Kamis, 26 Februari 2015

SYIRIK SANG PENGHAPUS AMAL dan JENIS-JENISNYA

Ahad Ke-empat, 25 September 2011
oleh : Ustadz M. Tauhid Hasani 

Selama bulan Romadlon kita berpuasa di siang hari dan di malam hari kita lakukan qiyamul lail termasuk amalan- amalan sunnah yang lain. Setelah kita berpuasa selama sebulan penuh, apakah yang harus kita amalkan? Tidak ada yang lain,kecuali kita pertahankan apa-apa yang kita lakukan selama romadlon. Mengapa demikian? Apakah setiap orang pasti akan menikmati hasil dari ibadah yang dilakukan? Jawabannya: belum tentu. Oleh sebab belum tentu, maka harus kita pertahankan. Caranya bagaimana? Perhatikan surat Hud ayat 2 yang artinya : “Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa peringatan dan pembawa berita gembira dari-Nya untukmu”. Maksudnya adalah : tidak melakukan syirik. Jadi, mempertahankan amalan ibadah kita adalah dengan tidak melakukan syirik.

Sebagai contoh : kita tidak akan meletakkan uang 100 ribuan pada sembarang tempat. Kita kawatir uang itu nanti hilang. Uang itu adalah barang yang berharga. Namun, mengapa manusia sering tidak kawatir nilai amalannya akan terhapus? Apakah amal ibadah kita bukan sesuatu yang berharga? Mengapa kita sering sembrono dan bersikap paten, bahwa amalan kita pasti aman dan kita pasti menikmati pahalanya? Padahal, bisa saja nilai amal ibadah kita hilang. Padahal, bisa jadi kita melakukan perbuatan syirik yang tidak kita sadari. Akibatnya adalah hilangnya nilai dari amal ibadah kita. Dan syirik adalah salah penghapus amal ibadah kita. Karena itu kita harus berhati-hati dan waspada dengan segala macam perbuatan syirik.

Dalam kitab Risalatul Mufidah dijelaskan bahwa ada 4 jenis syirik yang dapat menghapus amalan-amalan kita, yaitu :

1. Syirkun Da’wah (Syirik dalam Doa)

Firman Allah dalam Surat Al-‘Ankabut ayat 65 : “Maka ketika mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan penuh rasa pengabdian (ikhlas) kepada-Nya, tetapi ketika Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)”. Dalam ayat ini Allah menceriterakan, bahwa ketika mengalami bencana besar yang mengancam, --hempasan ombak yang sangat besar dan berulang-ulang--, orang-orang sangat ketakutan dan mereka benar-benar memohon kepada Allah agar mereka diberi keselamatan. Namun ketika mereka sudah kembali ke daratan dan selamat, mereka memohon tidak kepada Allah lagi. Ada di antara mereka yang datang ke tempat-tempat keramat untuk memohon kekayaan, ke gunung Kawi, Bromo atau pun lainnya. Adakah orang Islam yang memohon kepada selain Allah? Sayangnya, ada dan banyak ...

Bagaimana amalan orang yang melakukan perbuatan semacam itu? Firman Allah dalam Surat Az-Zumar ayat 65-66 : Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah semua amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang merugi. Karena itu hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur” (QS Az-Zumar 65-66). Ayat itu diawali dengan wa laqod ukhiya, yaitu la dibaca pendek dan qod mengawali fiil madhi, hal itu menunjukkan penekanan yang sangat kuat, kesungguhan. Jika kita memohon kepada selain Allah, syirik dalam permohonan, sungguh-sungguh amal kita akan terhapus, tanpa sisa. Dan hanya kerugian yang akan kita dapatkan.

2. Syirkun Niiyah (Syirik dalam Niat)

Firman Allah artinya : Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan (QS Hud : 15-16).

Kita hidup tujuannya adalah untuk ibadah. Jika tujuan hidup sebagian orang hanya untuk dunia saja, maka mereka cenderung akan banyak menghalalkan cara. Tidak ada yang mereka takuti. Meskipun demikian, Allah berjanji akan memberikan balasan penuh terhadap semua usaha mereka: kekayaan, ketenaran dan apa saja yang mereka inginkan. Tetapi, bagaimana nilai amal ibadah mereka? Amal ibadah mereka hangus, hapus. Ketika di akhirat kelak mereka hanya akan mendapatkan neraka. Silahkan mencari kehidupan dunia, namun kita harus selalu ingat aturan Allah SWT.

3. Syirkun Tho’ah (Syirik dalam Ketaatan)

Firman Allah dalam Surat At-Taubah ayat 31 yang artinya : “Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan”. Mengapa mereka dianggap menuhankan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan? Karena mereka mentaatinya secara mutlak tanpa batasan, tanpa memperhatikan aturan kitab suci yang mereka miliki. Apakah ketaatan semacam itu dibolehkan? Tidak! Ketaatan kepada manusia ada batasnya. Mari kita perhatikan ayat berikut ini.

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”(QS An-Nisa : 59). Dalam ayat ini kata atiu mengawali kalimat Allah dan Rasul, yang maknanya adalah ketaatan yang mutlak. Berbeda dengan ulil amri yang hanya diawali dengan wau athof, yang berarti menunjukkan suatu perubahan. Berarti, ketaatan kita kepada sesama manusia adalah berbeda. Ketaatan kita kepada sesama manusia adalah bersyarat. Maksudnya bersyarat bagaimana? Perhatikan ayat berikut ini :

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan (sekecil zarrah), niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan pahala yang besar dari sisi-Nya”(An- Nisa : 36). Dalam ayat lain Allah berfirman : “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau mentaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (Luqman : 15).

Dalam 2 ayat tersebut ditekankan, batasan ketaatan kepada manusia adalah selama ketaatan itu tidak melanggar ketaatan kepada Allah. Jika perintah atau larangannya bertentangan dengan aturan Allah, maka harus ditinggalkan. Ditinggalkan dengan cara yang baik dan tidak perlu mencaci-maki. Jika ketaatan kepada orang tua, suami, istri atau manusia yang lain samapi melanggar ketaatan kepada Allah, maka hal itu termasuk syirik. Dan akibatnya adalah: hilangnya nilai amal ibadah kita.

4. Syirkun Mahabbah (Syirik karena Cinta)

Firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 165 yang artinya : “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)”. Kecintaan yang melebihi cinta kepada Allah, hanya akan menjadikan syirik. Dan sungguh, perilaku syirik tidak akan diampuni sebagaiman disebutkan dalam ayat 48 surat An-Nisayang artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar”.

Bagaimana cara menebus dosa karena syirik? Dosa syirik adalah dosa yang tidak terampuni. Dosa yang Allah mengharamkan bagi pelakunya untuk dapat masuk surga. Hal itu dapat kita lihat dalam surat Al-Maidah ayat 72. Dan tidak ada cara untuk menebus dosa sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imron : 91 yang artinya : “Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong”.

Sebagai penutup, mari kita jaga diri kita dengan sebaik-baiknya. Kita harus selalu berhati-hati, karena perilaku syirik yang mungkin kadang tidak terasa, namun bahayanya akan berakibat hilangnya nilai amal ibadah kita.

K e s i m p u l a n

Dari uraian di atas, ada beberapa kesimpulan pokok :

1. Amal kebajikan yang biasa kita lakukan dalam bulan Romadlon, mari terus kita jaga dan terus kita pertahankan. Terus kita jaga agar tidak hangus pahalanya karena ada unsur syirik dalam keseharian kita. Terus kita pertahankan agar amal kebajikan tersebut tetap kita lakukan setiap hari.

2. Syirik ternyata bukan hanya dalam arti menyembah kepada selain Allah. Umat Islam pun, bisa saja terjerumus dalam perilaku syirik. Karena itu, kita harus senantiasa berhati-hati dengan apa yang kita lakukan, agar tidak bersinggungan dengan masalah syirik..

3. Jenis-jenis syirik menurut kitab Risalatul Mufidah:

a. Syirkun Da’wah yaitu menyekutukan Allah dalam doa kita. Memohon kepada selain Allah, karena berharap agar permohonannya segera dapat dikabulkan. Jika memohon langsung kepada Allah beranggapan akan terlalu lama.

b. Syirkun Niiyah yaitu menyekutukan Allah dalam niat kita. Kita melakukan sesuatu dengan niat tidak karena Allah. Karena mengharapkan pujian atau keuntungan dunia yang lain.

c. Syirkun Tho’ah yaitu menyekutukan Allah dalam hal ketaatan. Sesuatu lebih kita taati melebihi Allah. Karena memtaati orang/sesuatu itu, maka kita bersedia melanggar aturan Allah.

d. Syirkun Mahabbah yaitu menyekutukan Allah dalam hal kecintaan kita. Kitamencintai sesuatu lebih daripada cinta kita kepada Allah, sehingga kita tidak segan-segan mengabaikan aturan Allah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar