Rabu, 05 Oktober 2011

KUNCI SUKSES DARI ROSULULLAH MUHAMMAD SAW

Oleh : Ustad Shaleh Drehem

Ahad Ke-dua, 22 Mei 2011



Seorang sahabat, Utbah bin Amir  bertanya kepada Rosulullah Muhammad SAW, “Ya Rosulullah, apakah sukses hidup itu?”.  Nabi merenung dan tidak langsung menjawab. Pertanyaan yang sangat singkat, ringan dan patut menjadi perenungan kita.   Beberapa saat kemudian Rosulullah menjawab, “Pertama, Jagalah lidahmu.  Kedua, luaskan/lapangkan rumah tanggamu. Ketiga, tangisi segala dosa dan kesalahanmu” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim).
  
1.      Jagalah Lidahmu.
Penafsiran hadits ini ada 2 pendekatan yaitu menjaga mulut kita, yaitu soal makanan dan minuman dan kedua, menjaga lidah kita, yaitu kata-kata.  Untuk menjaga dan memperhatikan yang kita makan dan minum, petunjuk dari Al-Qur’an sudah sangat jelas yaitu, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (QS Al-Baqoroh : 168).

Kaidah dasar tentang makanan dan minuman ada 2 yaitu halal dan baik. Ada yang halal tetapi belum tentu baik.  Ada pula yang baik, tetapi belum tentu halal.  Pertama, yang kita tanyakan dzatnya.  Misalkan, air : halal dan baik. Daging sapi, insya Allah halal. Kemudian yang kita tanyakan, bagaimana cara menyembelihnya. Setelah itu kita perhatikan, cara mendapatkannya.  Barangnya halal, tetapi bagaimana cara kita mendapatkannya?  Hasil kita menyerobot milik orang lain? Cara memperolehnya semacam itu menjadikan makanan itu haram.  Kikil adalah baik, untuk ibu-ibu yang hamil, baik. Meski cara memperolehnya halal dan barangnya halal, namun bagi orang-orang yang kena asam urat tinggi, tidak baik. Jika kita paksakan, karena kita suka dengan makanan itu, maka kita akan sakit.  Kita akan menyengsarakan istri atau suami dan tidak bisa merasakan kekusyu’an dalam beribadah.  Karena kita tidak ”menjaga lidah” kita, maka kita akan jauh dari kesuksesan hidup.

Berdasar surat Al-Baqoroh ayat 168 di atas, kalau kita makan barang yang tidak halal berarti kita mengikuti langkah-langkah syaitan.  Kalau kita makan barang yang tidak baik, meskipun halal, berarti kita juga mengikuti langkah-langkah syaitan.  Jebakan syaitan melalui makanan.  Jebakan syaitan termasuk melalui yang halal, tetapi berlebih-lebihan.  Dalam surat Al-A’raf ayat 31 disebutkan, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.  Kunci menjaga yang masuk ke mulut kita adalah yang halal, baik dan tidak berlebih-lebihan.

Pendekatan kedua, menjaga lisan kita, cara komunikasi kita, cara berbicara kita. Kita harus berhati-hati dengan lidah kita. Memang lidah tidak bertulang, tidak terbatas kata-kata. Lisanmu harimaumu. Di radio SaM FM, Suara Muslim Sby 93,8 FM, setiap kamis malam saya berbicara tentang Taskiyatun Nufus. Berbicara Taskiyatun Nufus berarti berbicara tentang hati. Karena hati yang mengendalikan baik tidaknya manusia ini. Jika hati baik, maka mata baik, telinga baik, lisan baik, pikiran baik, semua baik. Jika gumpalan itu baik,maka baik semua anggota tubuh.  Jika gumpalan ini rusak, maka rusak semuanya. Apakah gumpalan ini? Hati! Oleh karena itu, kita dituntut memilih berbicara hati ini dahulu sebelum berbicara masalah yang lain.

Orang akan berpikir cerdas dan tepat sasaran, aplikatif, manakala hatinya baik. Jika hatinya busuk, naudzubillah.  Yang terjadi di negeri kita ini banyak orang cerdas, tetapi tidak punya hati. Orang yang tidak mempunyai hati, tidak mampu mengelola hati: jika berbicara tidak menyentuh. Hati perlu kita kelola, karena banyak racun-racun. Apa racun hati yang utama?  Banyak berbicara. Menggunjing, fitnah, memuji berlebihan, membuat orang tersinggung; semuanya awalnya mulut.

Sabda Rosulullah Muhammad SAW, “Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari akhir, hendaklah berkata-kata yang baik, atau diam” (HR Bukhori-Muslim).  Meski untuk sekarang ini jika kita diam, kita takut dianggap bodoh. Di sisi lain, tingkat perceraian 2010 meningkat tajam. Apa sebabnya? Karena komunikasi suami dan istri yang terhambat.

Rosullulah Muhammad SAW memanggil Siti Aisyah dengan 4 panggilan. Dipanggil dengan nama asli, Yaa Aisyah, berarti ada masalah serius yg perlu dibicarakan.  Yaa Umma Abdillah, padahal Aisyah tidak mempunyai anak.  Panggilan ini membuat Siti Aisyah terkesima, merasa dia adalah ibu yang sesungguhnya.  Yaa Khumairoh, panggilan yang memuji wajah Aisyah, yang mudah bersemu merah.  Panggilan ke-4, Yaa Aissy.., panggilan khusus Rosulullah seorang suami kepada Aisyah, sang istri. Sebuah teladan panggilan yang baik dan jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang tidak baik.  Kita harus hindari komunikasi yang tidak berbobot, kotor dan jorok. 

2.      Lapangkanlah rumah tanggamu.
Maknanya bukan rumah yang ukurannya besar.  Banyak rumah yang besar, namun terasa sumpek. Ada pula rumah yang kecil, tetapi di situ terasa tenang, nyaman.  Jika kita gagal menata rumah tangga kita, jangan harap kita akan sukses dalam urusan luar rumah tangga kita. Kalau suami gagal mendidik istri, --kita tidak dapat mendudukkan posisi sebagai suami--, jangan harap sukses dalam perusahaan kita ke depan.  Jangan harap ibu sukses di luar rumah tangga, jika suami atau anak menjadi beban.  Justru riel aplikatif, amal sholeh kita ada dalam rumah tangga kita. Bahasa Nabi, “Rumahku adalah surgaku”.  Karena itu, mari kita tegakkan kedaulatan Allah dalam rumah tangga kita. 

Ada kewajiban kita untuk memberi cahaya rumah kita, dengan melalui :
a.      Sholat tepat waktu
Suami melaksanakan sholat wajib tepat waktu di masjid dan sholat sunnah di rumah.  Sedang istri sholat tepat waktu di rumah.  Jika hal itu sudah dilaksanakan, rasakan kenikmatan yang dianugerahkan Allah.

b.      Membaca Al-Qur’an
Biasakan rumah kita dengan bacaan Al-Qur’an. Anak-anak sekarang banyak yang lancar membaca Al-Qur’an karena ada TPQ dan TPA.  Anak-anak pandai membaca Al-Qur’an, tetapi bagaimana kita? Anak-anak kita kirim untuk belajar di TPQ dan TPA, bagaimana dengan kita di rumah? Oleh karena itu, mari kita biasakan membaca Al-Qur’an dengan anak-anak kita sejak maghrib sampai isya. Sabda Rosulullah SAW, “Rumah yang di dalamnya tidak dibacakan al-quran, rumah itu seram”. Saya prihatin dengan banyak orang tua yang belum lancar membaca Al-Qur’an, berawal dari itu kemudian saya mendirikan Griya Al-Qur’an. Khusus untuk usia dewasa dengan pusat di Jln Dinoyo 57 Surabaya.  Jika PUAP siap membuka cabang di Mojokerto, kami siap memfasilitasi.

3.      Tangisilah dosa dan kesalahanmu.
Siapa sih yang tidak punya dosa, siapa yang tidak punya salah?  Semakin lama, tantangan hidup memang semakin berat.  Namun jangan putus asa terhadap rohmad Allah.  Selama kita masih mau mengakui dosa dan kesalahan kita dan mau bertaubat, apalagi ketika kita memohon ampun saat tengah malam, Allah akan mengampuni.
Sabda Rosulullah, “ Kelak di hari kiamat ada 2 mata yang tidak akan dijilat oleh api neraka.  Yaitu mata yang melekkan saat fi sabilillah. Kedua, mata yang bercucuran air mata karena menangisi dosa dan kesalahannya.”  Seseorang yang bangun tengah malam untuk sholat malam dan kemudian memohon ampun dengan berlinangan air mata, orang ini termasuk salah satu dari 7 golongan yang pada hari kiamat dinaungi Allah pada hari kiamat.


K e s i m p u l a n
Dari uraian di atas, ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan :
1.   Jaga mulut kita.  Jaga komunikasi kita.  Jaga makanan kita: yang halal, baik dan tidak berlebih-lebihan.  
2.   Jaga rumah tangga kita dengan sholat tepat waktu dan membiasakan membaca Al-Qur’an dalam rumah tangga kita.
3.   Tangisi kesalahan dan dosa kita terutama melalui sholat malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar