Rabu, 05 Oktober 2011

PRINSIP DASAR MENDIDIK ANAK dan MENJAGA AQIDAH

oleh : Ustad Ashrofi
Ahad Ke-empat, 26 Juni 2011



            Mendidik anak adalah merupakan kewajiban kita.  Mendidik anak, mencerdaskan anak kita lakukan sejak dari bangku sekolah dasar sampai pendidkkan tinggi.  Namun jangan kita lupakan pendidikan seperti yang tercantum dalam Surat Luqman ayat 13 yang artinya“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
Dalam ayat ini ditegaskan bahwa masalah aqidah adalah hal yang sangat utama dan pertama yang harus kita tanamkan dalam diri anak-anak kita.  Jika tergelincir masalah aqidah, maka akan hancur dan sia-sia semua sisi kehidupannya. Batal amalnya, batal ibadahnya.  Oleh karena itu, anak kita harus benar-benar kita jaga dan kita jauhkan dari kemusyrikan.

Dalam Surat Luqman ayat berikutnya, yaitu ayat 17, Allah berfirman yang artinya,  Wahai anakku! Tegakkanlah sholat dan suruhlah (manusia) berbuat makruf, cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.  Sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting”.   Dalam ayat ini tercakup 3 prinsip pokok. Setelah aqidah, prinsip kedua yaitu : tegakkanlah sholat.  Masalah sholat harus kita tanamkan sejak kecil. Jika anak lalai dalam melaksanakannya ketika usia 10 tahun, maka kita berkewajiban memukul agar jera dan tidak mengulang lagi.

Prinsip ketiga adalah menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran.  Tidak cukup hanya dengan berbuat baik, tetapi harus dikuatkan dengan mencegah hal yang mungkar. Berbuat baik mudah.  Jika ingin berdakwah yang menyenangkan semua orang, maka ajaklah orang untuk berbuat baik.  Namun itu saja belum cukup. Kita jangan hanya mengajak kepada kebaikan saja.  Kita harus mendidik anak untuk berani mencegah yang mungkar.  Dakwah harus mencakup keduanya, mengajak kepada yang makruf, sekaligus mencegah dari hal yang mungkar.   Amar makruf saja tanpa resiko dan ketika nahi mungkar: mengatakan yang syirik, yang bid'ah, yang sholat seperti contoh Rosulullah Muhammad SAW, pasti akan muncul resiko: ditolak, dihujat atau bahkan akan diancam oleh orang yang merasa dirugikan.
    
Prinsip keempat, bersabarlah terhadap musibah, bencana, ujian dan tantangan yang diberikan Allah kepadamu.  Sesungguhnya semua itu merupakan ketetapan Allah.  Prinsip keempat ini sering merupakan konsekuensi dari penerapan prinsip ketiga yaitu mengajak pada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar.  Tujuan dakwah adalah untuk mengajak pada kebaikan dan mencegah hal yang mungkar.  Ketika kita melakukan hal itu, pasti akan muncul tanggapan dan komentar dari orang lain. Sebagai contoh kisah tentang Luqman Hakim yang diceritakan oleh Imam Gazali di bawah ini.

Pada suatu ketika Luqman Hakim mengajak anaknya untuk bepergian, namun dia hanya memiliki kendaraan yaitu seekor himar/keledai yang hanya mampu menanggung beban satu orang.  Setelah berembug sebentar mereka memutuskan agar sang ayah naik himar dan anaknya memegang talinya.  Tidak begitu lama mereka bertemu dengan orang banyak yang langsung berkomentar, bahwa Luqman Hakim adalah orang tua yang tidak benar karena membiarkan anaknya berjalan kaki, padahal dia naik himar.  Setelah berganti posisi : anak naik himar dan sang ayah yang menuntun, komentar negative yang menyalahkan tetap muncul.  Begitu pula ketika himar itu mereka naiki bersama, dan bahkan ketika mereka berdua memilih untuk memikul himar itu.

Ketika 4 prinsip dasar di atas tidak ditanamkan secara benar sejak dini, maka akan berakibat mudah goyah dan berubah ketika bertemu dengan kritikan dan hujatan dari orang banyak. Oleh sebab itu acuan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber utama harus dipegang teguh.  Dengan berdasar pada pegangan dan acuan yang kokoh dan benar, maka tidak akan mudah terombang-ambing oleh pendapat orang banyak seperti kasus cerita di atas. Bagaimanapun, menanamkan aqidah yang benar, mengajarkan untuk menegakkan sholat dan menjadikan sholat sebagai kebutuhanmu, serta mengajak pada kebaikan dan mencegah dari yang hal yang mungkar, sekaligus menerima semua ujian dari Allah, dasar utamanya memang harus Al-Qur'an dan As-Sunnah.      

SIFAT WAJIB ALLAH dan AYAT-AYAT DALAM AL-QUR'AN
Saya akan membahas aqidah berdasar pada kitab Aqidatul Awwal karya syeh Sayyid Marzuki, di dalamnya menyakini bahwa sifat Wajib Allah ada 20.  Hal itu adalah keyakinan yang batil. Mengapa batil?  Karena Al-Qur'an menyebutkan bahwa Asmaul Husna, nama-nama Allah yang baik, ada 99 nama.  Dengan demikian, paling tidak ada 99 sifat Wajib Allah berdasarkan penamaan tuntunan dari Allah.  Yang menyebutkan sifat Allah ada 20 adalah keyakinan Mu'tazilah, yang semula 7 kemudian mereka jabarkan menjadi 20.  Ini bukan bagian aqidah, itu hanya otak-atik mathuk saja. 

Dalam Al-Qur'an Surat Ali Imron ayat 7 dijelaskan adanya ayat-ayat yang dapat ditafsirkan oleh manusia dan ada pula yang tidak bisa ditafsirkan.  Ayat-ayat Muhkamat adalah ayat-ayat yang bisa ditafsirkan karena maknanya jelas. Contohnya: perintah hukum tangan jika mencuri dan sudah memenuhi persyaratannya.  Sedang ayat-ayat Mutasyabihat adalah ayat-ayat yang makna sesungguhnya hanya Allah yang tahu.  Contohnya: Allah bersemayam di atas Arsy-Nya (QS Thaha 5). Tidak boleh 'bersemayam' ini ditafsirkan bagaimana Allah bersemayam-Nya.  Mutlak pemaknaannya kita serahkan kepada Allah, karena Allah mukholafatu lil hawadits

Semula Imam Abu Musa Al-Asyari penganut Mu'tazilah.  Ketika beliau menyadari bahwa pemahaman Mu'tazilah yang beliau anut adalah salah, beliau ketika berdakwah di masjid Jami' beliau melempar surbannya dan mengatakan, "Kulemparkan surbanku dan tidak akan  kuambil lagi.  Itu adalah ibarat telah kubuang paham Mu'tazilah.  Kemudian dan beliau menjelaskan semua itu dalam kitab Al-Ibadah. 

Orang-orang yang condong kepada kesesatan menyukai untuk menafsirkan ayat-ayat Mutasyabihat.  Padahal Allah sudah menjamin, bahwa tidak ada yang tahu maknanya kecuali Allah.  Bagaimana akibatnya?  Kemungkinan mereka sesat akan sangat besar.  Termasuk di sini, awal surat semacam Alif lam mim, Yaa siin dan yang semacam itu.  Ada pula ayat yang menyatakan, bahwa kedua tangan Allah terbuka, maksudnya Allah Maha Memberi kepada siapapun.  Menyamakan tangan Allah dengan tangan makhluk, musyrik hukumnya.  Agar lebih jelas silahkan baca buku Mutasyar NU yaitu H. Bukhori mantan hakim tinggi, dalam Kitab Tauhid Ahli Bid'ah.  Kita harus menjaga teguh aqidah kita, dan jangan mudah mengikuti perilaku ibadah seseorang yang tidak ada dasarnya dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Bahkan sebenarnya, Syeh Abdul Qodir Jaelani adalah ahli sunnah wal jamaah yang amal dan ibadahnya sungguh-sungguh beliau jaga dari hal yang syirik dan mungkar.


K e s i m p u l a n
Dari uraian di atas, ada 4 prinsip dasar dalam mendidik anak yang terdapat dalam Surat Luqman ayat 13 dan 17 yaitu :
1.      Menanamkan aqidah yang benar sejak dini.
2.      Mengajarkan sholat sejak usia 7 tahun dan jika meninggalkan saat usia 10 tahun, maka harus kita pukul.  
3.      Mengajak pada yang makruf dan mencegah dari hal yang mungkar.  Mengajak kepada kebaikan tidak banyak beresiko, mencegah hal yang mungkar butuh keberanian dan mengandung resiko.
4.      Menerima ujian, musibah, rintangan dan tantangan yang diberikan Allah.
5.      Sifat Wajib Allah bukan hanya 20, tetapi tidak terbatas karena nama Allah (Asmaul Husna) ada 99 dan asma Allah sekaligus merupakan Sifat Wajib yang harus dimiliki Allah.  
6.      Ayat Muhkamat adalah ayat yang sudah pasti maknanya dan ayat Mutasyabiyat adalah ayat yang hanya Allah yang tahu pasti maknyanya.  Tidak perlu kita memaksa menafsirkan makna ayat Mutasyabihat tersebut yang cenderung akan menggelincirkan kita pada kesesatan..



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar