Jumat, 22 April 2011

SIAP BEKAL SEBELUM AJAL



Ahad Ke-dua, 13 Maret 2011
Allah berfirman dalam Surat Al-Insyiqaaq yang artinya : “Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di kala senja. Dan dengan malam dan apa yang diselubunginya.  Dan dengan bulan apabila jadi purnama. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).  Mengapa mereka tidak mau beriman?  (QS 84 : 16 – 20)

Cahaya merah berasal dari matahari yaitu ketika akan terbit, semakin lama semakin pudar warna merahnya dan berubah menjadi putih yang semakin lama akan menyengat.  Setelah itu kondisinya akan menyurut, seperti pergeserannya dan warnanya berubah menjadi merah lagi.  Di sini yang perlu kita perhatikan adalah adanya perubahan yang berkelanjutan, sama seperti kondisi manusia itu sendiri. Hal itu dipertegas dalam Surat Ar-Ruum ayat 54 : “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban.  Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” (QS 30 : 54).

1.      Mengapa Kita Perlu Mempersiapkan Bekal ?
Ayat tersebut menegaskan, bahwa demikianlah keadaan manusia.  Semula lemah lalu menjadi kuat, sangat kuat dan pada akhirnya mulai menjadi lemah lagi. Apa maksud ayat ini?  Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita semua bakal mengalami hal itu. Bahkan akhirnya, kita semua akan mati.  Dan, apakah yang sudah kita siapkan?  Bekal apa yang sudah kita siapkan untuk perjalanan jauh kita? Perjalanan yang sangat jauh dan yang kita tidak akan kembali lagi.

Perhatikan Surat An-Naazi’aat yang artinya : “Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras. Dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. Dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat. (QS 79 : 1 – 3)

Ada malaikat yang mencabut nyawa dengan keras dan ada yang mencabut dengan cara halus.  Mengapa ada perbedaan semacam itu?  Yang membuat perbedaan adalah ‘sangu’nya, bekal amal yang dibawa mayat. Sabda Rosulullah, mayat diantarkan ke pemakaman oleh 3 hal: harta, keluarga dan amalnya.  Harta dan keluarga kembali ke rumah dan hanya bekal amalnya yang menemaninya menghadap Allah. Jika amalnya baik, maka malaikat akan mencabut ruhnya dengan lemah lembut.  Jika bekal amal yang dibawanya sedikit, maka malaikat akan mencabut ruhnya dengan kasar dan keras.  Begitulah, jika perbuatannya baik maka dia sangat ingin disegerakan menuju alam kubur.  Sebaliknya jika amal perbuatannya jelek maka dia seperti meronta-ronta berusaha menjauh.

Firman Allah dalam Surat Al-Mu’minuun : “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada salah seorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia).  Agar aku dapat berbuat keajikan yang telah aku tinggalkan”. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”. (QS 23 : 99 – 100)

Ketika orang akan mati, dia akan dapat melihat malaikat pencabut nyawa yang hendak mencabut nyawanya.  Ketika amalnya jelek,dia akan menemui kengerian dan ketakutan yg tidak ada duanya.  Sedang sebaliknya, untuk orang yang perbuatan baiknya lebih banyak, dia akan dicabut dengan cara yang baik.  Itulah perbedaanya.  Bekal amal baiknya akan mendampingi terus ketika menghadap Allah.  Orang  yang bekal amal baiknya banyak akan mengatakan “cepatkanlah, segerakanlah”.  Sebaliknya, orang dengan bekal amal jelek akan mengatakan “kembalikan aku”.  Keadaan itu tidak dapat didengar oleh manusia dan jin.  Karena itu sangatlah ditekankan ketika mengantar jenazah tidak boleh bersuara keras. 

Ada hikmah dibalik perintah kita tidak boleh bersuara keras pada 3 kondisi yaitu ketika berdoa selesai sholat, ketika sedang berperang dan ketika kita mengantarkan jenazah.  Tidak perlu kita berdoa setelah sholat dengan menggunakan ‘speaker’, karena tuntutannya lebih baik dengan suara pelan.  Begitu pula ketika kita mengantar jenazah, karena saat itu merupakan suasana yang sangat kidmat atau sangat menegangkan bagi sang jenazah. 

Salah satu riwayat menyebutkan : Ketika di dalam kubur mereka ditanya apakah kamu mengenal Muhammad?    Untuk orang yg beriman jawabnya, diaadalah hamba dan utusan Allah.  Orang ini diberi balasan surga.  Namun ketika orang kafir dan munafik ditanya itu, mereka menjawab mereka tidak kenal dan bahkan mengaku mereka biasa mengolok-olok Muhammad SAW.  Apapun jawabanmerekasaat itu, seketika mereka mendapatkan balasan.  

Di alam kubur dalam salah satu riwayat disebutkan datangnya 2 malaikat yang mengajukan beberapa pertanyaan yaitu Siapakah Tuhanmu? Siapakah Nabimu?  Apakah kitabmu? Ini adalah pertanyaan mudah, namun ketika di alam kubur pertanyaan itu menjadi pertanyaan yang tidak mudah.  Amal perbuatan manusialah yang menjawab pertanyaan tersebut.  Jika perbuatannya baik, maka dia akan dapat menjawab pertanyaan itu dengan mudah.  Namun jika perbuatannya ketika hidup jelek, yaitu sering meninggalkan perintah Allah dan bahkan melakukan larangan Allah, maka dia tidak akan mampu menjawab pertanyaan tersebut.  Berarti, inilah yang pertama, “siapkan bekal sebelum mati”.   

Surat Ali Imran 3 ayat 91 :  Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu.  Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong. (QS 3 : 91)



2.      Amal Perbuatan Baik Harus Dibiasakan
Kedua, amal perbuatan baik harus dipersiapkan dan dibiasakan
Al-insyiqaq
Memberi tanpa menyakiti yang diberi
Mendengar adzan berusaha langsung berwudhu
Apakah kebiasaan jelek bisa dirubah? Bisa, karena janji Allah Innalaaha layughoyyiru bikhoimuin hatta
Yaitu berusaha merubah perilaku menjadi yg baik.



      
K e s i m p u l a n
Kehidupan diakhirat bukan sesuatu yang sudah pasti sebelumnya.  Dibutuhkan persiapan dan pembiasaan yang baik agar peluang kita untuk memperoleh yang terbaik dapat terjadi.  Kita tidak bisa hanya mengharapkan pada takdir yang baik. Tetapi kita harus berusaha sungguh-sungguh agar dapat memperoleh kebajikan dalam kehidupan di akhirat kelak.
Oleh : Ustadz M. Tauhid Hasan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar