Rabu, 05 Oktober 2011

KONTRIBUSI dan TANGGUNG JAWAB KITA DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT

oleh : Ustad Fuad Amsyari
Ahad Ke-dua, 12 Juni 2011


Pada kesempatan kali ini mari kita berbicara tentang sesuatu yang insya Allah bermanfaat untuk kehidupan kita sehari-hari.  Karena dalam kehidupan ini kita sering menghadapi tantangan/permasalahan yang menuntut kita agar segera mengatasinya, atau kita tertinggal atau bahkan langkah kita keliru.  Untuk itu mari kita perhatikan, bahwa nasib seseorang, --berhasil atau tidak--, ditentukan oleh 3 lingkungannya.

1.      Lingkungan Pribadi (Kualitas Pribadi)
Ada 3 hal yang dicakup Lingkungan Pribadi yaitu :
a.    Hati/nurani
     Sebagai pribadi hati/nurani harus dihidupkan dan di sinilah letak keimanan dan ketaqwaan.
b.    Cerdas otaknya
     Ada kesalahan umum yang beranggapan bahwa penentu keberhasilan adalah tingginya tingkat pendidikan, tingginyaijasah. Padahal bisa saja terjadi orang berhenti pada S 1 tetapi jauh  lebih cerdas dari yang S2, S3.  Apalagi untuk masa sekarang, dimana S 1, S 2 atau S 3, bisa dibeli.  Hanya dengan berbekalkan uang dan tanpa memakan waktu yang panjang, ijasah/gelar sudah bisa disandang.  Bukan hanya gelar dalam  negeri, gelar kependidikan dari luar negeri pun dapat pula diperoleh.  Dengan cara seperti itu kualitas apa yang didapat? Kecerdasan apa yang dia peroleh? Kebijakan apa yang bisa dibuat?  Pasti tidak akan banyak bermanfaat. Sesungguhnya, kecerdasan itu bisa dilatih sejak kecil, sejak usia 3tahun. Dengan jenis permainan yang cerdas dan dibiasakan menghadapi masalah secara cerdas.
     Cerdas itu ukurannya ada  3  :
i.           Banyak tahu ilmu, banyak tahu informasi
Ini kecerdasan yang tingkat dasar, baru pada levelbanyak informasi.
ii.         Terampil memecahkan masalah dengan pertimbangan yang luas.
Kecerdasan ini adalah kemampuan untuk memanfaatkan ilmunya untuk menyelesaikan masalah.
iii.       Kreativitas.
Kecerdasan untuk menciptakan sesuatu yang baru, menyelesaikan persoalan dengan pendekatan yang baru: menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru.
c.    Fisik yang kuat
Sering masalah fisik kurangdiperhatikan.  Bagaimana bisa produktif, jika terkenan angin sedikit lalu sakit flue?  Mana bisa berjuang, mana bisa berprestasi?  Umat Islam  harus memiliki fisik yang kuat. Jadi, berolah  raga harus dibiasakan.  Salah satu contoh, pulang dari pengajian seperti ini dengan berjalan kaki secara cepat. Bukan dengan berjalan secara lenggang kangkung.

Sering kitamengutamakan beberapa dan meninggalkan  yang lain.    Misalkan anak disekolahkan yang pandai, tapi lupa mengajari fisik agar sehat.  Sekarang ini jamannya fisik digenjot otak dihebatkan, nurani dikosongkan. Akibatnya anak akan menjadi penjahat yang hebat. Padahal Islam mengajarkan, tiga hal itu tidak boleh lupa: hati, otak dan otot.  Mari kita bikin hati anak kita mempunyai hati yang penuh keimanan dan ketaqwaan, otak yang amat cerdas dan otot yang kuat. Sekarang ini yang dikejar adalah produktivitas.  Bagaimana bisa produktif  kalau tidak sehat? Bagaimana bisa produktif  jika otaknya tidak cerdas, bagaimana bisa produktif, --bermanfaat bagi orang lain--, kalau hatinya jahat.  Dia malah akan merusak orang lain.  Oleh karena itu lingkungan pribadi ini harus kuat.

2.      Lingkungan Keluarga
Keluarga amat menentukan individu yang ada di dalam rumah itu.  Keluarga sehat adalah keluarga yang mawaddah sakinah warohmah.  Keluarga yang di dalamnya penuh dengan kecintaan, keakraban, saling tolong menolong, toleransi, dan secara bersama-sama berproses untuk meningkartkan kualiatas pribadi. Anggota keluarga harus peka lingkungan keluarga. Seorang ayah harus memperhatikan anak-anak dan istrinya juga keadaan rumahnya.  Bukan hanya berpikir tentang bekerja dan mencari nafkah. 

Kepedulian sebagai anggota keluarga. Suami atau ayah yang memperhatikan istri dan anaknya. Dimana istri dan anaknya, dan apa yang mereka lakukan.  Istri dan ibu yang memperhatikan suami dan anaknya.  Dimana, mengapa dan apa yang mereka lakukan.  Anak yang memperhatikan ayah dan ibunya.  Tanpa adanya perhatian dan kepedulian akan memunculkan hal negatif, seperti bagai menyemaikan munculnya kejahatan. Dengan saling peduli dan memperhatikan akan saling memperkuat pribadi anggota keluarga.  Secara bersama-sama menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah.  

3.      Lingkungan Masyarakat
Ini adalah hal yang sering kita lupa padahal ini merupakan masalah kita bersama. Perlu kita sadari bahwa kita hidup dalam masyarakat, kampung, kota, wilayah, negara dan dunia internasional.  Jika tiba-tiba Amerika Serikat datang dan menjatuhkan bom ke kota kita,  tiba-tiba terjadi banjir, sulit mendapatkan pekerjaan, banyak terjadi kriminalitas; mengapa terjadi hal semacam itu?  Jangan sampai saudara merasa itu bukan urusan kita.  Kita semua memiliki kontribusi terjadinya segala sesuatu pada lingkungan, dari lingkungan terkecil sampai ke yang besar, dunia internasional.

  “Wah, itu terlalu besar bagi saya pak”.  Tidak!  Masalah lingkungan juga merupakan bagian keislaman kita. Jangan sampai saudara tidak memiliki kontribusi untuk membuat kampungnya baik, kotanya baik dan negaranya baik. Kontribusi utama kita adalah dalam memilih pemimpin kita.  Siapa yang kita pilih menjadi lurah, walikota atau bupati, DPRD dan DPR dan presiden.  Pilihan kita ini akan kita pertanggungjawabakan di hadapan Allah.  Tentang memilih pemimpin sosial dan kemasyarakatan sangat jelas dijabarkanAllah dalam ayat-ayat dalam Surat Al-Maidah. Khususnya ayat 55 yang artinya, “Sesungguhnya penolongmu hanyalah Allah, Rasul-Nyadan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan zakat, seraya tunduk (kepada Allah)”.   

Kriteria pemimpin yang layak kita pilih harus memenuhi kriteria seperti yang disebutkan dalam ayat 55 surat Al-Maidah di atas, yaitu :
1.      Orang-orang yang beriman
Memilih pemimpin harus orang yang beriman, orang yang sudah sholat. Orang yang ibadah mahdhohnya sudah dilaksanakan: sholat, membaca Al-Qur’an, dzikir.   Jangan sampai orang yang tidak melaksanakan sholat sampai kita pilih menjadi pemimpin.
2.      Orang-orang yang melaksanakan zakat.
Yang kita pilih menjadi pemimpin adalah orang yang kualifikasi ekonominyasudah mencukupi. Orang yang sudah mampu membayar zakat, sudah mampu membantu orang lain dengan hartanya: memiliki kepedulian pada orang miskin.  Jangan sampai memilih pemimpin yang masih punya banyak hutang, untuk kehidupan sehari-hari saja dia masih kesulitan.
3.      Orang-orang yang tunduk kepada Allah.
Pemimpin yang layak dipilih adalah orang yang tunduk kepada Allah, yang mengetahui syariat dan mau menerapkan syariat.
Kriteria seperti itu diperkuat dengan Surat Al-Ma’uun ayat 1 – 7.  Jangan sampai pendusta agama kita pilih menjadi pemimpin.  Orang yang tidak peduli anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, orang-orang yang lalai dalam sholat, orang-orang yang riya’ dan enggan membantu orang lain.

Kesalahan ulama kita dan saya, karena terlalu banyak mengajak untuk sholat yang banyak, dzikir yang banyak.  Mengajak berbicara masalah ritual, aqidah dan kurang menyadarkan pada masalah sosial.  Mengakibatkan umat Islam terninabobokkan dari masalah sosial dan kemasyarakatan yang ada. Umat Islam menjadi hanya komit pada ibadah mahdhoh saja, sholat, sholat dan sholat saja.  Ya, itu benar.  Tapi bukan itu saja!   Umat Islam harus komit dan peduli pada masalah sosial.
Syukurlah jika kita bisa langsung menjadi pemimpin yang punya komitmen syariah.  Jika belum, maka kita harus memilih pemimpin yang memiliki komitmen syariah.

Perlu kita sadari bahwa banyak orang Islam yang benar-benar sudah terninabobokkan.  Dalam kajian bakda Subuh di televisi-televisi yang dibahas hanya tentang ritual, tauhid dan tidak pernah menyentuh masalah sosial.  Jika dia menyinggung masalah kepemimpinan yang taat syariah, pasti penceramah itu tidak akan diminta mengisi lagi.  Itulah sistem sekuler. Banyak elite muslim yang hanyut dan  menikmati hidupnya di dalam sistem sekuler dan ulama-ulama yang termanjakan oleh sistem sekuler. Itulah tantangan kita.  Banyak hal terkait hal itu yang bisa saudara simak di dalam blog saya yaitu : fuadamsyari.wordpress.com

Sebagai penutup, mari kita menjadi pribadi yang proporsional, yang lebih bermanfaat dalam hidup kita sebagai orang Islam, yang menyelamatkan diri dan keluarganya dan negerinya. 


K e s i m p u l a n
Dari uraian di atas, ada beberapa kesimpulan pokok :
1.      Penentu nasib kita berada pada 3 lingkungan yaitu lingkungan pribadi, keluarga dan masyarakat.  Lingkungan pribadi mencakup hati, otak dan otot.  Tidak bisa tidak, ketiga unsur itu harus selalu kita perkuat.
2.      Lingkungan keluarga menuntut kita untuk benar-benar peduli terhadap anggota keluarga kita. Keberhasilan pribadi sangat ditentukan dari keberhasilan dalam keluarga dan rumah tangga, dalam menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah.  
3.      Lingkungan masyarakat, benar-benar menuntut kontribusi dan tanggung jawab kita.  Peran serta kita sebagai umat Islam masih sangat lemah.  Banyak di antara kita yang memilih tidak peduli, karena alasan kenyamanan pribadi.
4.      Tidak bisa tidak, kita harus merubahnya. Peduli masalah sosial kemasyarakatan adalah bagian dari keislaman kita.  Untuk itu mari kita mulai, minimal dengan memilih pemimpin yang tahu syariat dan mau menerapkan syariat. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar