan pembicaraan tentang karier, pasti hanya tentang pekerjaan di dunia ini. Siapapun yang mengatakannya, pasti terbatas urusan dunia. Jika kita bertemu teman, pasti yang kita tanyakan tentang karir dan itu terbatas di sini-sini saja, hanya urusan dunia ini saja. Pernahkah kita tanyakan karier, terkait membaca Al-Qur’an atau sholat? Memang, karier selalu dikaitkan dengan perolehan penghasilan. Menjadi ibu rumah tangga yang penuh, tidak dianggap sebagai karier, karena sama sekali tidak memperoleh materi/penghasilan. Berbeda artinya dengan menjadi PRT (Pembantu Rumah Tangga) yang menghasilkan perolehan materi. 

4. Sukses.
   Berbicara sukses, pasti maksudnya adalah dunia. Bagaimana Anda bisa sukses? Pasti maksudnya sukses dunia. Memiliki menantu pegawai bank konvensional, menjadi bangga dan merasa sukses. Padahal, bagaimana kondisi riel bank konvensional? Banyak bersinggungan dengan persoalan riba’. Ketika ujian, menyontek dan lulus, merasa bangga. Benarkah? Padahal Islam tidak pernah mengajarkan kecurangan. Rosulullah hanya mengajarkan yang lurus, baik dan beres. 

Tanda-tanda kita terjebak pada kehidupan dunia:

1. Lebih mementingkan out put daripada proses.
   Menjadi pedagang yang curang agar keuntungannnya banyak. Membolehkan menyuap agar memperoleh proyek/pekerjaan. Islam mengajarkan kepada kita agar banyak beramal : “Jika kamu berniat jahat kamu tidak akan dicatat. Jika kejahatan itu kamu lakukan, barulah dicatat. Sedangkan jika kamu berniat baik, kamu akan dicatat sebagai 1 kebaikan. Jika kebaikan itu kamu lakukan, maka akan mendapat 10 kebaikan”. Dalam sebuah ayat menyebutkan, “Maka Allah akan melihat amalmu”. Islam mengajarkan pentingnya proses, bukan out put.
   Seorang teman saya orang Jepang mengatakan, bahwa Indonesia akan menjadi baik sekitar 100 tahun lagi. Mengapa demikian? Karena masyarakat Indonesia lebih berpikir out put dan bukan proses. Kesimpulan itu diambil dari mana? Ketika dia berjalan-jalan dia melihat anak kecil yang terjatuh dan menangis. Apa yang dilakukan ibu si anak kecil? Menenangkan si anak dan mengatakan si katak memang nakal jadi akan ibu pukul. Begitulah yang dilakukan ibu tadi, mengejar out put, yaitu agar si anak segera tenang, tanpa mempedulikan prosesnya. Proses dalam kasus ini adalah membohongi sianak dan mengkambinghitamkan si katak. Seharusnya bagaimana? Menjelaskan penyebab yang sebenarnya sehingga si anak terjatuh. Bukankah anak tidak akan paham?! Tidak apa-apa dan anak akan paham pada akhirnya, daripada membohongi anak dan menyalahkan hal yang lain. 
   Agama kita adalah agama proses. Dalam salah satu ayat disebutkan, bahwa Al-Qur’an adalah obat. Ya seperti obat: percaya atau tidak percaya, jika dia mau minum makaakansembuh. Walaupun percaya tetapi tidak mau minum obat, pasti tidak akan sembuh. Ada orang tidak percaya Al-Qur’an, tetapi dia melakukan, tentu akan mendapat nilai positif dari yang dilakukan. Jika kita percaya Al-Qur’an dan kita tidak melakukan, apakah mungkin kita akan mendapat nilai positifnya?

2. Lebih mementingkan dunia daripada ibadah.
   Banyak orang berniat melakukan ibadah haji setelah menyelesaikan kuliah Strata 2 atau Strata 3. Bahkan ada yang berniat nanti jika sudah menyelesaikan pembangunan rumahnya. Padahal, bagaimanapun ibadah haji adalah wajib, sedang Strata 2, 3 ataupun membangun rumah adalah tidak wajib.

3. Menyesuaikan lamanya sholat dengan kebutuhan dunia.
   Lamanya sholat ditentukan oleh kebutuhan saat ini, seringkali itu adalah kebutuhan yang sebenarnya tidak perlu. Untuk mengantisipasinya, maka biasakanlah sholat berjamaah dan di masjid. 

4. Merasa tidak berdaya terhadap Bahasa Arab.
   Mengapa demikian, padahal Bahasa Arab adalah bahasa dari Al-Qur’an dan hadits? Apakah karena kita orang Jawa? Mengapa kita bisa Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Jerman atau lainnya, tetapi kita tidak bisa Bahasa Arab? Faktor tersembunyinya sering kali adalah karena tidak ada keuntungan duniawi dari mempelajari Bahasa Arab.

5. Malas membayar zakat.
   Jika telah sampai nisabnya, kita wajib membayar zakat. Jangan ditunda-tunda dan jangan mengakali dengan mengatakan bahwa ini adalah harta milik istri atau anak kita. Zakat wajib dibayarkan karena itu adalah hak hak orang lain, hak fakir miskin dsb. 

6. Menomor 2 kan pendidikan agama untuk anak.
  Anak kita beri tambahan les/kursus agar dia lebih pandai/trampil. Namun kadang kala terkait dengan pendidikan agama kita lalai: anak tidak lancar membaca Al-Qur’an, pengetahuan agamanya lemah. 

K e s i m p u l a n

Dalam surat An-Najm ayat 29-30 ditekankan kepada Rosulullah agar meninggalkan orang-orang yang melalaikan agama Allah dan yang lebih mementingkan urusan dunia. Sedang dalam surat Al-Haddid ayat 20 ditekankan bahwa kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu. Ada 4 kata yang saat ini sangat dihargai dalam masyarakat, namun ketika kata-kata itu diucapkan konotasinya adalah dunia semata. Oleh karena itu ketika kita bersua dengan kata-kata tersebut, marilah kita beri tambahan nilai ibadah/ukhrowi. Keempat kata-kata tersebut adalah : 

1. Profesional.
Makna kata profesional adalah : selalu yang nomor 1, kontinyu/ terus menerus, selalu membutuhkan pengorbanan. Mari kita menjadi pekerja/pengusaha yang profesional, sekaligus marilah kita menjadi muslim yang profesional. Berarti, kita harus mulai belajar Bahasa Arab dan rajin belajar sholat jamaah di masjid. Mengedepankan yang wajib dan menomorduakan yang sunnah apalagi yang mubah.
2. Masa Depan.
Masa depan memang sering dikaitkan hanya dengan pekerjaan, pendidikan dan urusan kitadi dunia. Mulai sekarang mari kita perluas yaitu sekaligus memikirkan masa depan kita ketika kita sudah mulai masuk alam kubur.
3. Karier.
Berbicara masalah karier pasti arahnya terkait penghasilan. Terkait penghasilan, pikiran kita merambah juga tentang investasi. Karena masa depan kita yang paling dekat adalah alam kubur, maka pertanyaannya : penghasilan dan investasi seperti apakah yang seharusnya kita tanam? Investasi terbaik adalah berbuat baik dan banyak beramal. Karier kita di dunia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT.
4. Sukses.
Mulai sekarang mari kita pilih sukses yang memiliki dimensi spiritual. Mari kita pilih kesuksesan yang dilandasi mencari ridlo Ilahi, bukan sekedar gemerlap dan tepuk tangan banyak orang. Mari kita prioritaskan pematangan proses sesuai contoh rosulullah.

PENDIDIKAN ANAK dan KELUARGA

PENDIDIKAN ANAK dan KELUARGA

Ahad Ke-dua, 11 Maret 2012
Oleh : Ustadz Arif Syaifudin

Sungguh sebuah nikmat yang besar, kita semua masih diberi nikmat sehat. Karena detik ini ada orang yang berbaring di rumahnya karena sakit, tidak bisa banyak beraktivitas, sholat mungkin dengan berbaring dan makan tidak enak. Kita bisa sampai di sini karena sehat. Detik ini pula ada saudara kita yang sakit dan di rumah sakit. Bapak ibu bisa merasakan ketika dahulu sakit. Beratnya hidup. Tidak hanya tidak bisa melakukan banyak aktivitas, masih ditambah biaya rumah sakit yang besar. Subhanallah, nikmat yang sangat besar dari Allah SWT. Yang tentu kita semua harus bersyukur. Kita ucapkan Alhamdulillah, meyakini semua dari Allah dan kita berusaha menggunakan nikmat sehat ini untuk beribadah kepada Allah. Hanya untuk satu hal : beribadah kepada Allah SWT.

Selain nikmat sehat , nikmat yang paling mahal adalah nikmat Islam, nikmat iman. Kita bisa duduk dan hadir di sini bukan hanya karena sehat, tetapi karena nikmat iman dan Islam. Jika kita tidak mendapat nikmat islam dan iman tentu kita tidak ada di sini. Jika kita pulang dan kemudian ada tamu yang menawari kita uang 10 juta agar minggu depan kita datang ke gereja,tentu akan kita tolak. Bukan hanya 10 juta, 100 juta, 1 millar, 100 millar atau 100 trillyun tentu akan kita tolak. Mengapa? Karena iman dan islam kita lebih mahal dari itu. Kita hadir di sini karena kita mengharapkan surge. Surga itu bahkan lebih mahal daripada dunia dan seisinya. Kita memohon agar iman di dada kita ini dikuatkan oleh Allah. Mudah-mudahan dengan hadir di sini Allah membuat kokoh iman kita. Sehingga jika kita meninggal saat ini kita dalam kondisi kusnul khotimah. Amien yaa robbal ‘alamien.

Ada kisah di tempat kerja saya sebagai penghulu di Kantor Urusan Agama di Kota Batu. Suatu ketika datang seorang bapak untuk mengurus surat pindah untuk nikah putrinya. Rasanya tidak wajar, seorang perempuan menikah di kecamatan yang lain. Ketika saya tanya mengapa, jawabnya karena dia baru punya hajatan sedang menurut orang Jawa tidak boleh mempunyai hajatan setahun 2 kali. Saat itu saya penasaran, karena saya belum pernah bertemu bapak itu dan saya tanya lagi, jawaban yang kedua tetap sama. Ketika saya tanya ada masalah apa, baru beliau mengatakan yang sebenarnya. Dengan suara pelan, bergetar dan sambil menangis beliau mengatakan bahwa anaknya sudah hamil 5 bulan. Bapak itu merasa telah gagal dalam mendidik anak dan itu kesalahannya, dosanya. Dalam tuntunan Islam, wanita yang hamil tidak bisa dinikahkan. Perempuan itu baru bisa dinikahkan, jika sudah melahirkan. Hal itu yang sudah diterapkan di kantor saya sejak dahulu.

Tidak lebih dari 1 minggu datang seorang bapak dengan istrinya yang minta agar putrinya segera dinikahkan. Mengapa? Karena anaknya hamil setelah pergi selama 2 minggu dengan teman laki-laki facebookan. Biasanya putrinya haid bersamaan dengan ibunya, namun saat itu tidak. Ketika dites, ternyata anaknya memang sudah hamil.

Dua kisah itu adalah kasus kecil dari kejadian dalam masyarakat kita. Jika kita lihat data nasional, lebih dari 67 % remaja kita yang terlibat pergaulan bebas. Mengapa saya ceritakan? Karena sebenarnya adanya anak hamil sebelum nikah, perzinaan, pergaulan bebas, aborsi: semua itu terjadi tidak tiba-tiba. Tidak secara bersamaan terjadi, tetapi ada awal yang sedikit demi sedikit dibiarkan dan akhirnya menjadi besar. Rosulullah pernah memperingatkan dan mari kita renungkan peringatan itu. Dari Said Al Khudri, rosulullah SAW bersabda, “Akan datang suatu ketika sebuah kaum akan mengikuti kaum yang lain sedikit demi sedikit, sehasta demi sehasta sampai yang diikuti masuk lubang biawak, kamu akan mengikutinya; yang kamu ikuti hancur binasa, kamu tetap mengikutinya”. Apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nashrani ya Rosulullah?, tanyaparasahabat. “Ya, siapa lagi”, jawab rosulullah.

Ketika ada sedikit penyimpangan, kita biarkan. Sedikit kemudian bertambah dan terus bertambah. Setelah besar baru kita terhenyak, shok. Sebagai contoh hal itu tampak dari yang saya lihat sejak saya menjadi petugas KUA. Pada awal bertugas tahun 2000an, hamil menjelang nikah hanya1 – 2 kasus. Beberapa tahun kemudian sudah puluhan dan sekarang ratusan. Dari mana awalnya?

Sekitar 40 tahun yang lalu, remaja lelaki tidak berani datang ke rumah perempuan. Sepuluh tahun kemudian lelaki mulai berani ke rumah perempuan sore-sore. Sepuluh tahun kemudian, lelaki datang malam-malam. Setelah itu perempuan diajak keluar rumah dan pulang malam. Setelah itu perempuan yang datang ke rumah laki-laki. Secara bertahap hal seperti itu dibiarkan oleh orang tua, tetangga dan lingkungannya. Sama juga seperti busana yang dikenakan perempuan. Awalnya memakai kain dan rok panjang, kulot, jin komprang, jin ketat dan sekarang celana pendek.

Sabda rosulullah SAW sangat tepat. Penyimpangan seseorang tidak tiba-tiba besar, tetapi berawal dari sesuatu yang kecil dan dianggap remeh. Tidak ada cara lain kecuali kita kembali kepada Al-Quran. Firman Allah yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS At-Tahrim 6).

Bagaimana kita menjaga diri dari neraka? Orang masuk neraka, tentu karena dosa, tentu karena perbuatan maksiat, tentu karena kemungkaran. Yang kitaperlu kita ketahui, bahan bakar neraka adalah manusia dan batu. Seandainya hari ini kita mati, apakah bapak ibu yakin kita masuk surga? Banyak mana pahala dan dosa kita? Padahal penjaga neraka adalah malaikat yang kasar, yang kejam. Malaikat penjaga neraka itu tidak pernah maksiat kepada Allah, pasti melaksanakan perintah Allah. Mari kita renungkan ayat ini. Betapa sedihnya kita jika anak kita diadzab Allah? Bagaimana jika kita diadzab Allah? Karena itu kita harus menjaga diri kita dan keluarga kita dari adzab neraka.

Mari kita renungkan firman Allah di atas. Karena, jika anak perempuan kita keluar dengan laki-laki yang bukan muhrim, itu adalah musibah besar!! Jika anak perempuan kita tidak menutup aurat, itu adalah musibah besar !! Kepada mempelai laki-laki biasa saya pesankan agar tidak membelikan istrinya celana. Mengapa? Karena syariatnya, lelaki tidak boleh menyerupai perempuan dan begitu pula sebaliknya. Mengapa? Jika ibunya memakai celana panjang, anaknya akan memakai celana ketat. Ibunya memakai celana ketat, anaknya akan memakai celana pendek. Jika guru kencing berdiri, maka murid kencing berlari. Seperti itulah syariatnya.

Yang paling berkewajiban mendidik anak-anak kita adalah kita sendiri, di rumah kita. Bukan sekolah, tetangga kita, organisasi kita. Kita harus tegas. Mungkin ada yang tidak suka, tetapi jangan kita pedulikan. Kita mencari ridlo Allah. Jika kita mencari senangnya manusia, itu adalah hal yang mustahil terwujud. Kita melakukan hal yang baik pun, masih ada orang yang tidak suka. Karena itu mari kita mencari ridlo Allah. Jika kita berjalan dengan anak-anak di tanah lapang yang licin setelah hujan dan mereka tergelincir. Komentar kita adalah, “Nak, hati-hati!” Jika anak kita akan tergelincir ke jurang, tentu langsung akan kita sambar entah tangan atau rambutnya yang tertangkap. Tidak mungkin kita akan mengingatkan dengan santai. Jika hal itu terjadi, resikonya anak kita jatuh dan mungkin mati!! Sama seperti ketika kita mengajak anak untuk melakukan kewajiban sholat. Jika anak sudah usia 10 tahun tidak sholat, kita dibolehkan memukul. Jika anak diajak sholat subuh tetapi tidak mau bangun, kita dibolehkan untuk mengguyur. Atau bahkan diangkat dan dimasukkan ke kamar mandi, seperti yang saya alami waktu kelas 3 SD. Di mojokerto terasa segar. Di Batu saat itu, menggigil! Rasanya membeku! Anak tidak mau menutup aurat atau pergaulannya melebihi batas: sebagai orang tua kita boleh memukul atau mengunci anak kita dalam kamar. Atau kita biarkan saja? Maukah kita melihat anak kita diadzab Allah?! Tindakan itu kita laksanakan karena kita ingin menjaga diri dan keluarga kitadari api neraka!!

Rosulullah Muhammad SAW bersabda, “Jika telah tampak perzinaan dan riba menyebar dimana-mana, maka mereka telah menyebabkan dirinya layak untuk mendapat laknat Allah”. Hal itu meliputi zina mata, zina tangan dan semua kemaksiatan serta kemungkaran. Hal itu akan menjadi awal Allah memberikan siksa, musibah dan bencana kepada kaum itu. “Dan takutlah kamu kepada musibah yang tidak hanya akan menimpa orang-orang dholim diantara kamu”. Artinya jikaAllah menimpakan musibah, maka tidak akan menimpa yang berbuat dholim dan maksiat saja. Mengapa demikian? Karena kita mendiamkan saja. Karena kita tidak peduli, karena kita merasa bukan urusan kita. Sebagai contoh, maukah kita mengingatkan anak yang berpacaran? Mengapa tidak kita ingatkan? Karena kita malu. Masa sekarang memang terbalik: yang berbuat maksiat tidak malu, yang melihat malahan malu.

Kewajian kita untuk berdakwah, mengingatkan sesama kita agar menjauhi urusan dosa, kemaksiatan dankemungkaran. Dengan berbagai cara sesuai dengan pendekatan dan kemampuan kita. Mari kita renungkan, mari kita hayati sungguh-sungguh ayat 6 SuratAt-Tahrim. Kita tentu benar-benar ingin masuk surga. Kita ingin masuk surge dengan pasangan kita, dengan anak-anak kita, dengan keluarga kita. Oleh karena itu, mari kita terapkan dengan gigih untuk menjaga diri dan keluarga kita agar benar-benar menjauhi kemaksiatan dan kemungkaran; terjaga dari api neraka. Untuk itu mari kita tanamkan sikap ikhsan kepada anak-anak kita. Mengapa?Karena kita tidak bias mengawasi anak-anak kita 24 jam. Allah yang Maha Mengawasi. Yang bisa menjaga dirinya adalah dirinya sendiri karena yakin bahwa Allah selalu mengawasi. Kita tanamkan ke anak, bahwa malaikat Rokib dan ‘Atid selalu mencatat segala perbuatan kita yang baik dan yang buruk.

Sekali lagi, mari kita didik anak kita dengan tauhid yang baik dan akhlaq yang baik. Mari kita bimbing anak kita agar ketika berbuat baik hanya karena mengharapkan ridlo Allah. Tidak berbuat kemungkaran, maksiat dan dosa karena yakin bahwa Allah pasti mengetahuinya. Mari kita tekankan agar anak-anak kita menjaga sholatnya dan mari selalu kita jaga aurat dan pergaulan anak-anak kita. Jika hal pokok itu sudah kita tanamkan ke anak-anak kita, insya Allah kita tidak akan kawatir jika lebih dahulu dipanggil menghadap Allah SWT.

K e s i m p u l a n

Kemungkaran terjadi bukan dengan tiba-tiba. Awalnya karena ketika benih kemaksiatan dan kemungkaran masih sedikit kita biarkan saja. Hal it uterus berkembang dan akibatnya seperti yang kita saksikan pada generasi muda kita sekarang ini. Pergaulan bebas, perzinahan, hamil diluar nikah menjadi sesuatu yang sering kita lihat di sekitar kita. Apa solusinya? Kita harus sungguh-sungguh menjaga diri dan keluarga kita dari api neraka. Caranya dengan pendidikan anak dankeluarga yang menekankan :

1. Menutup aurat
Syariat menutup aurat adalah lelaki tidak boleh menyerupai perempuan dan demikian pula sebaliknya. Hal ini berarti perempuan harus dijauhkan dari memakai celana, apalagi celana ketat dan celana pendek.
2. Menjaga Pergaulan anak
Hubungan anak perempuan dan laki-laki yang sudah baligh harus benar-benar dijaga. Kita tidak boleh membiarkan anak-anak kita pergi dengan yang bukan muhrimnya.
3. Bersikap tegas terhadap pelaksanaan kewajiban.
Kewajiban sholat anak harus benar-benar kita perhatikan. Sholat harusdilakukan dengansungguh-sungguh dan tidak main-main.
4. Menanamkan rasa ikhsan
Membiasakan berbuat baik dan menjauhi perbuatan dosa hanya karena mengharap ridlo Allah. Meyakini bahwa Allah selalu mengawasi dan mengetahui semua perbuatan kita.

10 KUNCI IBADAH PENUH CINTA


10 KUNCI IBADAH PENUH CINTA
Oleh : Ustadz Faiz Naji Al Bin Said


       Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman, islam, sehat dan kesempatan yang merupakan sesuatu yang sangat istimewa yang harus kita rawat dan kita jaga. Semua nikmat yang kita terima ini semua nanti akan ditanyakan oleh Allah. Dalam kesempatan ini kita akan mengkaji bahasan Ibnul Qoyyum Al Jauziyah dalam kitabnya “Majaizush Sholihien” tentang 10 Kunci Ibadah Penuh Cinta. Bagaimana cara menghasilkannya? Jika seorang hamba melakukan 10 hal itu, maka seorang hamba akan memperoleh cinta dari Robbnya. Dalam kesempatan ini akan kita bahas 5 hal terlebih dahulu.

1. Membaca Al-Qur’an dengan Tadabbur dan Memahami Kandungan Isinya.
       Al-Quran adalah kitab suci yang istimewa jika dijadikan pedoman hidup sehari-hari. Problem utama kaum muslimin saat ini adalah mereka belum menjadikan Al-Qur’an benar-benar sebagai kitab sucinya. Sabda rosulullah Muhammad SAW, “Sebaik-baik dari kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan yang mengajarkannya”. “Bacalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat di hari kiamat bagi yang membacanya”. “Terangilah rumahmu dengan membaca Al-Qur’an surat Al-Baqoroh. Barang siapa yang rumahnya dibacakan Al-Quran, maka rumahnya terhindar dari syaiton, dari jin dari iblis dan rumah tangganya akan baik”. 
      Bagaimana mungkin kehidupan akan baik sementara kitab sucinya tidak didekati, dipahami, dimengerti dengan baik? Bagaimana mungkin? Nonsen! Tidak akan pernah terjadi kebaikan, jika tidak menjadikan Al-Qur’an seperti contoh rosulullah Muhammad SAW. Di antara kita saat ini siapa yang anaknya hafal Al-Qur’an? Kita bisa bayangkan jika dalam setiap rumah tangga muslim salah satu anaknya hafal Al-Qur’an, paham Al-Qur’an, maka barakah Allah akan turun setiap hari. Ketika salah satu anak kita ada yang tidak sekolah, kita bingung. Mengapa ketika anak kita tidak hafal Al-Qur’an kita tidak bingung? Ketika anak kita tidak tahu Bahasa Arab kita tidak bingung? Mengapa kita tidak hidup dengan Al-Qur’an? Padahal sumber barakah, keuntungan, kejayaan adalah Al-Qur’anulkarim. 
     Muhammad Abdussafa dalam kitabnya membahas tentang serangan pemikiran dari musuh-musuh Islam. Ada 2 hal yang menjadi agenda utama mereka yaitu : 
Bagaimana menjauhkan kaum muslimin dari Al-Qur’an dan menjauhkan mereka dari kakeknya, yaitu Muhammad SAW. Kita katakan kita mengikuti Al-Qur’an dan as-sunnah, tapi ketika diajak untuk memeliharanya; kita menolak. Kita menginginkan Al-Qur’an dan sunnah hidup, tapi ketika diajak beragama dengan cara yang benar, kita tolak. Alasannya karena tidak sesuai dengan kondisi.
Bagaimana mungkin kebaikan akan muncul? Jadi, jika kita ingin kembali ke Al-Qur’an dan As-Sunnah, konsekuenlah!
      Siti Aisyah ketika ditanya tentang akhlaq rosulullah jawabnya, “Akhlaq rosulullah adalah Al-Qur’an”. Al-Qur’an yang berjalan. Di rumah kita masing-masing ada Al-Qur’an. Persoalannya apakah Al-Qur’an itu dibaca, dimengerti, dipahami, diamalkan ataukah tidak? Anda takut mengamalkan Al-Qur’an? Seharusnya tidak. Kita harus berani mengamalkan isinya. Konsekuensi paling akhir paling kita akan dikubur. Selesai. Seharusnya kita jadikan rumah kita rumah A-Qur’an. Kita tidurkan anak kita dengan Al-Qur’an, bukan dengan lagu. Kita jadikan kebiasaan membaca Al-Qur’an setiap hari 1 juz dan insya Allah dalam setiap bulan akan khatam sekali.
      Hal itu benar-benar dipahami oleh musuh-musuh Islam. Mereka mengatakan, “Jika umat Islam benar-benar menerapkan Al-Qur’an, mengamalkan Al-Qur’an, kita tidak memiliki tempat lagi”. Mereka benar-benar memahami hal itu. Mengapa kita sebagai pemilik Al-Qur’an justru kita tidak paham?! Anda tahu sebab kekalahan zionis oleh Ikhwanul Muslimin di Mesir? Karena seluruh umat islam di Mesir saat itu memahami Al-Qur’an, hafal Al-Qur’an, mengamalkan Al-Qur’an . 

2. Mendekatkan Diri Kepada Allah dengan Ibadah-Ibadah Sunnah.
      Sholat 5 waktu adalah wajib dan itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Seperti sholat subuh tadi pagi, bagaimana jika kita sholat berjamaah subuh seperti yang hadir pengajian saat ini? Anda ingin masuk surga, tetapi datang ke masjid saja tidak bisa. Surganya siapa? Siapa pemilik surga? Allah Ta’ala. Sementara hak Allah tidak kita penuhi, apakah mungkin? Laki-laki ke masjid untuk sholat wajib, perempuan afdholnya sholat di rumah. Ulama membolehkan wanita ke masjid, tetapi tidak boleh berhias dan memakai harum-haruman.
      “Barang siapa yang mengerjakan sholat sunnah 10 dan 12 rokaat, maka akan dibangunkan rumah di surga”. Sholat sunnah rowatib 2 sebelum subuh, 2 atau 4 sebelum dhuhur, 2 sesudah dhuhur, 2 sesudah maghrib, 2 sesudah isya. Belum termasuk sholat Dhuha dan sholat Lail. Ada rahasia untuk sehat : mandi pagi jam 3, qiyamul lail dan tilawat Al-Qur’an. Hadits tentang qiyamul lail menyebutkan manfaat sholat Lail adalah menyehatkan badan dan menyembuhkan penyakit, sakit apapun, Menurut Abdullah bin Mas’ud semua penyakit dapat disembuhkan dengan madu dan dengan Al-Qur’anulkarim. 

Di Masjid Baitul Makmur di Bali Sholat Subuh berjamaah diikuti oleh 1.500 jamaah pada hari Ahad dan 600an orang pada hari-hari biasa. Sedang tadi pagi di Masjid PAY yang hadir 2 shof kurang. Jika dalam setiap masjid dipenuhi jamaah seperti yang hadir saat ini, pastilah hidup kita akan dipenuhi dengan barakah iman dari Allah. 

“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak bermanfaat” (QS Al-Mu’minun 1 -3). Tidak akan mungkin orang akan khusyu’ sholatnya, jika lisannya buruk, suka ghibah, hasad, namimah, dengki, membicarakan aib orang, membicarakan hak orang, seenaknya sendiri. Bagaimana mungkin sholatnya bisa khusyu’? Tidak bisa, tidak bisa! Khusyu’ sangat erat kaitannya dengan lisan dan hati.   
Suatu ketika Umar bin Khottob menjumpai Abu Bakar Ash-Shiddiq sedang menarik lidahnya. “Wahai Abu Bakar, apa yang sedang kau lakukan?” Jawab Abu Bakar, “Mudah-mudahan Allah memberi rohmat kepadaku. Sesungguhnya yang menyebabkan manusia tergelincir bukankah karena lisannya?” Jika manusia ingin sholatnya khusyu’, maka dia sungguh-sunguh harus menjaga hati dan lisannya. Jika ketika takbirotul ikhrom pikiran kita langsung melayang-layang, ingat ini, ingat itu; bisa jadi hal itu disebabkan lisan dan hati kita masih kurang terjaga.

Abu Bakar biasa membaca Al-Qur’an dalam qiyamul lail dengan suara lembut dan Umar bin Khottob dengan suara keras. Ketika mereka berdua ditanya rosulullah Muhammad SAW, jawab Abu Bakar, “Sesungguhnya saya berhadapan dengan Yang Maha Lembut, jadi saya harus bersuara sangat lembut”. Sedang jawaban Umar, “Ya rosulullah, sesungguhnya saya sedang mengusir syetan”. Sungguh bertolak belakang. Kemudian rosulullah Muhammad SAW menganjurkan agar suara Abu bakar dinaikkan, sedang suara Umar direndahkan. 

3. Senantiasa Berdzikir Kepada Allah.
Semakin besar cintanya, semakin banyak dzikirnya. Sungguh, banyak berdzikir adalah menentramkan hati. Beberapa bacaan dzikir rosulullah adalah “Laa ilaaha illallaah, wahdahuu laa syarii kalah. Lahul mulku walahul hamdu wa huwa’alaa kulli syaiin qodiir”, 100x. “Astaghfirullaah wa atuubu ilaiih Astaghfirullaah wa atuubu ilaiih Astaghfirullaah wa atuubu ilaiih”, 100x. “Subhanallah wabihamdih Subhanallah wabihamdih Subhanallah wabihamdih”, 100x. “ Hasbiyallaahu laa ilaaha illa huwa alaihi tawakkaltu wa huwa robbul arsyil adhiem, Hasbiyallaahu laa ilaaha illa huwa alaihi tawakkaltu wa huwa robbul arsyil adhiem” 7x. Indah sekali. Benar-benar menentramkan hati dan lebih nikmat dari makan dan minum! Kalau dzikir itu dimasukkan ke dalam hati! 

Mari kita memperbanyak dzikir. Satu hari tanpa dzikir kepada Allah, rusak hati ini. Satu hari tanpa dzikir kepada Allah, hancur hati ini. Ibnu Taimiyah pernah di masjid dilihat muridnya dari subuh sampai menjelang dhuhur tampak duduk berdzikir. Murid itu kemudian bertanya mengapa seperti itu? Jawabnya, “Jika tanpa dzikir seperti itu, maka runtuh saya”. Imam Syafii pernah ketika berjalan melihat betis yang tersingkap dan dia merasa hilang hafalan haditsnya sampai 70 hadits. Bagaimana dengan kita?!

4. Menjadikan Kecintaan Kepada Allah Melebihi yang Lain.
Cinta kepada Allah harus melebihi cinta kepada anak, istri, harta, jabatan dan semua harta yang dimiliki. Rosulullah bersabda yang artinya, “Tiga hal yang apabila seseorang memilikinya akan merasakan manisnya cinta kepada Allah. Salah satunya yaitu mencintai Allah dan rosul-Nya melebihi semua yang ada di muka bumi ini”.

Seperti ketika Abu Bakar ditanya rosulullah SAW, “Apakah yang kamu infakkan kepada Allah?” Jawab Abu Bakar, “Seluruh harta saya”. Lanjut rosulullah SAW, “Apa yang kamu tinggalkan untuk anak istrimu?” Jawab Abu Bakar, “Allah dan rosul-Nya”. Sebuah jawaban yang menunjukkan kadar dan tingkat keimanan Abu Bakar. Infak dan shodaqoh yang kita berikan adalah bagian dari kepedulian kita kepada sesama.

5. Mengkaji dan Merenungi Sifat dan Asma Allah.
Ada 99 nama Allah dalam Al-Qur’an. Di antaranya terkumpul dalam Surat Al-Hasyr ayat 22 – 24. Sekarang mari kita perhatikan salah satu Asma Allah, Ar-Rozak (pemberi rizki). Siapakah yang menjamin rizki semua makhluq? Allah! Mengapa kita takut mempunyai anak? Allah yang menjamin rizki semua makhluq. Allah yang memberi kita kesehatan. Jadi, yakinkan dan tanamkan dalam hati, bahwa hanya Allah pemberi rizki yang sesungguhnya! 

K e s i m p u l a n

Ada sepuluh Kunci Ibadah Penuh Cinta dan inilah 5 kunci yang pertama : 
1. Membaca Al-Qur’an dengan Tadabbur dan Memahami Kandungan Isinya.
Al-Quran adalah kitab suci yang diturunkan untuk menjadi pedoman hidup sehari-hari. Al-Qur’an adalah kekuatan umat Islam. Jika umat Islam jauh dari Al-Qur’an, maka lemahlah umat ini. Jika umat Islam membiasakan membacanya setiap hari, menghafalnya, memahami dan mengamalkannya, maka kekuatan umat Islam yang sesungguhnya akan muncul.
2. Mendekatkan Diri Kepada Allah Dengan Ibadah-Ibadah Sunnah.
Biasakanlah sholat sunnah 10 – 12 rokaat setiap hari. Sholat sunnah rowatib, sholat Dhuha dan qiyamul lail, yaitu sholat tahajjud.
3. Senantiasa Berdzikir Kepada Allah. 
Rosulullah membiasakan berdzikir minimal 70 – 100 kali dalam sehari semalam. Banyak contoh dzikir yang biasa dibaca rosulullah Muhammad SAW. Untuk itu marilah kita biasakan membasahi bibir kita dengan dzikir, selalu ingat kepada Allah.
4. Menjadikan Kecintaan Kepada Allah Melebihi yang Lain 
Cinta kepada Allah harus melebihi cinta kita kepada makhluk dan dunia seisinya. Itu adalah satu-satunya pilihan agar kecintaan Allah dilimpahkankepada kita.
5. Mengkaji dan Merenungi Sifat dan Asma Allah 
Asmaul Husna bukansekedar untuk dihafalkan, tetapi harus kita pahami dan resapkan maknanya dalam hati. Dengan pemahaman yang kuat insya Allah keyakinan kita kepada Allah akan menjadi semakin kokoh dan kuat.


MAULUD NABI

MAULUD NABI
Ahad Ke-dua, 12 Pebruari 2012
oleh : Ustadz Afrokhi

Saat ini kita berada pada hari-hari awal tahun Hijriyah dan juga awal tahun Masehi. Ada orang yang mengatakan umurku bertambah dan ada yang mengatakan umurku telah berkurang. Manakah yang benar? Mari kita perhatikan firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Apa saja yang sudah diberikan Allah kepada kita, gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Apa saja itu? Ya apa saja. Jika kita diberi harta, gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Diberi Allah usia, kesempatan, kesehatan, jabatan; gunakan untuk mencari akhirat. Apapun yang diberikan Allah gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Mengapa seperti itu? Karena kita jika sudah diberi rejeki, kesempatan, jabatan kita cenderung lupa dengan urusan akhirat. Meskipun demikian, Allah mengingatkan agar ingat urusan akhirat, jangan sampai melupakan urusan dunia. Islam mementingkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Tidak seperti Kaum Yahudi yang lebih mementingkan dunia dan kaum Nasrani lebih mementingkan urusan akhirat saja. Dalam Islam keduanya sama-sama penting. Tetapi, mengapa Allah memerintahkan kita untuk menggunakan semua yang dianugerahkan kepada kita untuk kepentigan akhirat? Mengapa akhirat didahulukan?

1. Akhirat lebih baik dari dunia.
Firman Allah dalam Surat Al-A’laa ayat 16-17 yang artinya : “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. Sebenarnya, mengapa akhirat lebih baik? Dalam sebuah Hadits Qudsyi Rosulullah Muhammad SAW menyampaikan bahwa Allah berfirman, “Wahai hambaku, seandainya kamu semua jin dan manusia dari awal sampai akhir berdiri pada tempat yang sama dan memohon kepadaku dan kuberikan semua yang kalian masing-masing minta, hal itu tidak mengurangi apa yang ada padaku (Allah), bagaikan air yang menempel pada ujung jarum yang dicelupkan ke air laut”. Tetesan air pada ujung jarum itu adalah bagaikan semua permintaan seluruh jin dan manusia sejak Nabi Adam sampai manusia terakhir yang sudah dikabulkan Allah, sedang lautannya adalah kehidupan akhirat. Mengapa manusia demi “setetes air” itu sering kali rela memperjuangkan secara mati-matian dan kadang melupakan aqidah? Apakah sebanding perjuangan kerasnya dibanding dengan hasil yang akan diperoleh? Apakah nyucuk, apakah sesuai yang ingin direbut dengan pengorbanan yang diberikan? Mengapa manusia hanya mengejar yang setetes dan melupakan lautannya?

Dalam Surat Ar-Rohman ayat 70-75 Allah berfirman yang artinya : “Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit didalam rumah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam ayat tersebut Allah menjanjikan sebagian balasan bagi orang-orang yang mencari akhirat, baik bagi laki-laki dan juga perempuan. Tetapi mengapa manusia masih lebih mementingkan kursi di dunia daripada kursi di akhirat? Padahal untuk memperebutkan kursi kepala desa atau kursi bupati, yang berhasil pasti hanya satu orang. Sedang untuk memperjuangkan kursi akhirat, peluang kita semua lebih besar dan lebih banyak, karena nikmat Allah yang tidak terbatas. Oleh karena itu

2. Karena Kita akan Ditanya

Firman Allah dalam Surat At-Takaatsur ayat 8 yang artinya: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. Dalam ayat ini ditegaskan semua nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban. Harta, kesempatan, umur, kesehatan. Pertanyaan Allah akan semua segi kehidupan kita :

a. Umur. Pertanyaannya adalah untuk apa umur kita habiskan? Waktu dan kesempatan kita habiskan untuk apa? Mengapa kita banyak meniru umat agama yang lain? Mengapa kita memakai busana tidak seperti tuntunan agama kita sendiri? Mengapa ketika menikah kita banyak mencontoh yang bukan tuntunan rosulullah? Banyak lagi sisi kehidupan kita yang seperti terbuang sia-sia. Padahal rosulullah memberi contoh mulai dari adab makan sampai ke masalah memimpin negara. Semua kesempatan harus kita gunakan untuk kepentingan akhirat.
b. Harta. Pertanyaan utamanya ada 2 : dari mana harta diperoleh dan untuk apa harta itu dibelanjakan? Bagaimana cara kita memperoleh harta itu? Apakah kita menghambur-hamburkan harta yang diberikan Allah kepada kita? Dengan berpesta menyambut tahun baru? Ataukah untuk membantu yang membutuhkan?
c Ilmu. Banyak ilmu sudah kita miliki, baik ilmu agama ataupun ilmu yang lain. Pertanyaannya adalah untuk apa ilmu kita manfaatkan? Ilmu harus diamalkan, harus dikembangkan. Ilmu harus diajarkan dan dilaksanakan. Jika memiliki ilmu tetapi tidak diamalkan, maka dosanya lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki ilmu.
d. Jasad/tubuh. Untuk apa tubuh dimanfaatkan? Rusaknya tubuh karena apa, karena untuk membela kebenaran atau karena tawuran?

Semua apa yang sudah dianugerahkan Allah kepada kita, --yaitu 4 hal di atas--, harus kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk bekal kehidupan akhirat. Ketika mayat diantar menuju pemakaman ada 3 hal yang mengikutinya. Dua hal kembali yaitu harta dan keluarganya, sedang yang tetap menemaninya adalah amal perbuatannya, baik amal sholeh ataupun amal jelek. Dengan demikian, jangan sampai harta dan keluarga menjauhkan kita dari Allah. Allah memperingatkan dalam Surat Munafiquun ayat 9 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.

Sesal kemudian tidak akan berguna. Jadi jangan sampai terjadi seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Al-Mu’minun ayat 99 – 100 yang artinya :”(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka,dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (dunia), agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. Bagi kita janji Allah sudahsangat jelas. Salah satunya yang terdapat dalam Surat Al-mu’minun ayat 102 – 103 yang artinya :”Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, makamereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri, mereka kekal di dalam nerakajahannam”.


K e s i m p u l a n

Sekarang adalah bulan Januari, saat ini adalah bagian dari awal tahun baru, karena itu marilah kita tingkatkan diri kita sepenuhnya untuk memperbanyak bekal kita untuk kepentingan akhirat karena :

1. Akhirat lebih baik dari dunia. Kesenangan dan kenikmatan di dunia hanya bagaikan setetes air dari air yang berada di lautan. Jadi, kesenangan dunia hanya sesuatu yang sangat kecil, tetapi sangat mudah membuat kita terlena. Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu ingat bahwa semua anugerah yang diberikan Allah kepada kita harus kita manfaatkan untuk menambah bekal dan mencari penghidupan di akhirat.
2. Kita semua akan ditanya, dimintai pertanggungjawaban. Anugerah Allah yang diberikan Allah kepada kita harus kita pertanggungjawabkan yaitu :

a. Umur. Umur dan kesempatan yang kita miliki kita manfaatkan untuk apa? Untuk sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, ataukah sebaliknya?
b. Harta. Harta dan kekayaan yang diberikan Allah akan melahirkan 2 pertanyaan pokok: harta kita peroleh dari mana dan untuk apa harta tersebut kita belanjakan? Jika harta diperoleh melalui jalan yang haram, maka rusaklah sudah harta tersebut menjadi harta yang sia-sia. Harta yang diperoleh dengan cara haram, tidak ada nilainya meski digunakan untuk infak/shodaqoh ataupun zakat. Sedang harta yang diperoleh secara halal, baru akan mempunyai nilai jika dimanfaatkan pada jalan yang diridoi Allah.
c. Ilmu. Ilmu akan bermanfaat jika kitaamalkan:dengan diajarkan kepada orang lain dan dengan diamalkan. Jika tidak demikian, maka ilmu itu akan menyebabkan dosabagi pemiliknya.
d. Jasad/tubuh. Cara kita memanfaatkan jasad/tubuh kita ini juga akan dimintai pertanggungjawaban. Kita manfaatkan untuk banyak mengerjakan amal kebajikan atau lebih banyak untuk berbuat maksiat.    

BUKTI CINTA KEPADA ALLAH dan BUKTI CINTA KEPADA ROSUL

BUKTI CINTA KEPADA ALLAH 
dan BUKTI CINTA KEPADA ROSUL 
Ahad Ke-empat, 22 Januari 2012
Oleh : Ustadz Sam’un

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunia yang sangat besar, yaitu karunia untuk ‘seneng ngaji ahad pagi’. Mengapa? Karena senang itu anugerah Allah. Rosulullah bersabda, “Inti agama itu tiada lain adalah senang dan benci”. Seseorang yang senang kepada Allah melebihi senangnya kepada yang lain, maka itu adalah nikmatnya orang beriman. Jika seseorang bencinya kepada thogut sampai ke ujung rambut dan kuku, maka ketika dia baru diajak thogut atau melakukan kemaksiatan seakan-akan dirinya terbakar dalam kobaran api yang besar. Karena itu sekali lagi mari kita bersyukur, bahwa Allah menjadikan kita cinta kepada Allah, cinta kepada rosulullah, cinta kepada agama Allah; benci kepada thogut, benci kepada kemaksiatan.

Sekarang banyak orang beragama mengaku cinta kepada Allah, cinta kepada rosulullah, namun ternyata dia lebih mencintai dirinyasendiri. Ketika dia berada di depan makam rosulullah dia menangis pilu, namun ketika mendengar sabda rosulullah dibacakan, dia cengengesan. Jika dia menangis karena merasa seperti pengikut yang berkianat, karena belum banyak meneladani contoh rosulullah, maka tangisnya adalah tangis yang benar. Apalagi jika ditindaklanjuti dengan perbaikan diri. Mari kita menjadi orang yang senang sholat malam, sholat tahajud, jika tidak melakukan sholat tahajjud bersedih. Bagaimana kita senang sholat berjamaah. Selalu kita usahakan untuk sholat berjamaah. Bagaimana agar kita senang membacaAl-Qur’an. Setiap hari membaca Al-Qur’an, walaupun hanya 5 menit. Karena itu rosulullah mengatakan agama itu hanya senang,senang dan senang ..

Kita harus benci kepada kemaksiatan, benci kepada thoghut. Semua bisa menjadi thoghut. Bahkan diri sendiri bisa menjadi thogut. Mengapa? Karena asal kata thoghut adalah thogho, yang artinya melewati batas.

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku danTuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepada surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS Al-Maidah 72)

Peringatan Allah sudah sangat jelas dan tegas. Urusan aqidah tidak perlu dibicarakan dengan orang yang berbeda agama. Masalah ketuhanan tidak bisa dipertemukan. Ingatlah firman Allah berikut ini : “Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu didalam Al-Qur’an, bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam” (QS An-Nisa 140).

Sedang untuk Pergantian Tahun dan Ulang Tahun perhatikan ayat berikut ini: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS Ali Imron 190). “Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada kejadian(nya), maka apakah mereka tidak memikirkan?” (QS Yasin 68). Kita dituntut agar memikirkan dan berusaha memaksimalkan waktu, harta dan pikiran kita untuk mendekatkan kepada Allah. Dan dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Tirmidzi Rosulullah Muhammad Saw bersabda: “Sebaik-baik manusia yaitu orang yang semakin bertambah umurnya semakin bertambah kebaikannya”

Bagaimana agar kita menjadi manusia yang memperhatikan masa depannya? Yaitu kita menjadi manusia yang baik menurut kriteria Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sabda Rosulullah Muhammad SAW :”Sebaik-baik manusia ialah yang paling banyak membaca Al-Qur’an, mengerti tentang agama Allah (Islam), bertaqwa kepada Allah, mengajak kepada kebaikan, melarang orang berbuat kekejahatan dan paling banyak bersilaturahmi. (HR Ahmad dan Tirmidzi). Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. SENANG MEMBACA AL-QUR’AN
Firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 204 yang artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. Mari kita biasakan bangun sholat malam dan setelah itu membaca Al-Qur’an. Dengan membaca Al-Qur’an secara tartil dan berusaha memahami maknanya, maka kata-kata kita akan berbobot karena selalu dibimbing Allah. Karena itu mari kita biasakan membaca Al-Qur’an dan kita didik anak kita untuk mencintai Al-Qur’an. Dengan adanya komputer, mari kita manfaatkan untuk lebih mempelajari Al-Qur’an secara lebih baik. Manfaatkan CD tentang Al-Qur’an dan kisah-kisah tentang nabi/rosul yang ada dalam Al-Qur’an.
Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai teman, maka kita akan menjauhi perilaku kegemaran setan yaitu senang bermusuhan, saling membenci, mencegah dzikir, mencegah melakukan kebaikan. Dengan sering membaca Al-Qur’an setan akan menjauh dari kita. Tentang kehebatan Al-Qur’an Allah berfirman : “Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya merekaberpikir” (QS Al-Hasyr 21).

2. FAHAM TENTANG AGAMA
Agama adalah gampang-gampang sulit. Gampang jika kita mempelajari dan sulit bagi yang tidak mau mempelajari. Agama Islam diturunkan kepada Rosulullah secara bertahap dalam waktu 23 tahun. Dengan demikian mempelajari Agama Islam, mempelajari ilmu Allah tidak akan pernah habis. Kewajiban kita untuk belajar pun adalah untuk seumur hidup. Dan sebaik-baik ilmu adalah ilmu agama, sebagaimana sabda Rosulullah SAW: “Barang siapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, maka Allah akan memberikan kepadanya pengetahuan tentang agama” (HR Bukhari dan Muslim). Termasuk dalam ayat berikut ini : ”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga diri” (QS At-Taubah 122).

3. BERTAQWA KEPADA ALLAH
Apa itu taqwa? Yaitu orang yang sikap hidupnya sangat berhati-hati. Baik ketika membaca al-Qur’an, ketika sholat, ketika bekerja dan ketika menjalani semua aktivitas kehidupannya. Hal yang dijanjikan Allah adalah : “Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS Ath-Thalaq 2-3). “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu furqon dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS Al-Anfal 29). Dan ketika melakukan dosa/kesalahan segera memohon ampun kepada Allah. Seperti firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat 133 : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”

4. SUKA BERAMAR MA’RUF NAHI MUNKAR
Pada jaman sekarang ini manusia sangat cuek, tidak pedulian. Karena itu mari kita perhatikan peringatan Rosulullah Muhammad SAW : “Barang siapa melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu / kekuasaanmu. Apabila tidak mampu, maka cegahlah dengan lisanmu. Dan apabila tidak mampu, maka cegahlah dengan hati. Dan itulah iman yang paling lemah” (HR Muslim). Dalam hadits lain disebutkan: “Hendaklah kamu beramar ma’ruf nahi munkar, atau kalau tidak Allah akan membiarkan orang-orang yang jahat memimpin kamu, kemudian orang-orang yang baik di antara kamu berdoa, tetapi doanya tidak didengarkan Allah. (Hadits dari Umar bin Khattab).

5. BANYAK BERSILATURAHMI
Sabda Rosulullah Muhammad SAW: “Yang dimaksud silaturahim itu bukan seseorang yang membalas hubungan kebaikan, tetapi yang dimaksud silaturrahim itu apabila ada saudara yang memutuskan hubungan lalu ia menyambungnya (menghubunginya)” (HR Bukhari). Dalam hadits lain lebih ditegaskan: “ Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahmi” (HR Bukhari).
Sedang Allah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 103 yang artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Sekarang ini tanpa pernah berhenti selalu kita temui bencana yang terjadi merata di seluruh dunia. Mengapa demikian? Karena sangat jauhnya kita umat manusia dari mengamalkan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Secara jelas dalam sebuah hadits Qudsi ditegaskan : “Sungguh-sungguh Aku (Allah) akan menurunkan bencana di muka bumi ini karena dosa-dosa manusia. Namun jika Aku masih melihat banyak umat Islam meramaikan rumahku (masjid), berkasihan (saling menyayangi) karena Allah, dan bangun untuk sholat malam, maka bencana-bencana akan ditarik.

K e s i m p u l a n
Dari uraian di atas, ada beberapa kesimpulan pokok yang harus kita lakukan yaitu:
1. Urusan agama dibutuhkan ketegasan, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Toleransi beragama tidak berarti kita mengucapkan selamat pada hari Raya umat beragama lain, karena itu adalah bagian dari ibadah mereka. Jika kita lakukan, maka akan merusak aqidah kita. Cukup kita berperilaku baikdalam masalah sosial saja yang tidak menyinggung soal ibadah/aqidah kita.
2. Menghadapi Tahun Baru ataupun Ulang Tahun cukup dengan mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan dan apa yang perlu kita benahi/tata ulang. Tidak perlu perayaan berlebihan meniru perilaku orang lain yang tidak ada contoh dari Rosulullah Muhammad SAW.
3. Persiapkan masa depan dengan menjadi orang baik. Kriteria orang baik adalah :
a. Senang Membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah petunjuk yang di dalamnya tidak ada yang meragukan sama sekali. Sering membacanya akan membuat hati kita sejuk dan kita akan lebih mudah untuk mengamalkan isinya.
b. Faham tentang Agama. Hidup adalah ibadah untuk Allah dan tujuan akhirnya adalah kehidupan yang abadi di akhirat. Tanpa memahami Agama Islam secara sempurna, kemungkinan hidup akan menyimpang sangat besar. Karena itu memahami agama adalah mutlak sangat dibutuhkan.
c. Bertaqwa Kepada Allah. Inilah yang setiap hari Jum’at khotib selalu mengingatkan kita. Karena dengan bekal taqwa kepada Allah, kita akan berhati-hati dalam menjalani semua sisi kehidupan.
d. Beramar Ma’ruf Nahi Munkar. Setiap diri kita harus selalu mengajak kepada kebaikan dan mencegah adanya kemungkaran.
e. Bersilaturrahim. Dengan adanya silaturrahim maka jamaah akan kuat. Jika jamaah kuat, maka Umat Islam akan diperhitungkan dalam peta masyarakat dunia. Tanpa adanya silaturahim, maka umat Islam akan terpecah belah dan pada gilirannya akan mudah dipermainkan oleh umat lain.

MENGAPA KITA HARUS MEMPERHATIKAN KEHIDUPAN AKHIRAT?

MENGAPA KITA HARUS MEMPERHATIKAN KEHIDUPAN AKHIRAT?
Ahad Ke-dua, 8 Januari 2012
oleh : Ustadz Tauhid Hasani

Saat ini kita berada pada hari-hari awal tahun Hijriyah dan juga awal ztahun Masehi. Ada orang yang mengatakan umurku bertambah dan ada yang mengatakan umurku telah berkurang. Manakah yang benar? Mari kita perhatikan firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Apa saja yang sudah diberikan Allah kepada kita, gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Apa saja itu? Ya apa saja. Jika kita diberi harta, gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Diberi Allah usia, kesempatan, kesehatan, jabatan; gunakan untuk mencari akhirat. Apapun yang diberikan Allah gunakan untuk mencari kebahagiaan akhirat. Mengapa seperti itu? Karena kita jika sudah diberi rejeki, kesempatan, jabatan kita cenderung lupa dengan urusan akhirat. Meskipun demikian, Allah mengingatkan agar ingat urusan akhirat, jangan sampai melupakan urusan dunia. Islam mementingkan keseimbangan antara dunia dan akhirat. Tidak seperti Kaum Yahudi yang lebih mementingkan dunia dan kaum Nasrani lebih mementingkan urusan akhirat saja. Dalam Islam keduanya sama-sama penting. Tetapi, mengapa Allah memerintahkan kita untuk menggunakan semua yang dianugerahkan kepada kita untuk kepentigan akhirat? Mengapa akhirat didahulukan?

1. Akhirat lebih baik dari dunia.
Firman Allah dalam Surat Al-A’laa ayat 16-17 yang artinya : “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. Sebenarnya, mengapa akhirat lebih baik? Dalam sebuah Hadits Qudsyi Rosulullah Muhammad SAW menyampaikan bahwa Allah berfirman, “Wahai hambaku, seandainya kamu semua jin dan manusia dari awal sampai akhir berdiri pada tempat yang sama dan memohon kepadaku dan kuberikan semua yang kalian masing-masing minta, hal itu tidak mengurangi apa yang ada padaku (Allah), bagaikan air yang menempel pada ujung jarum yang dicelupkan ke air laut”. Tetesan air pada ujung jarum itu adalah bagaikan semua permintaan seluruh jin dan manusia sejak Nabi Adam sampai manusia terakhir yang sudah dikabulkan Allah, sedang lautannya adalah kehidupan akhirat. Mengapa manusia demi “setetes air” itu sering kali rela memperjuangkan secara mati-matian dan kadang melupakan aqidah? Apakah sebanding perjuangan kerasnya dibanding dengan hasil yang akan diperoleh? Apakah nyucuk, apakah sesuai yang ingin direbut dengan pengorbanan yang diberikan? Mengapa manusia hanya mengejar yang setetes dan melupakan lautannya?
Dalam Surat Ar-Rohman ayat 70-75 Allah berfirman yang artinya : “Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit didalam rumah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” dalam ayat tersebut Allah menjanjikan sebagian balasan bagi orang-orang yang mencari akhirat, baik bagi laki-laki dan juga perempuan. Tetapi mengapa manusia masih lebih mementingkan kursi di dunia daripada kursi di akhirat? Padahal untuk memperebutkan kursi kepala desa atau kursi bupati, yang berhasil pasti hanya satu orang. Sedang untuk memperjuangkan kursi akhirat, peluang kita semua lebih besar dan lebih banyak, karena nikmat Allah yang tidak terbatas. Oleh karena itu

2. Karena Kita akan Ditanya
Firman Allah dalam Surat At-Takaatsur ayat 8 yang artinya: “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. Dalam ayat ini ditegaskan semua nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban. Harta, kesempatan, umur, kesehatan. Pertanyaan Allah akan semua segi kehidupan kita :
a. Umur. Pertanyaannya adalah untuk apa umur kita habiskan? Waktu dan kesempatan kita habiskan untuk apa? Mengapa kita banyak meniru umat agama yang lain? Mengapa kita memakai busana tidak seperti tuntunan agama kita sendiri? Mengapa ketika menikah kita banyak mencontoh yang bukan tuntunan rosulullah? Banyak lagi sisi kehidupan kita yang seperti terbuang sia-sia. Padahal rosulullah memberi contoh mulai dari adab makan sampai ke masalah memimpin negara. Semua kesempatan harus kita gunakan untuk kepentingan akhirat.
b. Harta. Pertanyaan utamanya ada 2 : dari mana harta diperoleh dan untuk apa harta itu dibelanjakan? Bagaimana cara kita memperoleh harta itu? Apakah kita menghambur-hamburkan harta yang diberikan Allah kepada kita? Dengan berpesta menyambut tahun baru? Ataukah untuk membantu yang membutuhkan?
c. Ilmu. Banyak ilmu sudah kita miliki, baik ilmu agama ataupun ilmu yang lain. Pertanyaannya adalah untuk apa ilmu kita manfaatkan? Ilmu harus diamalkan, harus dikembangkan. Ilmu harus diajarkan dan dilaksanakan. Jika memiliki ilmu tetapi tidak diamalkan, maka dosanya lebih besar dibanding orang yang tidak memiliki ilmu.
d. Jasad/tubuh. Untuk apa tubuh dimanfaatkan? Rusaknya tubuh karena apa, karena untuk membela kebenaran atau karena tawuran?

Semua apa yang sudah dianugerahkan Allah kepada kita, --yaitu 4 hal di atas--, harus kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk bekal kehidupan akhirat. Ketika mayat diantar menuju pemakaman ada 3 hal yang mengikutinya. Dua hal kembali yaitu harta dan keluarganya, sedang yang tetap menemaninya adalah amal perbuatannya, baik amal sholeh ataupun amal jelek. Dengan demikian, jangan sampai harta dan keluarga menjauhkan kita dari Allah. Allah memperingatkan dalam Surat Munafiquun ayat 9 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi”.

Sesal kemudian tidak akan berguna. Jadi jangan sampai terjadi seperti yang difirmankan Allah dalam Surat Al-Mu’minun ayat 99 – 100 yang artinya :”(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka,dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (dunia), agar aku berbuat amal sholeh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. Bagi kita janji Allah sudahsangat jelas. Salah satunya yang terdapat dalam Surat Al-mu’minun ayat 102 – 103 yang artinya :”Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, makamereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri, mereka kekal di dalam nerakajahannam”.


K e s i m p u l a n
Sekarang adalah bulan Januari, saat ini adalah bagian dari awal tahun baru, karena itu marilah kita tingkatkan diri kita sepenuhnya untuk memperbanyak bekal kita untuk kepentingan akhirat karena :
1. Akhirat lebih baik dari dunia. Kesenangan dan kenikmatan di dunia hanya bagaikan setetes air dari air yang berada di lautan. Jadi, kesenangan dunia hanya sesuatu yang sangat kecil, tetapi sangat mudah membuat kita terlena. Karena itu kita harus berhati-hati dan selalu ingat bahwa semua anugerah yang diberikan Allah kepada kita harus kita manfaatkan untuk menambah bekal dan mencari penghidupan di akhirat.
2. Kita semua akan ditanya, dimintai pertanggungjawaban. Anugerah Allah yang diberikan Allah kepada kita harus kita pertanggungjawabkan yaitu :
a. Umur. Umur dan kesempatan yang kita miliki kita manfaatkan untuk apa? Untuk sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah, ataukah sebaliknya?
b. Harta. Harta dan kekayaan yang diberikan Allah akan melahirkan 2 pertanyaan pokok: harta kita peroleh dari mana dan untuk apa harta tersebut kita belanjakan? Jika harta diperoleh melalui jalan yang haram, maka rusaklah sudah harta tersebut menjadi harta yang sia-sia. Harta yang diperoleh dengan cara haram, tidak ada nilainya meski digunakan untuk infak/shodaqoh ataupun zakat. Sedang harta yang diperoleh secara halal, baru akan mempunyai nilai jika dimanfaatkan pada jalan yang diridoi Allah.
c. Ilmu. Ilmu akan bermanfaat jika kitaamalkan:dengan diajarkan kepada orang lain dan dengan diamalkan. Jika tidak demikian, maka ilmu itu akan menyebabkan dosabagi pemiliknya.

Jasad/tubuh. Cara kita memanfaatkan jasad/tubuh kita ini juga akan dimintai pertanggungjawaban. Kita manfaatkan untuk banyak mengerjakan amal kebajikan atau lebih banyak untuk berbuat maksiat.    

PERINTAH ALLAH AGAR KITA MEMPERHATIKAN MASA DEPAN


 PERINTAH ALLAH 
AGAR KITA MEMPERHATIKAN MASA DEPAN 

Ahad Ke-empat, 25 Desember 2011
Oleh : Ustadz Abdul Mukhid

Hari ini adalah tanggal 25 Desember dan minggu depan kita memasuki tahun baru 2012. Firman Allah dalam Surat Al-Hasyr ayat 18 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Adakah kaitannya? Ya, bahkan sangat erat. Karena hal itu terkait dengan masalah aqidah, keimanan kita. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga sudah tegas, jangan mengucapkan selamat natal kepada mereka. Mengapa? Jika kita mengucapkan selamat, berarti kita percaya bahwa yang mereka lakukan benar. Jika kita percaya seperti itu, berarti kita kafir. Untuk itu mari kita perhatikan dengan seksama firman Allah berikut ini :

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)” dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS Al-Baqoroh 120)

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku danTuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepada surga, dan tempatnya ialah neraka. Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS Al-Maidah 72)

Peringatan Allah sudah sangat jelas dan tegas. Urusan aqidah tidak perlu dibicarakan dengan orang yang berbeda agama. Masalah ketuhanan tidak bisa dipertemukan. Ingatlah firman Allah berikut ini : “Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu didalam Al-Qur’an, bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olok (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam” (QS An-Nisa 140).
Sedang untuk Pergantian Tahun dan Ulang Tahun perhatikan ayat berikut ini: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal” (QS Ali Imron 190). “Dan barang siapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada kejadian(nya), maka apakah mereka tidak memikirkan?” (QS Yasin 68). Kita dituntut agar memikirkan dan berusaha memaksimalkan waktu, harta dan pikiran kita untuk mendekatkan kepada Allah. Dan dalam hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Tirmidzi Rosulullah Muhammad Saw bersabda: “Sebaik-baik manusia yaitu orang yang semakin bertambah umurnya semakin bertambah kebaikannya”
Bagaimana agar kita menjadi manusia yang memperhatikan masa depannya? Yaitu kita menjadi manusia yang baik menurut kriteria Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sabda Rosulullah Muhammad SAW :”Sebaik-baik manusia ialah yang paling banyak membaca Al-Qur’an, mengerti tentang agama Allah (Islam), bertaqwa kepada Allah, mengajak kepada kebaikan, melarang orang berbuat kekejahatan dan paling banyak bersilaturahmi. (HR Ahmad dan Tirmidzi). Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. SENANG MEMBACA AL-QUR’AN
Firman Allah dalam Surat Al-A’raf ayat 204 yang artinya: “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. Mari kita biasakan bangun sholat malam dan setelah itu membaca Al-Qur’an. Dengan membaca Al-Qur’an secara tartil dan berusaha memahami maknanya, maka kata-kata kita akan berbobot karena selalu dibimbing Allah. Karena itu mari kita biasakan membaca Al-Qur’an dan kita didik anak kita untuk mencintai Al-Qur’an. Dengan adanya komputer, mari kita manfaatkan untuk lebih mempelajari Al-Qur’an secara lebih baik. Manfaatkan CD tentang Al-Qur’an dan kisah-kisah tentang nabi/rosul yang ada dalam Al-Qur’an.
Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai teman, maka kita akan menjauhi perilaku kegemaran setan yaitu senang bermusuhan, saling membenci, mencegah dzikir, mencegah melakukan kebaikan. Dengan sering membaca Al-Qur’an setan akan menjauh dari kita. Tentang kehebatan Al-Qur’an Allah berfirman : “Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya merekaberpikir” (QS Al-Hasyr 21).

2. FAHAM TENTANG AGAMA
Agama adalah gampang-gampang sulit. Gampang jika kita mempelajari dan sulit bagi yang tidak mau mempelajari. Agama Islam diturunkan kepada Rosulullah secara bertahap dalam waktu 23 tahun. Dengan demikian mempelajari Agama Islam, mempelajari ilmu Allah tidak akan pernah habis. Kewajiban kita untuk belajar pun adalah untuk seumur hidup. Dan sebaik-baik ilmu adalah ilmu agama, sebagaimana sabda Rosulullah SAW: “Barang siapa yang dikehendaki Allah dengan kebaikan, maka Allah akan memberikan kepadanya pengetahuan tentang agama” (HR Bukhari dan Muslim). Termasuk dalam ayat berikut ini : ”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga diri” (QS At-Taubah 122).

3. BERTAQWA KEPADA ALLAH
Apa itu taqwa? Yaitu orang yang sikap hidupnya sangat berhati-hati. Baik ketika membaca al-Qur’an, ketika sholat, ketika bekerja dan ketika menjalani semua aktivitas kehidupannya. Hal yang dijanjikan Allah adalah : “Barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka” (QS Ath-Thalaq 2-3). “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu furqon dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS Al-Anfal 29). Dan ketika melakukan dosa/kesalahan segera memohon ampun kepada Allah. Seperti firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat 133 : “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa”

4. SUKA BERAMAR MA’RUF NAHI MUNKAR
Pada jaman sekarang ini manusia sangat cuek, tidak pedulian. Karena itu mari kita perhatikan peringatan Rosulullah Muhammad SAW : “Barang siapa melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu / kekuasaanmu. Apabila tidak mampu, maka cegahlah dengan lisanmu. Dan apabila tidak mampu, maka cegahlah dengan hati. Dan itulah iman yang paling lemah” (HR Muslim). Dalam hadits lain disebutkan: “Hendaklah kamu beramar ma’ruf nahi munkar, atau kalau tidak Allah akan membiarkan orang-orang yang jahat memimpin kamu, kemudian orang-orang yang baik di antara kamu berdoa, tetapi doanya tidak didengarkan Allah. (Hadits dari Umar bin Khattab).

5. BANYAK BERSILATURAHMI
Sabda Rosulullah Muhammad SAW: “Yang dimaksud silaturahim itu bukan seseorang yang membalas hubungan kebaikan, tetapi yang dimaksud silaturrahim itu apabila ada saudara yang memutuskan hubungan lalu ia menyambungnya (menghubunginya)” (HR Bukhari). Dalam hadits lain lebih ditegaskan: “ Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturrahmi” (HR Bukhari).
Sedang Allah berfirman dalam surat Ali Imron ayat 103 yang artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah bercerai berai dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu. Lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
Sekarang ini tanpa pernah berhenti selalu kita temui bencana yang terjadi merata di seluruh dunia. Mengapa demikian? Karena sangat jauhnya kita umat manusia dari mengamalkan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Secara jelas dalam sebuah hadits Qudsi ditegaskan : “Sungguh-sungguh Aku (Allah) akan menurunkan bencana di muka bumi ini karena dosa-dosa manusia. Namun jika Aku masih melihat banyak umat Islam meramaikan rumahku (masjid), berkasihan (saling menyayangi) karena Allah, dan bangun untuk sholat malam, maka bencana-bencana akan ditarik.

K e s i m p u l a n
Dari uraian di atas, ada beberapa kesimpulan pokok yang harus kita lakukan yaitu:
1. Urusan agama dibutuhkan ketegasan, “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Toleransi beragama tidak berarti kita mengucapkan selamat pada hari Raya umat beragama lain, karena itu adalah bagian dari ibadah mereka. Jika kita lakukan, maka akan merusak aqidah kita. Cukup kita berperilaku baikdalam masalah sosial saja yang tidak menyinggung soal ibadah/aqidah kita.
2. Menghadapi Tahun Baru ataupun Ulang Tahun cukup dengan mengevaluasi apa yang sudah kita lakukan dan apa yang perlu kita benahi/tata ulang. Tidak perlu perayaan berlebihan meniru perilaku orang lain yang tidak ada contoh dari Rosulullah Muhammad SAW.
3. Persiapkan masa depan dengan menjadi orang baik. Kriteria orang baik adalah :
a. Senang Membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah petunjuk yang di dalamnya tidak ada yang meragukan sama sekali. Sering membacanya akan membuat hati kita sejuk dan kita akan lebih mudah untuk mengamalkan isinya.
b. Faham tentang Agama. Hidup adalah ibadah untuk Allah dan tujuan akhirnya adalah kehidupan yang abadi di akhirat. Tanpa memahami Agama Islam secara sempurna, kemungkinan hidup akan menyimpang sangat besar. Karena itu memahami agama adalah mutlak sangat dibutuhkan.
c. Bertaqwa Kepada Allah. Inilah yang setiap hari Jum’at khotib selalu mengingatkan kita. Karena dengan bekal taqwa kepada Allah, kita akan berhati-hati dalam menjalani semua sisi kehidupan.
d. Beramar Ma’ruf Nahi Munkar. Setiap diri kita harus selalu mengajak kepada kebaikan dan mencegah adanya kemungkaran.
e. Bersilaturrahim. Dengan adanya silaturrahim maka jamaah akan kuat. Jika jamaah kuat, maka Umat Islam akan diperhitungkan dalam peta masyarakat dunia. Tanpa adanya silaturahim, maka umat Islam akan terpecah belah dan pada gilirannya akan mudah dipermainkan oleh umat lain.